Mengutip Hikmah Idul Fitri 1438 H

Mengutip hikmah idul fitri 1438 H - Selamat hari raya idul fitri 1 syawal 1438 H. Minal aidin walfaidzin. Kali ini admin kembali menghadirkan artikel yang terkait dengan idul fitri 1438 H. 

Lebaran idul fitri 1438 H perlu disikapi dengan kesederhanaan mengingat kondisi perekonomian keluarga dan membubungnya harga barang kebutuhan pokok. Tidak itu saja, segala tarif dan bea ikut naik menjelang puasa ramadhan.

Warna warni aktivitas menjelang lebaran ditandai dengan tradisi mudik lebaran. Sementara orang di kampung halaman tak kalah sibuknya mempersiapkan datangnya lebaran sekaligus perantau yang akan mudik lebaran. 

Bagaimana pun lebaran perlu disambut dengan pola hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan secara fisik.

Lebaran dari tahun ke tahun, masih terkesan agak materialistik memang. Lihatlah bagaimana orang menyambut lebaran dengan habis-habisan secara fisik. Perlengkapan rumah tangga harus diperbaharui, pakaian harus serba baru dan mewah, dan masih banyak lagi contoh-contohnya. 

Sementara di sekitar lingkungan masih banyak anak yatim yang bertopang dagu menyambut lebaran. Mereka mengharapkan rasa sosial dan empati dari orang-orang yang mampu. 
Simak juga: Puasa Menumbuhkan Rasa Sosial dan Empati pada Anak
Sesungguhnya pemahaman terhadap lebaran tidak hanya sekadar aktivitas kemeriahan dan kemewahan menyambut lebaran. Namun yang lebih penting adalah kegembiraan atas kemenangan yang diraih setelah berpuasa selama bulan ramadhan. 

Kenapa harus gembira?

Idul fitri berarti kembali pada kesucian. Suci sebagaimana layaknya bayi yang baru lahir. Wangi dan bersih dari dosa. Puasa sebulan penuh akan mengantarkan manusia ke fitrah kesucian ini. 

Hikmah yang pantas kita kutip adalah hapusnya dosa-dosa yang telah diperbuat sebelumnya. Dosa dari sikap iri dan dengki, kikir dan bakhil, dendam kesumat, dan sikap tercela lainnya.

Nilai-nilai kesucian yang diperoleh di hari raya idul fitri ini menjadi modal dasar untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah setelah lebaran. Lebih dari itu, sikap dan tingkah laku yang tidak terpuji minimal dapat tereduksi dalam kehidupan sehari-hari. Inilah hikmah utama yang perlu dipetik dari idul fitri 1438 H.

Semua itu akan terwujud jika lebaran dipahami sebagai wahana untuk meningkatkan ibadah dari segi kualitas dan kuantitas. Lebaran usai maka dimulailah lembaran baru untuk mengimplementasikan nilai-nilai kesucian yang telah dikutip dalah kehidupan sehari-hari.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel