Pendidikan Membentuk Manusia Berbudaya
Mei 15, 2014
Pendidikan membentuk Manusia berbudaya - Sulit
dibayangkan! Bagaimana jika seorang anak manusia, sejak dilahirkan sampai meninggal
dunia, tak pernah mendapat pendidikan? Sementara kebutuhan lahiriah manusia itu
berupa makan dan minum, tetap dipenuhi.
Jangankan tidak pernah mendapat sentuhan nilai-nilai pendidikan. Yang sudah menempuh pendidikan di lingkungan keluarga maupun lembaga pendidikan.
Yang sudah menghabiskan biaya pendidikan sekian banyak.
Belum tentu dapat menjadi manusia yang berbudaya. Baik di mata manusia maupun pandangan Allah SWT.
Fakta nyata sering kita saksikan melalui media informasi yang ada saat ini. Nyaris kita disuguhi informasi penyimpangan dan penyelewengan.
Ironisnya, pelakunya adalah manusia yang telah pernah mendapat pendidikan. Baik pendidikan agama maupun pendidikan umum.
Penyimpangan
norma-norma yang berlaku di tengah masyarakat sering dilakukan oleh orang
dewasa dan memiliki pendidikan.
Justru dengan bekal pendidikan yang dimiliki,
mereka lebih pintar berkelit dan membela diri.
Mahir mencari alibi dan dalih.
Kalau perlu mengajukan pasal-pasal bahkan ayat-ayat dalam undang-undang untuk
menutupi kekurangan dan kecurangan mereka.
Fenomena
ini menjadi tantangan cukup serius dalam mengembangkan pendidikan yang
berbudaya.
Pendidikan tidak hanya sekadar mencerdaskan otak, membentuk anak pintar
dengan segudang prestasi belajar.
Yang lebih penting sesungguhnya adalah
membentuk manusia yang berbudaya. Prilaku orang dewasa yang tidak mencerminkan
budaya baik akan menjadi panutan bagi anak-anak bangsa yang sedang mengikuti
pendidikan.
Semestinya
orang yang memiliki pendidikan akan menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya.
Masyarakat akan yakin bahwa pendidikan benar-benar membentuk manusia yang
berbudaya.
Jika tidak, masyarakat akan beranggapan, buat apa memiliki
pendidikan tinggi jika makin kurang ajar!
Di
sisi lain, masyarakat banyak melihat orang-orang yang berpendidikan rendah
justru tidak banyak menimbulkan masalah sosial di tengah masyarakat.
Ucapan,
perbuatan dan tingkah lakunya tak banyak menimbulkan masalah bagi orang lain.
Bahkan
mereka mampu menjadi motivator handal untuk memecahkan masalah yang dihadapi
oleh orang lain.
Maka
berbahagialah orang yang tidak sempat memiliki pendidikan tinggi namun
masih mampu menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi kemaslahatan orang banyak.
Tentu saja, lebih berbahagia lagi bagi yang memiliki pendidikan memadai dan
mampu menjadi panutan di tengah masyarakat. Karena pendidikan itu pada
hakikatnya membentuk manusia yang berbudaya di tengah masyarakat.***