Sikap Demokratis Pemimpin Rumah Tangga
Agustus 17, 2014
Sikap demokratis pemimpin rumah
tangga – Rumah tangga merupakan unit terkecil dari suatu
komunitas bangsa. Boleh jadi diumpamakan keberadaan rumah tangga itu sebagai negara
bagian terkecil dari suatu bangsa. Sebab, anggota suatu rumah tangga adalah
ayah, ibu dan anak.
Ayah menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Fungsi ayah ini tidak dapat digantikan atau ditambah. Tidak ada dua pemimpin dalam rumah tangga. Tidak ada dua nahkoda bagi sebuah kapal. Dan tidak ada dua presiden dalam sebuah negera berbentuk republik.
Rumah tangga memiliki pemimpin yang unik. Kenapa tidak? Selain tidak dapat diganti atau ditambah, masih ada keunikan lain.
Pemimpin dalam kenegaraan, institusi, lembaga dan pemimpin organisasi, bisa mengundurkan diri atau disuruh mundur karena tidak sagggup memimpin apa yang dipimpinnya.
Namun
tak pernah kita dengar ada pemimpin rumah tangga yang mengundurkan diri. Atau
disuruh mengundurkan diri oleh anggota rumah tangganya untuk menjadi pemimpin
keluarga.
Disisi
lain, ayah memang harus mampu menjadi pemimpin, minimal pemimpin bagi dirinya.
Bagaimana mungkin seseorang mampu memimpin yang lain kalau dirinya sendiri
tidak sanggup mengurusnya.
Untuk menjadi pemimpin yang baik dan dituruti oleh
anggota rumah tangga, seorang ayah harus mempunyai power.
Dalam
hal ini yang dimaksud adalah kekuatan untuk menjadi pelindung anggota rumah
tangga secara fisik maupun psikis serta spiritual. Mempunyai kekuatan untuk
menjadi suri tauladan bagi anggota rumah tangga.
Ibarat
sebuah negara, tipe kepemimpinan suatu keluarga juga sangat menentukan warna
dan corak sosial budaya suatu keluarga. Tipe kepemimpinan seorang kepala
keluarga yang bersifat otoriter akan mengungkung anggota keluarga pada suasana
dan lingkungan yang tidak nyaman.
Ayah
yang bersifat demokratis dalam lingkungan rumah tangga sudah pasti menimbulkan
dan suasana lingkungan keluarga yang kondusif.
Tipe kepemimpinan seorang ayah ini sebenarnya
termasuk tipe pemimpin garis tengah. Tidak terlalu permisif, serba membolehkan
namun juga tidak mengekang dan melarang.
Tipe
kepemimpinan seorang ayah yang demokratis akan selalu menerima dan mendengar
masukan, pertimbangan, saran dari anggota keluarganya. Prinsip musyawarah dan
mufakat akan lebih diutamakan.
Namun
suatu ketika pemimpin rumah tangga ini dapat bertindak tegas terhadap
pelanggaran komitmen keluarga. Suatu ketika, ayah bisa memberikan hukuman (punishment) dan sebaliknya bisa pula
memberikan penghargaan (reward) yang
adil dan seadil-adilnya bagi anggota keluarga.
Demokratisasi
kepemimpinan dalam rumah tangga menjadi cikal bakal lahirnya pemimpin yang
demokratis di negeri ini. Sebab, tipe kepemimpinan ayah dalam keluarga akan berdampak
luas terhadap pembentukan karakter anak sebagai calon pemimpin bangsa. Merdeka!***