Membedakan Antara Fakta dan Opini
Januari 14, 2015
Membedakan
antara fakta dan opini – Dalam kehidupan sehari-hari sering
kali kita temukan informasi yang kadang-kadang sulit dibedakan antara fakta dan
opini.
Kesanggupan seseorang untuk menerima dan mencerna informasi seperti ini sudah pasti berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh pengetahuan, wawasan, dan penalaran yang berbeda pula.
Fakta merupakan peristiwa atau kejadian yang dapat dibuktikan kebenarannya melalui logika manusia.
Dalam konsep ilmu pengetahuan, biasanya fakta itu dinyatakan dengan angka dan kronologi peristiwa.
Misalnya apa, dimana, kapan, kenapa dan bagaimana. Jawaban
dari semua pertanyaan ini akan memperkuat sebuah fakta.
Opini merupakan pandangan seseorang
terhadap suatu masalah yang terjadi. Ini lebih banyak melibatkan perkiraan atau
dugaan meskipun dilandasi oleh data-data dan fakta yang terjadi.
Opini bisa
jadi tidak bisa diterima melalui penalaran.
Perhatikan dua ilustrasi berikut ini:
A. Seorang
anak berumur 7 tahun berhasil menyeberangi sungai X yang lebar dan berarus
deras. Namun ia sempat terseret beberapa puluh kilometer kearah muara sungai.
Anak kecil ini berhasil sampai ke seberang setelah menggunakan sebuah batang
pisang. Ia tengkurang di atas batang pisang sementara tangan kanannya mengayuh
batang pisang.
B. Seekor
kambing yang nyasar ke daerah bukit pebatuan mampu bertahan hidup beberapa
hari. Padahal tidak satu helai rumput pun yang ada di tempat itu.
Diperkirakan
kambing tersebut mengunyah batu sekadar menyalurkan rasa laparnya.
Nah, pernyataan A digolongkan pada
fakta. Tindakan anak kecil tersebut dapat diterima akal sehat.
Tindakan anak
kecil agar dapat menyeberangi sungai yang lebar dan deras menggunakan batang
pisang tergolong sebuah kreativitas yang masuk akal.
Namun pernyataan B tidak bisa diterima
logika. Batu itu benda keras. Untuk bisa mengunyah batu, gigi kambing harus
lebih kuat dari batu.
Ini tidak logis!
Artinya, pernyataan tersebut jelas tidak dapat kita percayai. Mengada adakan
yang tidak ada.
Sebenarnya, antara fakta dan opini menyangkut
antara kebohongan dan kebenaran.
Pernyataan yang dilontarkan oleh seseorang
dapat diterima atau tidak setelah melalui proses bernalar.
Dengan demikian,
kita tidak terlalu mudah menerima ucapan atau informasi yang dilontarkan oleh
seseorang melalui media massa sebelum menganalisa kebenarannya.
Bukan mustahil yang disampaikan itu
omong kosong belaka atau mengada-adakan yang tidak ada.
Sebaliknya, apa yang
mereka sampaikan adalah ucapan dan informasi yang bermakna bagi kemaslahatan
orang banyak.
Bisa diterima akal sehat dan bisa pula dilaksanakan oleh semua
orang.
Disinilah pentingnya pencerdasan dan
nalar seseorang dalam menanggapi berbagai isu dan informasi yang berkembang di
tengah masyarakat.
Masyarakat tidak mudah terprovokasi dan terhasut oleh
pihak-pihak yang ingin merusak ketentraman suatu komunitas masyarakat yang
beraneka ragam suku, budaya dan agama.***