Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Mei 31, 2016
Upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran - Sebuah ruang kelas
tidak berarti apa-apa tanpa adanya dinamika pembelajaran di dalamnya. Kelas hanyalah sebuah tempat atau ruang
yang dibatasi empat sisi dinding.
Diisi oleh seorang pengajar dan sekian murid yang duduk melipat tangan di meja. Atau diisi oleh siswa yang berbuat sesuka hati tanpa dapat dikendalikan oleh guru yang sedang berada di dalamnya.
Dinamika proses pembelajaran berangkat dari pemberdayaan semua sumberdaya yang ada di dalam kelas.
Sumberdaya dimaksud antara lain; guru (pengelola pembelajaran), siswa (objek sekaligus subjek pembelajaran), sarana dan fasilitas kelas, dan lain sebagainya.
Sumberdaya pembelajaran
akan membuat dinamika pembelajaran menjadi menggairahkan. Guru merasa senang
dalam mengajar, siswa merasa bergairah menerima materi pelajaran.
Jadilah ruang
kelas sebagai ruang potensial bagi siswa dalam memperoleh pengalaman belajar.
Pembelajaran berkualitas
Di ruang kelas terjadi proses belajar
dan mengajar. Ada beberapa komponen agar proses ini berlangsung, yaitu guru,
siswa, kurikulum dan pembelajaran.
Guru menempati posisi sentral karena akan
mengelola semua komponen yang ada.
Guru tidak berarti apa-apa tanpa ada
siswa di ruang kelas. Siswa adalah subjek sekaligus objek yang belajar. Untuk
mencapai tujuan dari belajar diperlukan kurikulum dan dioperasikan dalam bentuk
pembelajaran.
Sesungguhnya dalam pandangan siswa
tidak ada bedanya antara guru
sertifikasi dengan yang tidak disertifikasi.
Juga tidak penting
guru itu berijazah diploma atau sarjana. Guru honorarium atau guru pegawai
negeri.
Sebaliknya, justru siswa memandang guru
dari bagaimana cara menjalankan pembelajaran yang berkualitas. Menyenangkan dan
memuaskan mereka.
Guru yang terampil mengajar akan
membuat pembelajaran terasa berkualitas.
Mampu membuat siswa belajar penuh
semangat meskipun kadang-kadang materi pelajaran terasa agak sulit bagi siswa.
Kadang-kadang juga siswa merasa
seolah-olah waktu terlalu cepat berjalan. Waktu terasa cepat berjalan karena
mereka keasyikan belajar.
Siswa merasa telah terbius oleh guru sehingga siswa
tidak lagi mengingat-ingat waktu berakhirnya jam pelajaran.
Belajar dan bereksperimen
Mampukah guru memenuhi semua itu? Tentu
saja harus mampu kendatipun tidak mudah mewujudkannya. Guru yang berjuluk pendidik profesional apalagi.
Harus belajar dan mau bereksperimen
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Tujuannya untuk belajar
bagaimana cara mengajar yang baik.
Guru dituntut mau dan mempunyai
kesempatan untuk melakukan eksperimen berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran.
Dalam konsep pendidikan modern dikenal dengan istilah penelitian tindakan kelas (PTK).
Dilakukan secara mandiri dan atas
inisiatif sendiri sehingga hasil penelitian benar-benar mencapai sasaran.
Penelitian ini tidak bisa direkayasa, baik data maupun prosesnya.
Memperbaiki kualitas pembelajaran
harus dimulai dari kesadaran adanya kekurangan dalam menjalankan pembelajaran.
Tidak ada guru yang sempurna dan selalu berhasil melaksanakan
pembelajaran.
Sebab, yang dihadapi guru bukan benda
mati yang bisa diutak-atik seenaknya. Justru yang dihadapi adalah individu yang
sedang berkembang dan mencari jati diri. Siswa yang penuh dengan dinamika
kehidupan dunia remaja.
Sekali-sekali melakukan jajak pendapat
dengan peserta didik menjadi langkah yang baik. Kemudian bersedia
dikritik dan disanggah oleh siswanya atas kekurangan dalam mengajar.
Berangkat dari hal ini guru
berusaha mendata dan mengagendakannya. Berdasarkan agenda inilah guru berpijak
untuk memulai usaha memperbaiki pelayanan terhadap siswa dalam proses belajar mengajar.***