Belajar pada Sifat Air
Januari 24, 2015
Belajar pada sifat air
– Bisakah? Tentu saja bisa, namun tergantung sejauh mana penghayatan seseorang
terhadap sifat air. Sifat utama air yang menjadi bahan belajar adalah mencari tempat yang rendah, membasahi, dan
menyerupai wadah atau tempatnya.
Sejak dulu orang sudah mengetahui kalau sifat air itu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat rendah.
Atau singkatnya, air mencari tempat yang rendah. Ini analog dengan sifat arus listrik dinamis seperti yang pernah dibahas.
Makanya air itu termasuk fluida (zat alir).
Suatu
saat kita tidak akan terkejut, bila air menunjukkan sifat sebaliknya. Air
seakan menolak sifat dan kodratnya secara alamiah, sesuai kehendak Sang
Penguasa.
Misalnya, air sampai di puncak pohon kelapa yang tinggi. Air naik
dari sumur ke atas tabung air di atas tower di rumah.
Air
yang ada dalam buah kelapa bukanlah kumpulan air hujan. Melainkan sari air yang
berasal dari tanah bersama zat dan garam-garam mineral. Mengapa ini terjadi?
Tak lain disebabkan oleh daya hisab daun dan gaya kapilaritas pada batang kelapa.
Air
yang jauh sekian ratus meter di bawah permukaan tanah, naik ke permukaan akibat
ditarik oleh jetpam.
Atau air sumur
sekian meter di bawah permukaan tanah juga bisa naik ke atas tower karena gaya
tarik mesin pompa air.
Air
sungai, jelas mengalir dari hulu ke muaranya. Hulu adalah bagian tertinggi dari
aliran air. Muara adalah tempat berkumpulnya semua air. Muaranya bisa di danau
atau laut.
Ketika
mengalir dari hulu ke muara, air menampung dan membawa segala sesuatu yang baik
maupun buruk.
Tak pernah menolak ketika manusia dan makhluk lain membuang
segala sampah ke dalam sungai.
Bahkan oknum manusia sampai hati meracuni ikan
dan habitat yang ada di sungai. Manusia lupa kalau sungai, danau dan laut itu
untuk kesejahteraan manusia juga.
Tapi
ingat, suatu saat air di sungai bisa marah.
Datang banjir melanda. Bahkan menelan korban jiwa dan hewan ternak. Merusak
areal pertanian, dan sebagainya.
Makanya ada himbauan agar lingkungan sekitar
sungai jangan dirusak, air sungai jangan dicemari jika tidak ingin bencana
seperti disebutkan.
Hidup
ini sepertinya ibarat air sungai mengalir. Manusia lahir dan dibesarkan di dunia
kemudian suatu saat akan pergi ke muaranya yaitu akhirat. Dalam perjalanan
hidup menuju muaranya, penuh liku-liku kehidupan, suka dan duka.
Air
yang mengalir seakan mengajari manusia untuk selalu optimis dalam menjalani
proses kehidupan.
Menerima segala garisan dan suratan takdir yang Kuasa. Selalu
ingat pada yang Maha Pencipta dalam suka dan duka kehidupan.
Bersyukur terhadap
nikmat yang dilimpahkan, namun tidak berkeluh kesah dengan kesulitan dan
cobaan. Di balik kesulitan ada kemudahan.***