Bentuk Aktivitas Belajar Siswa
Mei 22, 2015
Bentuk aktivitas belajar siswa - Aktivitas selama
pembelajaran berlangsung melibatkan aspek fisik dan psikis siswa. Kedua aspek tersebut saling berkaitan satu sama lainnya.
Sebagai contoh, ketika seseorang hendak mengucapkan sesuatu kepada yang lain, orang itu harus memikirkan materi apa yang akan disampaikannya.
Aktivitas itu akan lancar apabila ada sinkronisasi antara aktivitas fisik dengan aktivitas psikis.
Paul B. Diedrich dalam Sadiman (2001) membagi aktivitas siswa menjadi aktivitas verbal dan aktivitas non verbal.
Aktivitas verbal adalah aktivitas dalam bentuk ucapan seperti bertanya, menjawab, menanggapi, berdiskusi, memperhatikan gambar dan lain sebagainya.
Sedangkan
aktivitas non verbal berupa aktivitas fisik dan mental. Berinteraksi dengan sumber belajar,
memperhatikan dengan serius, antusias dalam belajar, sikap bosan dan apatis,
dan lain sebagainya, adalah contoh-contoh aktivitas non verbal.
Semakin banyak
aktivitas diciptakan dalam pembelajaran akan membuat pembelajaran lebih hidup,
dinamis dan tidak membosankan serta pembelajaran itu benar-benar menjadi milik
siswa.
Aktivitas
belajar dapat terlaksana secara baik dan lancar bila kegiatan belajar
terencana, terarah dan sistematis.
Untuk menciptakan ini sangat tergantung pada
metode bembelajaran yang digunakan.
Montessori ( Sadiman, 2001) menegaskan :
“bahwa anak-anak itu memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik hanya berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak-anak didiknya”.
Pernyataan Montessori ini memberikan petunjuk
bahwa anak didiklah yang melakukan aktivitas lebih banyak sementara guru
sebagai perencana dan pembimbing dalam pembelajaran.
Disisi
lain, anak didik dipandang sebagai individu yang mempunyai potensi untuk
berkembang.
Guru bertugas menyediakan bahan pelajaran dan anak didik yang
mengolah dan mencernanya sendiri sesuai dengan perkembangan dan kemampuannya.
Sehubungan
dengan ini Piaget dalam Sadiman ( 2001) menerangkan :
“bahwa seorang anak itu befikir sepanjang dia berbuat”.
Tanpa berbuat berarti anak itu tidak berfikir.
Oleh karena itu agar anak berfikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk
berbuat sendiri.
Berfikir pada taraf verbal akan timbul setelah anak itu
berfikir pada taraf perbuatan.
Bentuk
aktivitas dalam pembelajaran di kemukakan lagi oleh Paul B.Diedrich dalam Sadiman
(2001) antara lain :
(a) Visual
activities, misalnya ; membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi dan
percobaan).
(b).Oral
activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawan cara,diskusi, interupsi.
(c).Listening
activities, seperti : mendengarkan
(diskusi, musik, pidato, percakapan).
(d).Writing
activities, misalnya : menulis (cerita,kesimpulan, laporan, karangan, angket,
salinan).
(e).Drawing
activities, misalnya : menggambar (grafik, peta, diagram,bagan).
(f).Motoric
activities, misalnya, : melakukan percobaan, bermain, berkebun,
berternak,membuat (konstruksi, model, reparasi).
(g).Mental
activities, seperti : menanggapi, mengingat, melihat hubungan, menganalisa,
mengambil keputusan, memecahkan soal.
(h).Emotional
activities, seperti : menaruh minat, gembira, bersemangat, bergairah,berani,
tenang, gugup, merasa bosan.
Berpedoman
pada beberapa pendapat pakar pendidikan diatas dapat diartikan bahwa aktivitas
adalah bentuk kegiatan yang berwujud dalam diri individu dan terlahir secara
verbal ataupun non verbal baik berupa fisik maupun mental.
Wujud itulah yang
diupayakan oleh guru melalui pendekatan dan metode pembelajaran agar terlahir dan berkembang sesuai dengan harapan.***