Pendekatan Pendidikan Ramah Anak
Desember 21, 2013
Pendekatan pendidikan ramah anak - Ada
yang menarik untuk dicermati pernyataan Kak Seto alias Seto Mulyadi, Ketua
Komnas Perlindungan anak. Pencipta lagu “Si Como” ini menyatakan bahwa tidak ada murid
yang nakal. Yang ada murid yang dibuat nakal oleh sistem yang
berkembang. Seluruh anak pada dasarnya baik, begitu kata Kak Seto usai mengisi
Seminar di Universitas Ahmad Dahlan beberapa waktu lalu.
Sebagai praktisi pendidikan anak, saya juga meyakini apa yang dikatakan Kak Seto. Keyakinan itu didasarkan atas pengalaman berkecimpung selama lebih dua puluh tahun dengan dunia anak sekolah.
Pernah bertugas di sekolah swasta dan negeri, sekolah umum dan agama, serta sekolah di kota/kota kabupaten sampai ke daerah jauh dari perkotaan. Saya tidak begitu bermasalah dalam menghadapi anak sekolah.
Dinamika anak dengan segala sifat dan tabiat mereka di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, justru menjadi hal menarik untuk dihadapi.
Memang,
anak yang nakal seperti keluhan banyak teman itu memang ada.
Tetapi jika
dihayati lebih dalam mengapa mereka nakal, kenapa mereka menunjukkan perilaku
menyimpang.
Ternyata sistem yang berlaku di sekolah punya andil membuat mereka
seperti itu.
Sebagai
contoh, sistem penanganan anak yang berprilaku menyimpang lebih banyak bersifat
mengancam ketimbang mendidik.
Anak diancam akan dipanggil orangtua atau tidak
naik kelas. Ini termasuk pendekatan tidak ramah kepada anak.
Perilaku
siswa menyimpang selama proses belajar berlangsung justru membuat guru marah
seketika.
Merasa tak dihargai sehingga langsung mengancam untuk mengusir anak
keluar kelas.
Sebaliknya, anak yang kreatif dalam hal negatif tanpa diancam pun
akan segera meninggalkan kelas.
Bolos belajar merupakan salah satu
bentuk ‘pemberontakan’ psikologis yang dilakukan anak terhadap pendekatan yang
dilakukan guru dalam mengajar.
Begitu pula sikap murid yang enggan mengerjakan pekerjaan rumah (PR).
Anak merasa lebih
baik dihukum daripada mengerjakan PR, apalagi hukumannya diusir dari kelas.
Kiranya,
pengelolaan pendidikan di sekolah perlu berpijak pada pendekatan
yang ramah anak.
Sistem penanganan anak dan pembelajaran tidak
menciptakan diskriminasi terhadap anak di sekolah.
Jika ada anak yang melakukan
perilaku yang menyimpang perlu dikaji ulang mengapa hal itu dilakukannya.
Bukan
mustahil penyebabnya adalah sistim yang diberlakukan selama belajar.***