Langkah Nyata Mendidik Anak Hidup Sederhana
Februari 04, 2016
Langkah nyata mendidik anak hidup sederhana
– Barangkali kita sepakat, bahwa makna kata ‘sederhana’ itu bersifat subyektif.
Artinya, setiap orang akan memberi makna kesederhanaan menurut penghayatan dan pandangan
masing-masing. Tergantung dari aspek dan kepentingan apa orang tersebut dalam
memaknainya.
Namun dalam pembahasan artikel ini, makna sederhana dibatasi pada pengertian seadanya dan tidak berlebihan.
Nah, dalam konteks pendidikan, sederhana dalam hal ini dimaknai sebagai sikap dan tingkah laku hidup yang tidak berlebihan, apa adanya.
Sikap dan tingkah laku sederhana tercermin dalam pola-pola tertentu yang dapat diamati secara kasat mata. Pola hidup sederhana teramati sebagai pola hidup yang bersifat alamiah dan tidak dibuat-buat atau dipaksakan.
Keluarga sederhana pola hidupnya. Bukan berarti keluarga itu hidup miskin atau
serba kekurangan.
Keluarga sederhana adalah keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimal. Standar
pemenuhan kebutuhannya bukanlah patokan maksimal.
Oleh
sebab itu keluarga sederhana dapat memenuhi kebutuhan pokok hidup sehari-hari,
biaya pendidikan anak, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Pola kehidupan yang
menjadi ciri khas akan dapat diamati.
Misalnya,
perilaku dan kebiasaan membeli sesuatu sesuai kebutuhan dan kemampuan ekonomi
keluarga.
Tidak dapat memenuhi kebutuhan hanya berdasar keinginan semata. Tidak
memaksakan diri untuk memiliki sesuatu.
Begitu
pula terhadap sesuatu benda, materi atau peralatan yang telah dimiliki. Mereka menggunakan
secara wajar. Dipergunakan dengan prinsip dimana perlu dan kapan perlu saja.
#Mengapa perlu hidup sederhana?
Lagi-lagi
subyektif alasannya. Kondisi perekenomian masyarakat saat ini, secara global
belum dapat dikatakan sudah baik. Antara pengeluaran dan pendapatan keluarga
sulit mencapai titik keseimbangan.
Jika
pendapatan keluarga masih tetap namun sektor pengeluaran bukannya menurun. Ini boleh
jadi disebabkan oleh harga barang, tarif dan bea yang harus dikeluarkan secara
rutin.
Pola
hidup sederhana, secara psikologis akan membuat hidup terasa lebih nyaman dan
tentram.
Tidak perlu berpikir muluk-muluk untuk memiliki sesuatu, sebaliknya
bersikap dan bertindak sesuai kemampuan ekonomi keluarga.
Menerima apa adanya
keadaan kehidupan dengan tetap berusaha mencari nafkah.
Dengan
kehidupan yang nyaman dan tentram akan membuat jasmani dan rohani menjadi
sehat, aktivitas menjadi lancar.
Beribadah pun dapat dilakukan dengan khusuk.
Sehingga tepat dikatakan kalau sederhana itu indah dan nyaman.
#Langkah nyata terapkan perilaku hidup sederhana
Tak
dapat dipungkiri, hidup sederhana itu lebih mudah untuk diucapkan ketimbang
dilaksanakan. Mengapa?
Dinamika kehidupan yang semakin kompleks akan membuat
orang berfilosofi dan mempunyai tolok ukur sendiri dalam menerjemahkan hidup
sederhana.
Namun
demikian, prinsip utama dalam menerapkan pola hidup sederhana adalah mulai dari
diri dan keluarga sendiri.
Akan sulit berbicara, apalagi mengajak anak dan orang
lain untuk menerapkan perilaku hidup sederhana, jika tidak disertai contoh dan
teladan secara nyata dari orangtua.
Berikut
beberapa langkah nyata mendidik anak bersikap dan berperilaku sederhana dalam
lingkungan keluarga:
1.Berhemat dan menabung
Berhemat
bukan berarti mendidik anak bersikap pelit terhadap dirinya sendiri maupun pada
orang lain.
Berhemat lebih bermakna menggunakan sesuatu secara bijaksana sesuai
kebutuhan.
Tidak menggunakan secara berlebihan sehingga mendatangkan hal yang
mubazir.
Salah
satu implementasi sikap hemat adalah melatih anak menabung sejak dini. Tidak
harus menabung di bank kalau tidak memungkinkan.
Menggunakan celengan buatan
atau yang dibeli di pasar pun bisa untuk menabung uang.
Maka
anak akan terbiasa menyisihkan sebagian uang jajannya untuk hari esok.
Menabung
artinya menyisihkan sebagian (kecil) kebutuhan hari ini untuk keperluan hari
esok.
2.Menggunakan benda/alat secara
bijaksana
Menghargai
uang berarti mendidik anak menggunakan uang tersebut secara bijaksana.
Membeli
sesuatu karena memang dibutuhkan. Jika ada pakaian atau perlengkapan sekolah
yang masih bisa dipakai, kenapa harus beli yang baru hanya karena
gengsi-gengsian.
3.Kreatif mencari alternatif
pengganti
Hal
ini berlaku dalam hal memenuhi kebutuhan dalam keluarga.
Jika misalnya daging
sapi mahal, tak ada salahnya menggantinya dengan daging ayam yang lebih murah
harganya. Dan begitu seterusnya…
Begitu
pula dalam membeli kebutuhan perangkat komunikasi. Jika belum bisa beli ponsel
gadget yang lebih canggih dan mahal, kenapa tidak menggantinya dengan yang
sederhana, tahan lama dan harga terjangkau?
Dan,
masih banyak lagi contoh lain kreativitas mencari alternatif pengganti
alat/sarana yang dibutuhkan.
4.Menyesuaikan keinginan dan
kemampuan
Nah,
ini langkah nyata yang tak kalah pentingnya ditanamkan pada anak. Memiliki
sesuatu benda/materi perlu juga disesuaikan dengan kemampuan.
Keinginan
seseorang tanpa batas namun kemampuan seseorang terbatas.
Kesenjangan antara
keinginan dan kemampuan sering membuat orang pusing dan bertindak nekad.
5.Membedakan keinginan dan
kebutuhan
Mendidik
anak bersikap dan bertindak sederhana dalam keluarga dimulai dari kemampuan menelaah,
membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Mana yang dirasakan sebagai
kebutuhan dan mana pula yang hanya bersifat keinginan semata.
#Kesimpulan
Sederhana
itu memang bersifat relatif. Sulit mencari tolok ukur yang pas tentang hidup
sederhana.
Begitu pula dalam penerapannya di lingkungan keluarga. Masing-masing
keluarga memiliki cara dan gaya tersendiri.
Namun
demikian mendidik anak untuk hidup sederhana pada umumnya adalah menanamkan sikap
dan perilaku yang tidak berlebihan dalam kehidupan. Bersikap apa adanya, alamiah,
tidak boros dan mubazir.
Orang yang sederhana akan terlihat lebih tenang dan enjoy menjalani kehidupan. Allahuallam
bissowaab!***