Perilaku Menyontek yang Merugikan
Mei 12, 2014
Perilaku menyontek yang merugikan – Judul artikel di
atas sesungguhnya tak lebih dari sebuah pernyataan biasa yang sering didengar. Semua sudah
tahu kalau prilaku menyontek dalam ujian itu merugikan diri pelakunya dan orang lain.
Sudah
banyak artikel pendidikan yang membahas tema
yang satu ini. Penulisnya pun tidak hanya guru, pendidik, dan pihak yang
menguasai masalah ini. Siswa dan mahasiswa pun sering membahas masalah
menyontek dalam ujian. Itu membuktikan bahwa perilaku menyontek sudah merambah ke semua jenjang pendidikan!
Toh, perilaku yang disebut perilaku buruk ini sangat susah
dihilangkan. Seakan menjadi tradisi turun temurun di kalangan siswa maupun mahasiswa. Oleh sebab
itu, besar kemungkinannya artikel ini bukan solusi tetapi semacam tinjauan semata.
Lazimnya,
pelaku menyontek adalah siswa atau mahasiswa. Namun bukan mustahil juga
dilakukan oleh orang yang telah menyelesaikan bangku sekolah. Contohnya, ujian
atau tes menjadi pegawai negeri atau swasta.
Mengapa bias demikian? Mungkin
semasa usia sekolah suka menyontek atau memang terbawa arus saat menghadapi
ujian atau tes.
Kadang-kadang
guru pengawas tidak sanggup mencegah terjadinya aksi contek-menyontek saat
ujian berlangsung. Pura-pura tidak mengetahui siswanya menyontek dengan
mengalihkan pandangan ke luar ruang ujian. Ataukah ingin memberi kesempatan
kepada siswa agar bernilai bagus?
Menyontek
adalah menyalin atau mengkopi hasil pekerjaan orang lain dengan cara-cara
tertentu. Dalam hal ujian, menyontek adalah menyalin jawaban ujian teman. Banyak
sekali penyebab terjadinya prilaku menyontek ini.
Di antaranya adalah karena tidak
siap menghadapi ulangan, kurang percaya dengan kemampuan sendiri, takut
nilainya tidak tuntas, tak ingin bersusah-susah, dan lain sebagainya.
Menyontek
dilakukan dengan cara unik, baik diam-diam maupun terang-terangan. Dengan
melongokkan kepala, ke depan, samping kiri atau kanan, atau ke belakang. Namun
ada pula yang melirikkan mata ke arah lembaran jawaban teman.
Ada juga dengan memakai
kode-kede tertentu, seperti kode jari tangan. Ini dapat dilakukan siswa
meskipun duduk berjauhan saat ujian. Membuat kertas kecil kemudian
melemparkannya kepada teman yang ingin diminta hasil pekerjaannya.
Apakah
hasil pekerjaan teman yang dicontek itu sudah pasti benar atau betul? Benarkah
jawaban hasil contekan itu bisa menolong siswa dari ketidaktuntasan belajar? Ternyata siswa tidak berpikir sampai kesana.
Sepertinya, yang ada dalam benak siswa
hanyalah lembaran jawaban soal ujian terisi penuh. Salah atau benar
hasil contekan itu kemudian
diperhitungkan.
Perilaku
menyontek, jelas cerminan karakter pribadi
kurang percaya diri, tidak mandiri, dan tidak jujur. Kalau perilaku ini dibiarkan
tumbuh dan berkembang sejak usia sekolah, bisa jadi akan mendarah daging bagi pelakunya
sampai ia dewasa. Bentuknya penerapan perilaku menyontek ini mungkin lebih parah lagi.***