Antara Kebutuhan dan Kewajiban Belajar
Agustus 25, 2015
Antara kebutuhan dan kewajiban belajar - Tidak
ada salahnya sekali-sekali kalau setiap siswa bertanya pada diri sendiri. Apakah belajar itu sebagai kebutuhan atau
kewajiban? Pertanyaan ini akan membangkitkan motivasi belajar siswa. Jika kewajiban dianggap kebutuhan niscaya kemauan dan keinginan belajar siswa menjadi tinggi.
Jawaban yang diharapkan semestinya memang belajar sebagai kebutuhan! Kalau kita membutuhkan sesuatu, tentu akan berusaha sekuat tenaga agar yang dibutuhkan itu dapat dipenuhi. Sebagai contoh, seseorang butuh makan.
Dengan sadar pasti diusahakan bagaimana nasi dan
lauk-pauknya tersedia di meja makan. Kalau belum tersedia, harus dibeli ke
warung nasi atau dimasak terlebih dulu. Begitulah orang untuk memenuhi
kebutuhan akan makan.
Mungkin
tidak bisa disamakan antara kebutuhan makan dengan kebutuhan belajar. Kenyataannya, orang tidak akan mati karena tidak
belajar. Justru orang akan mati jika tidak makan. Namun prinsip pemenuhan
antara kebutuhan makan dan belajar hampir sama.
Siswa
yang butuh belajar akan berusaha agar materi pelajaran dimiliki. Materi
pelajaran akan dimiliki dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Materi
belajar dapat diperoleh melalui guru, buku, majalah, surat kabar, internet,
bahkan alam yang terkembang ini bisa dijadikan tempat belajar.
Bila
belajar dianggap kewajiban, orang bisa saja berprinsip asal lepas kewajiban.
Memenuhi aturan pemerintah tentang wajib belajar. Atau bisa juga berangkat dari
rumah untuk belajar di sekolah.
Karena merasa belajar sebagai kewajiban, siswa
bisa saja tidak sampai ke tujuan. Bolos belajar.
Kalau
sudah seperti itu, sesuai pepatah; minyak habis sambal tak enak. Buang modal
alias menghabiskan biaya sekolah dari orang tua. Mendingan berhenti saja sekolah dan uangnya digunakan
untuk modal berusaha.
Benar kata orang pintar. Penyesalan
selalu datangnya di belakang hari. Jika menyesal itu datangnya lebih dulu
niscaya siswa tidak ada yang malas atau merasa terpaksa belajar. Belajar pasti
butuh biaya.
Biaya transportasi, jajan, iuran, sumbangan dan segala macamnya.
Belum termasuk beli pakaian dan alat-alat kebutuhan belajar.
Begitu
banyak biaya yang dikeluarkan oleh orang tua agar anaknya dapat belajar di
sekolah. Pastinya, orang tua tidak akan meminta ganti uang yang telah
dikeluarkan untuk anaknya.
Namun yang diharapkan orang tua adalah hasil belajar
yang memuaskan. Memperoleh nilai yang bagus untuk mengobati jerih payah mereka
dalam mencari uang.
Tidak
ada jalan lain, jika belajar dianggap sebagai kebutuhan, maka siswa harus giat dan tekun belajar.
Hasil
belajar akan memuaskan dan dipersembahkan kepada kedua orang tua di rumah. Pengganti jerih payah orang tua yang sudah bersusah payah menyekolahkan anaknya.***