Konflik Sosial dalam Komunitas Sekolah
Oktober 02, 2014
Konflik sosial dalam komunitas
sekolah - Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan.
Kegiatan utama di sekolah adalah penyelenggaraan proses belajar dan mengajar. Proses
ini melibatkan komponen manusia di samping unsur sarana dan prasarana.
Semua komponen berinteraksi dan ditandai dengan adanya komunikasi satu sama lainnya. Apa pun bentuk komunikasi yang terjadi bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa.
Proses komunikasi dan hubungan sosial harus berjalan secara harmonis sehingga tercipta lingkungan pendidikan yang kondusif.
Tak dapat dipungkiri, praktiknya sehari-hari tidak jarang terjadi konflik namun kadarnya yang berbeda. Ada yang sudah meruyak sehingga diketahui oleh orang banyak, termasuk media massa.
Ini sangat tidak diingini. Oleh sebab itu sebelum merebak perlu penyelesaian yang intens terhadap masalah yang dihadapi.
Konflik
sosial yang terjadi antara lain; antar sesama guru, siswa, maupun dengan
pimpinan sekolah. Konflik sosial bisa juga terjadi dengan masyarakat di sekitar
sekolah maupun orang tua siswa.
Mengapa
terjadi konflik sosial antar komunitas sekolah?
Gesekan psikologis antara satu dengan yang lainnya disebabkan oleh
tindakan maupun kebijakan masing-masing komponen.
Misalnya kebijakan kepala
sekolah dalam menerapkan aturan kepada guru maupun siswa. Cara dan gaya
mengajar guru menyebabkan konflik psikologis dengan siswa. Atau sikap dan cara
pengelola sekolah dengan masyarakat dimana sekolah berada.
Sebenarnya
konflik tersebut tidak mesti terjadi apabila masing-masing unsur saling
memahami posisi dan tugas masing-masing. Kepala sekolah merupakan pemimpin di
lembaga sekolah.
Peranan pimpinan ini sangat penting dalam memelihara hubungan sosial
antar komponen manusia di sekolah. Pimpinan harus memberlakukan setiap komponen
itu penting semuanya.
Tak satu komponen
yang perlu mengklaim diri bahwa mereka yang
paling berperan penting di sekolah.
Konsep ini perlu dijaga kelanggengannya agar tidak terjadi keretakan hubungan
sosial di sekolah.
Pimpinan
perlu menciptakan suasana kondusif di sekolah untuk meredam segala bentuk konflik. Apapun kebijakan dan
kebijaksanaan yang diambilnya perlu pendekatan sosial.
Kepala sekolah
seyogyanya menganggap dan memperlakukan
guru sebagai guru profesional dan mitra kerja, bukan bawahan.
Kondisi
kekinian di lembaga sekolah adalah munculnya kebijakan-kebijakan baru, atau
perubahan-perubahan kebijakan dan peraturan yang bersifat mendadak dari pihak
yang berkompeten. Ini berpotensi menimbulkan
persoalan sosial dengan guru dan siswa.
Sudah
dimaklumi, perubahan mendadak memang membawa gejolak sosial dalam suatu
komunitas. Ini berawal dari anggota
komunitas belum siap menerima kebijakan baru yang mendadak tersebut.
Apalagi
kebijakan baru itu menambah kerja dan beban pikiran dari yang biasa dilakukan oleh guru.***