Untungkah Bila Ada Siswa Bandel di Sekolah (?)
Februari 22, 2015
Untungkah bila ada siswa bandel
di sekolah (?) – Siswa yang melakukan tindakan menyimpang saat
belajar. Atau melanggar aturan dan disiplin sekolah. Sering dianggap sebagai
anak yang bandel atau nakal.
Ilustrasi gambar (pixabay.com)
Anak yang mendapat label ini sering menjadi bahan gunjingan guru di ruang atau kantor majelis guru. Ada guru yang merasa kesal dan menumpahkannya berapi-api ketika jam istirahat di kantor.
Namun ada pula yang sengaja mendiamkannya, seolah-olah tak terjadi apa-apa, tidak mendapat masalah berarti ketika mengajar di ruang kelas.
Mungkin karena khawatir akan dianggap sebagai guru yang kurang mampu menguasai siswa dalam mengajar.
Fenomena siswa nakal atau bandel di sekolah merupakan
hukum kausal. Ketika siswa menunjukkan perilaku menyimpang maka ketika itu pula akan terungkap apa penyebab mereka melakukan hal itu.
Ada faktor tertentu yang mendorong
siswa menunjukkan perilaku indisipliner. Dan, ternyata penyebabnya bukan semata-mata
berasal dari dalam diri siswa.
1.Strategi dan pola pembelajaran yang tidak tepat
Siswa
yang melakukan tindakan menyimpang bukan mustahil bersumber dari strategi dan
pola pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Strategi pembelajaran yang
diterapkan guru tidak sesuai dengan karakter peserta didik.
Pola pembelajaran
tidak mengakomodasi semua kondisi kemampuan siswa dalam menyerap materi
pelajaran.
Oleh
sebab itu guru perlu berusaha menyesuaikan strategi dan pola pembelajaran
dengan karakter siswanya sendiri. Strategi pembelajaran itu sesungguhnya bukan
atas kemauan guru melainkan didasari oleh kondisi dan karakter peserta didik
yang dihadapi.
2.Kurang meratanya perhatian terhadap siswa
Ada
kecenderungan guru untuk lebih memperhatikan siswa yang mempunyai kelebihan
dalam belajar. Misalnya siswa yang aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan.
Siswa
yang mendukung terlaksananya pembelajaran guru, siswa yang duduk di bagian
depan, dan lain sebagainya.
Bagaimana
dengan siswa lain yang kebanyakan bersikap pasif? Bersikap tidak peduli dengan
pembelajaran yang sedang berlangsung?
Mereka lebih banyak mendapat teguran dan
sindiran ketimbang perhatian belajar. Justru mereka ini cenderung ingin mencari
perhatian dengan cara mereka sendiri.
3.Pendekatan monoton terhadap siswa
Dari
sekian murid yang dihadapi dalam satu kelas. Tidak semua yang mengalami suasana
psikologis yang kondusif. Di antara siswa ada yang mengalami kegalauan
psikologis. Mengalami masalah interen yang kurang terdeteksi oleh guru.
Menghadapi
siswa demikian, guru sering melakukan pendekatan disiplin belajar. Setiap
kesalahan yang dilakukan siswa selalu dihadapkan dengan butir-butir disiplin
kelas dan sekolah. Pendekatan ini dinilai monoton dalam menyikapi gangguan
belajar oleh siswa.
Padahal
sesungguhnya siswa juga ingin dilakukan pendekatan psikologis dalam bentuk
hubungan keakraban antara guru dengan siswa. Pendekatan ramah anak kiranya cukup efektif untuk melibatkan siswa untuk mengikuti
pelajaran dengan baik.
Pemecahan masalah
Usia
anak SMP adalah usia dimana mereka merasa menuju taraf kedewasaan. Sementara
usia SMU merasa sudah dewasa dan ingin diperlakukan sebagaimana orang dewasa
lainnya. Kondisi ini perlu dipahami oleh semua guru agar tidak terjadi
kontradiksi sikap.
Jika
ada tindakan orangtua, guru dan orang yang berada di lingkungannya tidak
menghargainya maka nurani mereka akan berontak, memprotes perlakuan orang lain
terhadap dirinya.
Di
sisi lain guru dan orangtua juga harus memiliki sikap empati, memahami mengapa
siswa berbuat sesuatu yang melanggar aturan sekolah. Apa sesungguhnya yang
terjadi dengan pikiran dan kepribadian mereka.
Apakah seratus persen tindakan
yang mereka lakukan itu murni dari kepribadian mereka? Atau ada unsur lain yang
menyebabkan mereka terdorong untuk melakukan perbuatan menyimpang?
Yang
jelas, siswa yang sering dianggap bandel itu bukanlah anak bodoh. Jika mereka anak
bodoh pasti tak banyak tingkah. Justru anak bandel itu anak yang cerdas.
Oleh
sebab itu perlu mendapat pencerahan yang optimal dari guru, orangtua maupun
masyarakat sekitarnya. Mendapat pengarahan yang sesuai karakter masing-masing
anak.
Jadi,
beruntunglah jika guru sanggup menghadapi dan mengatasi siswa yang dianggap
bandel atau nakal di sekolah.
Siswa ini juga berpotensi untuk mengalami nasib sukses di masa depan karena mereka
memiliki pengalaman belajar dan suka
duka belajar yang bermakna.
Bukan mustahil mereka ini juga yang akan mengingat jasa
guru kelak di kemudian hari. Yang membenarkan apa yang pernah disampaikan guru
itu benar semuanya.***