Strategi dan Penerapan Pendidikan Moral (3)
Desember 16, 2016
Strategi dan penerapan pendidikan moral (3) – Strategi
pendidikan moral adalah pendekatan atau upaya yang dilakukan untuk menumbuh-kembangkan
sikap, tingkah laku dan budi pekerti anak. Indikator keberhasilan strategi ini
akan terlihat dari pergaulan anak sehari-hari.
Ilustrasi gambar (pixabay.com)
Untuk mendukung upaya penerapan pendidikan moral perlu adanya program dan kebijakan. Hal Ini bertujuan untuk mewujudkan sasaran apa yang ingin dicapai.
Pemerintah dalam bidang pendidikan telah memiliki hal tersebut dan sudah diterapkan di lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.
Baca : Sekilas Telaah Program dan Kebijakan Pendidikan Moral (1)
Dalam hal ini adalah pembinaan moral anak ke arah yang lebih baik. Ini sudah dikemukakan pada bagian pertama pembahasan ini.
Tulisan
ini merupakan lanjutan dari artikel memberdayakan pendidikan moral melalui 3 jalur dan bagian terakhir dari
3 tulisan yang membahas perihal pendidikan moral anak.
Strategi ini
sesungguhnya bukanlah hal baru namun tidak ada salahnya kita ungkapkan kembali
pada kesempatan ini.
Baca kembali : Memberdayakan Pendidikan Moral Melalui 3 Jalur
1.Keteladanan
Memberi
contoh dan teladan kepada anak dinilai sebagai strategi paling efektif dalam
pembentukan moral anak. Strategi doktrin yang sering dilakukan pihak orang tua,
guru dan orang dewasa lainnya.
Sering menimbulkan pembangkangan dan tudingan
kepada pemberi doktrin.
Sebaliknya,
mengajarkan sesuatu nilai moral dan etika disertai contoh dan bukti nyata
justru lebih menunjukkan hasil yang signifikan.
Orangtua menyuruh anak shalat
dan mengerjakan amal kebaikan. Orangtua memang melaksanakan shalat dan suka
bersedekah, mengasihi anak yatim dan bersikap ramah terhadap tamu.
Seorang
guru mengajarkan pola hidup sederhana
dan dicontohkan secara nyata dengan sikap dan perbuatan kesederhanaan, rendah
hati dan jujur.
Tidak sebaliknya. Siswa disuruh sederhana namun fakta yang
mereka lihat pada guru malah jauh dari kesederhanaan.
Yang
paling mendesak barangkali adalah memberikan contoh yang nyata bagaimana etika
berbicara dengan yang lebih muda, dengan teman sebaya, dan dengan orang tua
serta guru.
Begitu pula sikap dan tingkah laku bergaul di tengah masyarakat,
ini perlu dicontohkan dengan nyata kepada anak oleh orang tuanya.
2. Pembiasaan Diri
Kebiasaan-kebiasaan
unik dan positif dalam keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat, perlu
dikembangkan secara berkesinambungan.
Kebiasaan-kebiasaan tersebut mengarah pada pembentukan moral anak.
Misalnya,
pemberian hukuman kepada anak/siswa yang melakukan kesalahan sebagai bukti
tanggung jawab terhadap tingkah laku yang merugikan diri sendiri maupun orang
lain.
Pemberian penghargaan verbal maupun non verbal kepada anak/siswa yang melakukan
kebiasaan baik.
3.Peraturan dan tata tertib
Dalam
keluarga memiliki aturan dan tata tertib tertentu yang harus ditaati sehingga
anak terbiasa untuk patuh dan taat pada setiap peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku.
Di
lembaga sekolah sudah pasti memiliki peraturan dan aturan tertentu. Penegakan
peraturan dan tata tertib tersebut mesti dengan pendekatan persuasif.
Hukuman
dan sanksi yang diberikan kepada siswa yang melanggar mestilah bersifat
mendidik dan memberi efek kesadaran diri.
4.Aktivitas dan hobi
Anak-anak
tidak hanya beraktivitas dan belajar secara rutin di sekolah maupun di rumah. Anak
juga butuh bermain dengan sesama teman, menyalurkan hobi dan kegemarannya.
Dalam hal ini, ada nilai sosial pergaulan seperti saling menghargai melalui
ucapan maupun tingkah laku. Kegiatan olah raga mengandung nilai sportifitas,
menerima kekalahan dan kemenangan.
Tentu
saja masih masih banyak strategi lain dalam menerapkan pendidikan moral kepada
anak.
Namun demikian prinsipnya adalah sekecil apapun usaha pengembangan nilai
moral dan etika pada anak, sudah sangat berarti mereduksi krisis moral pada
anak dan remaja.***