Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter
Desember 01, 2016
Strategi pengembangan pendidikan karakter – Sobat matra pendidikan tidak
akan heran lagi jika di media cetak, elektronik dan jaringan, banyak orang membahas tentang topik ini. Pendidikan karakter. Ya, pada umumnya orang sepakat bahwa pengembangan pendidikan
karakter dimulai di lingkungan keluarga.
Alasannya cukup logis, anak mulai dibesarkan di lingkungan keluarga bersama orangtua, saudara dan anggota keluarga lainnya. Setelah di lingkungan keluarga, anak mulai bersosialisasi memasuki lingkungan lain.
Lingkungan lain maksudnya adalah lingkungan sekolah dan masyarakat. Dua lingkungan ini tak kalah besar pengaruhnya terhadap pengembangan karakter seorang anak.
Keluhan melorotnya
moral anak bangsa akhir-akhir ini merupakan jawaban akan berhasil tidaknya
pengembangan pendidikan karakter di lingkungan rumah tangga, pendidikan dan
lingkungan masyarakat.
Kenakalan remaja dan orangtua serta kasus korupsi yang
semakin meruyak akhir-akhir ini adalah bukti nyata dari kegagalan pengembangan
pendidikan karakter.
Bolos belajar, ini
sifat tidak baik. Bisa merugikan diri sendiri. Hal ini sudah diketahui sendiri
oleh siswa. Begitu pula perkelahian dan tawuran, juga tidak baik serta merugikan
diri sendiri.
Orangtua sering berprilaku aneh, padahal ia tahu itu tidak bagus
dipandang oleh anak-anaknya.
Korupsi itu haram hukumnya, korupsi itu merusak
sendi-sendi ekonomi bangsa. Pelakunya pasti tahu akan hal itu semasa masih
dalam bimbingan orangtua, semasa sekolah dan sampai ia menjadi pejabat.
Perilaku-perilaku
ini jelas bukanlah karakter yang baik. Tapi mengapa dilakukan juga secara sadar
atau tidak?
Pengembangan karakter anak
Pengembangan karakter anak sejak dini tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hal ini sudah harus dimulai dari lingkungan keluarga.
Di lingkungan keluarga, strateginya tidak mempan lagi melalui doktrin-doktrin dan falsafah-falsafah semata. Contoh dan suri tauladan dari kedua orangtua dinilai lebih mumpuni.
Begitu pula di lingkungan sekolah, pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam muatan kurikulum
dalam bentuk pengajaran, juga tidak akan efektif dan efisien.
Justru strategi yang perlu dikembangkan adalah implementasi materi pelajaran dengan nilai-nilai karakter dalam bentuk kebiasaan dan tradisi baik di sekolah.
Hal tak kalah penting adalah kepedulian lingkungan masyarakat sekitar anak berada.
Sebagai masyarakat di sekitar anak berkewajiban memberikan contoh dan teladan, memberikan nasehat dan teguran terhadap anak yang menunjukkan perilaku menyimpang.
Masyarakat perlu menyadari juga kalau anak usia sekolah
hari ini adalah pemimpin untuk masa sekian belas atau puluh tahun yang akan datang.
Jika masyarakat di sekitar anak membiarkan perilaku menyimpang, niscaya pada masa mendatang akan lebih parah dari hari ini.
Baca juga: Pentingnya Pendidikan Karakter di Sekolah
Jadi, semuanya kembali pada kita hari ini sebagai orangtua, guru, tokoh masyarakat dan
pemimpin. Quo vadis anak bangsa hari ini?***