Belajar pada Guru Alam
Oktober 03, 2017
Belajar pada guru alam - Pada kesempatan ini kita akan bahas sebuah filosofi pendidikan sebagai bahan inspirasi. Belajar pada guru alam. Dalam hal ini alam bukan nama seorang guru, melainkan sebutan untuk
lingkungan tempat tinggal kita.
Kita dapat belajar kepada guru di sekolah, pada media belajar yang ada dan alam sekitarnya.
Belajar kepada alam sesuai dengan ungkapan, alam terkembang jadi guru!
Alam yang terbentang di sekitar kita dapat dijadikan sumber ilmu yang diperoleh secara gratis asal mau mempelajarinya.
Belajar pada alam tidak tergantung pada waktu dan tempat. Belajar bisa dilakukan
dimana dan kapan saja.
Alam terbuka bisa kita gunakan sebagai guru tempat belajar. Di lingkungan kita terdapat makhluk hidup dan benda mati.
Makhluk hidup adalah
makhluk yang mempunyai nyawa, antara lain manusia, hewan dan tumbuhan. Prilaku makhluk hidup dapat menjadi bahan pelajaran untuk kita semua.
Sedangkan
benda mati cukup banyak terdapat di sekitar kita. Matahari, bulan dan bintang,
air, batu, adalah contoh benda mati. Fenomena alam benda mati ini akan mengajari kita tentang berbagai hal sehingga mendekatkan
kita kepada sang Pencipta.
Fenomena alam yang dapat menjadi bahan
pelajaran sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Adanya gerhana matahari, gerhana
bulan, gempa bumi, pasang naik dan pasang surut. Siapakah yang menjadikan dan
mengatur semua ini?
Kita semua sudah mengetahui jawabannya. Allah SWT!
Manusia
tak sanggup melakukan apa yang dilakukan oleh sang Penguasa. Sesungguhnya
manusia hanyalah hamba yang tidak berdaya.
Oleh sebab itu tidak pantas manusia menyombongkan diri. Alam terkembang saat
ini bukanlah hak milik melainkan hak pakai yang dipinjamkan oleh sang Maha
Pencipta.
Manusia
diturunkan ke muka bumi mendapat tugas untuk selalu belajar tentang hasil
ciptaan Allah SWT. Tidak untuk memikirkan zat-Nya! Kewajiban untuk belajar
dimulai sejak dari ayunan sampai ke liang lahat.
Kewajiban
belajar kepada alam yang terbentang di sekitar kita ternyata untuk kemaslahatan
hidup manusia sendiri.
Besi tak mungkin
bisa terbang di angkasa. Tetapi berkat hasil belajar manusia kepada guru alam,
kapal terbang yang berbobot sekian ton dapat melayang di angkasa.
Membawa manusia dari satu tempat ke tempat
lain dalam waktu singkat.
Begitu
pula besi yang sudah pasti tenggelam dalam zat cair. Berkat ilmu pengetahuan
manusia yang diperoleh dari guru alam, ternyata bisa terapung di atas air.
Besi
terapung yang kita kenal dengan kapal laut berguna untuk kemaslahatan manusia
sebagai alat transportasi jalur laut.
Begitulah,
ilmu pengetahuan yang ada di buku dan media cetak lainnya, merupakan hasil
belajar pendahulu kita kepada guru alam.
Pendahulu kita sangat banyak yang
telah berhasil belajar kepada alam dan menerapkannya untuk kemaslahatan hidup
manusia.***