Mengutip Hikmah Idul Fitri 1438 H
Juni 24, 2017
Mengutip hikmah idul fitri 1438 H -
Selamat hari raya idul fitri 1 syawal 1438 H. Minal aidin walfaidzin. Kali ini
admin kembali menghadirkan artikel yang terkait dengan idul fitri 1438 H.
Lebaran
idul fitri 1438 H perlu disikapi dengan kesederhanaan mengingat kondisi perekonomian
keluarga dan membubungnya harga barang kebutuhan pokok. Tidak itu saja, segala tarif
dan bea ikut naik menjelang puasa ramadhan.
Warna
warni aktivitas menjelang lebaran ditandai dengan tradisi mudik lebaran.
Sementara orang di kampung halaman tak kalah sibuknya mempersiapkan datangnya
lebaran sekaligus perantau yang akan mudik lebaran.
Bagaimana pun lebaran perlu
disambut dengan pola hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan secara fisik.
Lebaran
dari tahun ke tahun, masih terkesan agak materialistik memang. Lihatlah bagaimana
orang menyambut lebaran dengan habis-habisan secara fisik. Perlengkapan rumah
tangga harus diperbaharui, pakaian harus serba baru dan mewah, dan masih banyak
lagi contoh-contohnya.
Sementara di sekitar lingkungan masih banyak anak yatim
yang bertopang dagu menyambut lebaran. Mereka mengharapkan rasa sosial dan
empati dari orang-orang yang mampu.
Simak juga: Puasa Menumbuhkan Rasa Sosial dan Empati pada Anak
Sesungguhnya
pemahaman terhadap lebaran tidak hanya sekadar aktivitas kemeriahan dan
kemewahan menyambut lebaran. Namun yang lebih penting adalah kegembiraan atas
kemenangan yang diraih setelah berpuasa selama bulan ramadhan.
Kenapa harus
gembira?
Idul
fitri berarti kembali pada kesucian. Suci sebagaimana layaknya bayi yang baru
lahir. Wangi dan bersih dari dosa. Puasa sebulan penuh akan mengantarkan
manusia ke fitrah kesucian ini.
Hikmah yang pantas kita kutip adalah hapusnya
dosa-dosa yang telah diperbuat sebelumnya. Dosa dari sikap iri dan dengki, kikir
dan bakhil, dendam kesumat, dan sikap tercela lainnya.
Nilai-nilai
kesucian yang diperoleh di hari raya idul fitri ini menjadi modal dasar untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas ibadah setelah lebaran. Lebih dari itu, sikap dan
tingkah laku yang tidak terpuji minimal dapat tereduksi dalam kehidupan
sehari-hari. Inilah hikmah utama yang perlu dipetik dari idul fitri 1438 H.
Semua
itu akan terwujud jika lebaran dipahami sebagai wahana untuk meningkatkan
ibadah dari segi kualitas dan kuantitas. Lebaran usai maka dimulailah lembaran
baru untuk mengimplementasikan nilai-nilai kesucian yang telah dikutip dalah
kehidupan sehari-hari.***