Tatkala Bencana Kabut Asap Masih Melanda
Oktober 11, 2015
Tatkala bencana kabut asap masih melanda - Kabut asap bukan lagi hal luar biasa untuk diberitakan atau ditulis artikelnya. Pulau Sumatera dan Kalimantan khususnya, memang masih resah oleh kabut asap yang menyelimuti bumi sejak beberapa minggu belakangan.
Bencana pencemaran udara seperti ini sudah berkali-kali terjadi. Hal ini sudah kita ketahui bersama, akan berdampak buruk terhadap kesehatan manusia.
Pernafasan manusia akan terganggu dengan kabut asap ini. Bahkan bisa merenggut nyawa. Kalau sudah berkali-kali terjadi, tentu menjadi pelajaran berharga bagi kita.
Masih segar dalam ingatan kita, betapa jauh sebelum terjadinya kabut asap. Orang meributkan pencemaran udara akibat asap pabrik, pembakaran sampah, dan gas yang ditimbulkan oleh parfum.
Meninggikan cerobong asap pabrik merupakan langkah yang sudah ditempuh. Begitu pula mengurangi pembakaran sampah sebagai limbah rumah tangga.
Ketika dikhawatirkan efek rumah kaca, dimana meningkatnya suhu bumi akibat menipisnya lapisan ozon. Orang mencemaskan dampaknya terhadap peri kehidupan makhluk hidup di bumi.
Suhu bumi meningkat, akan terjadi pencairan es di kutub. Lebih luas, air laut di khatulistiwa akan naik bahkan menenggelamkan pulau.
Kini tidak tanggung-tanggung, kabut asap sebagai bencana pencemaran lingkungan telah memperpendek jarak pandang.
Jangankan jarak pandang untuk lalu lintas udara, jarak pandang pejalan kaki di bumi pun semakin pendek. Hal ini dapat kita rasakan pagi hari ketika bangun tidur.
Memakai masker pelindung menjadi cara paling mudah untuk mencegah dampak kabut asap terhadap kesehatan. Himbauan untuk tidak sering berada di luar rumah, mungkin sangat mudah.
Namun tidak mungkin dilakukan untuk jangka waktu lama. Orang perlu beraktivitas di luar rumah.
Kejadian ini menjadi pelajaran berharga buat kita semua. Mensyukuri nikmat tuhan serta mencegah dari kerusakan bumi. Pelihara lingkungan hidup, bersahabatlah dengan alam, mulai dari lingkungan keluarga sendiri.
Jika pemeliharaan tersebut sudah diawali dari unit terkecil kemudian berlanjut pada unit terbesar. Mudah-mudahan bencana ini tidak terulang kembali di masa mendatang.***