Quo Vadis Pendidikan Indonesia
Oktober 10, 2013
Quo vadis pendidikan Indonesia - Sungguh menarik untuk dicermati diskusi
tentang pendidikan Indonesia yang disiarkan TVRI beberapa waktu lalu. Temanya
adalah quo vadis pendidikan Indonesia.
Secara umum, konsep pendidikan di negeri ini sudah disusun sedemikian rupa sehingga terbentuklah wajah pendidikan sekarang ini.
Sudah banyak perangkat peraturan perundang-undangan yang ditelurkan mengakomodasi konsep dan pedoman pelaksanaan pendidikan.
Pendidikan itu memanusiakan manusia. Mengubah sikap dan tingkah laku manusia Indonesia ke arah yang lebih baik. Pendidikan yang bermutu akan meningkatkan mutu sumberdaya manusia Indonesia.
Hal ini menunjukkan relevansi mutu pendidikan dengan kualitas sumberdaya manusia.
Pendidikan dijadikan sebagai salah satu
kriteria dalam penentuan indek pembangunan manusia (IPM) oleh badan dunia UNDP.
Sampai saat ini peringkat IPM Indonesia masih jauh tertinggal oleh negara lain,
khususnya di asia tenggara. Fakta ini memberi isyarat bahwa konsep dan
pelaksanaan pendidikan haruslah dibenahi sesegera mungkin.
Perangkat perundang-undangan yang
mengatur pendidikan sudah cukup banyak namun belum menjamin tercapainya
pendidikan yang berkualitas. Saking banyaknya, konsep hakiki perundang-undangan
itu semakin tidak jelas.
Bahkan pelaksana undang-undang dan aturan itu sendiri
semakin kebingungan untuk menerapkannya.
Akibatnya, pelaksanaan pendidikan
masih menggunakan pola lama yang diberi label baru.
Secara global, hasil pendidikan di
negeri ini belum sesuai dengan keinginan dan kebutuhan bangsa ini.
Di tingkat
lembaga pendidikan sekolah misalnya, masih mengedepankan persoalan hasil belajar.
Ada semacam kecenderungan menjadikan Nilai Evaluasi Murni (NEM) sebagai primadona.
Padahal, NEM hanyalah sebagai tolok ukur
mutu pendidikan di Indonesia. Jika NEM dijadikan sebagai seleksi masuk jenjang
pendidikan berikutnya, itu hanya sebagai wadah sesaat.
Pendidikan belum berorientasi kepada bagaimana proses
belajar yang dijalankan. Maka pantaslah, anak yang dianggap berkemampuan tinggi
karena NEM-nya tinggi tidak sanggup berbuat apa-apa ketika terjun ke tengah
masyarakat.
Mereka pintar di otak namun masih lemah dalam keterampilan dan
keahlian dalam hidup (lifes-klill)
Lalu, quo vadis pendidikan Indonesia? Mau dibawa kemana pendidikan Indonesia? Kita sudah
maklum jawabannya!
Pendidikan Indonesia harus dibawa ke nuansa yang mampu
mendongkrak kualitas sumberdaya manusia.
Pendidikan di negeri ini haruslah mengedepankan
aspek humanisme dan pendidikan berkarakter.
Namun dalam pelaksanaannya menekankan pada konsep pendidikan murah dan jauh dari intervensi kepentingan
politik kelompok tertentu, steril dari korupsi dan nepotisme.***