Tas Anakku Berat di Buku
Desember 06, 2014
Tas anakku berat di buku– Membaca judul ini, mungkin akan mengingatkan sobat pada sebuah judul film Indonesia, Cintaku Berat di Ongkos. Iya,
judul artikel ini hanya kebetulan belaka. Ini berawal dari kebiasaan
memperhatikan anak yang berangkat ke sekolah. Begitu pula memperhatikan
fenomena yang terjadi pada hampir semua siswa admin di sekolah.
Setiap pagi, ketika anak bungsu admin berangkat dan pulang sekolah. Perhatian admin sering tertuju pada tas punggung berwarna hitam dan sarat muatan. Bahkan tali tas yang menahan isi berupa buku dan alat pelajaran, nyaris putus.
Nampaknya sang anak yang masih kelas 3 sekolah dasar itu terlihat santai saja, namun admin yang melihatnya merasa kepayahan sendiri.
Bahkan
pernah admin berpikir untuk menakar atau menimbang berapa kilogram berat tas
anak itu. Tas seberat itu dibawanya pergi dan pulang sekolah saban hari.
Lalu, apakah
semua buku mata pelajaran dibawanya ke sekolah tiap hari, tidak menurut jadwal
yang ditetapkan sekolah? Tidak, anak
hanya membawa buku dan peralatan sesuai jadwal.
Baca juga: Simbol Beratnya Beban Belajar Siswa
Rupanya,
satu mata pelajaran itu terdapat beberapa buah buku.
Ada buku paket, buku
penunjang, buku catatan, dan buku latihan. Jika ada tiga mata pelajaran dalam
satu hari, tentu anak akan membawa sekian buah buku.
Inikah
ciri sebuah sekolah yang bermutu?
Apakah ini termasuk ciri negera dengan
pendidikan yang sudah maju?
Atau ciri kurikulum sekolah yang sudah maju? Sarat
materi dan kegiatan pembelajaran?
Mudah-mudahan akan ada pembaharuan yang signifikan terhadap kurikulum yang berlaku sekarang, Kurikulum 2013.
Tubuh
anak tertindih oleh buku dan peralatan sekolah. Otak anak dipadatkan dengan
materi pelajaran. Apakah ini ciri-ciri kurikulum pendidikan yang sudah maju?
Setahu
admin, negara yang sudah maju pendidikannya justru anak sekolahnya mempunyai
kegemaran membaca. Dimana-mana anak memanfaatkan waktu untuk membaca.
Entahlah.
Kadang-kadang buku yang ada, lengkap jumlahnya jarang dibaca anak. Atau anak
sudah jenuh membaca?
Padahal waktu mau membeli buku itu tak tanggung-tanggung
rayuan dan desakan anak pada orang tua.
Tapi buku itu hanya sekadar dibawa
pergi dan pulang sekolah. Duh, Tas
anakku sarat dengan buku!***