Fenomena Alamiah Pergantian Tahun
Desember 14, 2014
Fenomena alamiah pergantian tahun
– Selagi bumi berputar maka pergantian tahun itu akan tetap terjadi. Fenomena
ini sudah menjadi hukum alam. Begitu pula halnya dengan tahun 2014 ini. Prosesi
pergantian tahun tinggal menghitung hari.
Tahun baru 2015 akan disambut meriah oleh umat manusia di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Tanda-tanda penyambutan meriah itu sudah dapat dibaca dari berbagai media, termasuk jaringan internet.
Menyambut tahun baru tidak dilegalkan oleh undang-undang suatu negara namun hanya sebagai sebuah tradisi atau budaya sebagian manusia di bumi.
Berapa harikah lamanya tahun 2014 dan 2015?
Jika dicermati lebih seksama, proses pergantian tahun bukanlah hal yang luar biasa. Coba bayangkan, sudah 2014 kali terjadi pertukaran tahun sejak dimulainya perhitungan tahun Masehi.
Tahun Masehi dihitung
berdasarkan peredaran bumi mengelilingi matahari. Planet bumi beredar
mengelilingi matahari dalam satu kali putaran menempuh waktu selama 365 ¼ hari.
Namun dalam
perhitungan rilnya, 1 tahun Masehi lamanya 365 hari atau 366 hari. Jumlah hari
dalam 1 tahun sebanyak 366 hari hanya terjadi sekali 4 tahun. Ini disebut tahun
kabisat yang ditandai dengan bulan Februari berjumlah 29 hari.
Nah, orang yang
lahir tanggal 29 Februari (pada tahun kabisat) terpaksa mengadakan peringatan
ulang tahunnya sekali 4 tahun. Ulang tahun pernikahan dan lain sebagainya ikut
terbawa untuk diperingati setiap 4 tahun.
Tahun kabisat adalah
tahun yang angkanya dapat dibagi dengan bilangan 4. Contoh, tahun 2012, 2016,
2020, dan seterusnya. Tahun kabisat berusia 366 hari. Nah, tahun 2014 dan 2015
bukanlah tahun kabisat. Oleh sebab itu usia satu tahunnya adalah 365 hari.
Prosesi pergantian tahun berbeda-beda
Fenomena lainnya yang menarik dicermati
adalah, pergantian tahun tidak persis sama waktunya di muka bumi. Perbedaan ini
disebabkan oleh garis bujur derajat masing-masing belahan bumi tidak sama.
Contohnya, Indonesia terbentang pada 3
haris bujur, yaitu bujur 105 derajat, 120 dan 135 derajat. Garis bujur 105
dijadikan untuk menentukan waktu Indonesia bagian barat (WIB).
Begitu pula
bagian tengah (120) untuk patokan waktu
Indonesia tengah (WIT) dan waktu Indonesia bagian timur pada bujur 135 untuk
waktu Indonesia bagian Timur (WITA).
Jangan lupa baca: Mencermati Pergantian Tahun Masehi
Akibatnya, wilayah bagian timur lebih duluan mengalami pergantian tahun baru, kemudian bagian tengah dan diakhiri di wilayah Indonesia bagian barat.***