Ketika Guru Menjadi Tokoh Sentral di Ruang Kelas
Januari 19, 2017
Ketika guru menjadi 'tokoh' sentral di ruang kelas – Tatkala seorang guru berada di ruang kelas. Menyajikan
materi pelajaran dengan metode terpilih, supaya materi yang disajikan mudah dipahami oleh siswa. Dengan begitu siswa diharapkan mendapat nilai bagus sebagai
bukti penguasaan mereka terhadap materi pelajaran yang disajikan.
Sekian jumlah siswa dengan puluhan pasang mata di ruang kelas, tertuju pada seorang guru yang berdiri di depan kelas.
Saat itu pula, guru menjadi pusat perhatian seisi kelas. Guru telah menjadi sosok sentral, tokoh sentral di ruang kelas.
Tak dapat dielakkan lagi. Apa yang dimiliki guru akan jadi perhatian murid. Mulai dari ujung rambut sampai ke ujung sepatu.
Begitu pula cara dan gaya guru berbicara, sikap dan kebiasaan guru ketika mengajar.
Baca : Penampilan Guru dan Suasana Belajar
Semua
itu menimbulkan kesan mendalam bagi setiap siswa. Bahkan akan berkesan sampai
kapan pun.
Kelak akan dikenang semua itu
oleh siswa, dimana kadang-kadang melebihi ilmu yang disampaikan guru.
Seorang guru lebih
mudah diingat dan dikenang penampilan ketika mengajar ketimbang materi pelajaran yang pernah diberikan guru. Ini mungkin sudah lumrah.
Jika sobat pernah mampir di kantin sekolah terdekat dengan sobat. Siswa yang lagi bolos
belajar sering keasyikan menceritakan perihal guru-gurunya.
Ada guru yang
digelari guru angker, guru seniman, guru yang baik, dan sejumlah gelar lainnya.
Semua
“Ketokohan” guru sering terungkap dalam perbincangan hangat saat siswa berada
di kantin sekolah.
Kekurangan atau kelebihan guru akan terkuak dalam diskusi
non-formal tersebut. Dan ini kita anggap karena memang seorang guru itu seorang tokoh penting di ruang kelas.
Baca juga : Upaya Menghidupkan Roh Pembelajaran
Memang,
ada juga benarnya. Cukup beralasan mengapa seorang guru dijuluki tokoh sentral di ruang kelas. Bahkan melebihi ketokohan
seorang figur publik.
Mudah-mudahan ketokohan guru dalam 'gunjingan' para murid, kita harapkan cerita yang baik-baik saja. Yang pantas ditiru dan digugu. Karena guru itu pahlawan
pembentuk insan cendikia.***