Kelangsungan Pendidikan Anak
April 15, 2014
Kelangsungan pendidikan
anak – Apa
yang menarik dan patut dicermati dengan kondisi kekinian perekonomian bangsa
Indonesia?
Salah satunya adalah naiknya harga barang, jasa dan tarif yang ada. Artikel ini tidak untuk
mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh kenaikan tersebut. Namun hanyalah
sekadar untuk mengingatkan keterkaitan
antara ekonomi keluarga dan pendidikan anak.
Orangtua yang mengutamakan pendidikan
keluarga akan membuat pos anggaran biaya pendidikan anak. Kebutuhan dan perlengkapan
sekolah anak merupakan pos yang tidak dapat dikurang-kurangi (?) Masih lumayan
jika anak berada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Sebagian biaya
pelaksanaan pendidikan ditanggung melalui dana bantuan operasional sekolah
(BOS). Tetapi untuk pendidikan anak usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak
serta jenjang pendidikan menengah atas masih dibebankan sebagiannya kepada
orangtua.
Biasanya yang memiliki banyak anak
akan merasa sedikit kalang kabut membiayai pendidikan anak.
Ekonomi keluarga semakin terasa
berat dengan adanya kenaikan harga barang, jasa dan tarif. Umpamanya, kenaikan
harga bahan bakar tertentu akan membuat biaya transportasi anak ke sekolah ikut
naik.
Ini akan membuat pos anggaran biaya pendidikan anak naik pula. Belum lagi
dihitung pos anggaran kebutuhan primer dan sekunder keluarga. Solusinya adalah
mewujudkan paradigma pendidikan murah yang
benar-benar murah (?)
Bagaimana dengan anak yang
berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah? Apakah kelangsungan pendidikan
anak akan terancam dengan kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan ini? Ini
tidak boleh terjadi!
Masyarakat semakin menyadari
betapa pentingnya pendidikan untuk masa depan
dan masa depan bangsa. Wajib belajar 9 tahun yang pernah diterapkan dalam dunia
pendidikan Indonesia selama ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah.
Slogan
wajib belajar tidak hanya sekadar jargon kepentingan kelompok tertentu.
Sebaliknya perlu benar-benar diterapkan dalam sistem pendidikan di negeri ini. Namun
program ini harus dilanjutkan dengan program wajib belajar 12 tahun dimana anak
minimal mendapat pendidikan sekolah menengah atas atau kejuruan.
Pentingnya lanjutan wajib
belajar 9 tahun bukan tidak beralasan. Apa yang dapat dilakukan oleh anak yang
hanya tamat sekolah dasar atau sekolah menengah pertama? Ternyata anak yang tamat pendidikan dasar ini
belum cukup mampu untuk berbuat suatu yang menolong dirinya dan keluarganya
secara optimal.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan
keterampilan dan kecakapan yang memadai.
Oleh sebab itu, demi kelangsungan pendidikan anak, orang tua
perlu menerapkan yang berprinsip; tak
kayu jenjang dikeping, asal anak-anaknya
dapat melanjutkan pendidikan. Bukan mustahil untuk mengurangi kebutuhannya sendiri demi
kepentingan pendidikan anaknya.
Jika demikian, pihak lain yang terkait dengan
kebijakan pendidikan perlu mengarifinya dengan bijak!