Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
April 04, 2017
Kegiatan pengembangan profesi
guru
– Unsur pengembangan profesi guru itu banyak jenisnya. Namun akan dibahas kali
ini adalah kegiatan ilmiah guru, khususnya karya tulis ilmiah dalam bentuk artikel ilmiah populer yang disebarkan melalui
media massa.
Setiap guru pasti pandai menulis. Mengapa tidak? Minimal seorang guru menulis di papan tulis saat mengajar. Menuliskan materi pelajaran materi yang penting untuk dicatat dan dipelajari oleh siswa.
Bukan
itu saja, guru juga telah piawai menulis dokumen
perangkat pembelajaran. Berbagai perangkat pembelajaran, mulai dari program
tahunan sampai rencana pembelajaran, yang pasti bukan sembarang tulis.
Melainkan
telah ditulis secara professional. Karena
menyangkut program untuk diterapkan langsung dalam proses belajar mengajar. Dokumen
tertulis ini juga sebagai pertanggungjawaban tugas kepada atasannya di sekolah.
Nah, kegiatan menulis seperti ini berkaitan dengan tugas pokok seorang guru.
Ini menjadi modal besar buat guru untuk menulis jenis tulisan lainnya.
Guru
juga berpeluang untuk menulis artikel ilmiah (karya tulis ilmiah), makalah dan
buku. Tentunya, artikel ilmiah yang ditulis harus berkaitan dengan bidang
pendidikan dan kebudayaan. Kegiatan seperti ini termasuk unsur pengembangan
profesi guru. Kegiatan ini dihargai dengan angka kredit tertentu yang berguna
untuk kenaikan pangkat guru.
Artikel
ilmiah dapat ditulis dalam bentuk artikel ilmiah popular di bidang pendidikan
dan kebudayaan. Namun harus disebarkan melalui media massa seperti; surat kabar
dan jurnal ilmiah lainnya. Inilah permasalahan yang sering dihadapi oleh
sebagian guru. Kabarnya, belum semua guru yang dapat menulis artikel ilmiah
populer di media massa.
Kesulitan
yang dihadapi sebagian guru, tidak semata
berawal dari kemampuan menulis sebuah artikel. Lebih dari itu adalah
kesanggupan guru untuk menulis artikel yang memenuhi kriteria yang ditetapkan
oleh media bersangkutan.
Ada
guru yang mencoba menulis artikel dan dikirim ke media cetak namun tidak pernah
dimuat. Akhirnya keinginan menulis artikel di media massa menjadi patah di
tengah jalan. Guru segera melirik media internet dan berpindah membuat blog
karena tidak banyak memiliki aturan penulisan artikel.