Lebaran Tidak Mesti Segalanya Baru, Pendidikan Anak Lebih Perlu
Juni 18, 2017
Lebaran
tidak mesti segalanya baru, pendidikan anak lebih perlu – Ketika puasa Ramadhan baru berjalan beberapa hari. Itu
berarti hari raya lebaran masih jauh di depan.
Namun hawa lebaran seakan mulai terasa. Hembusan hawa lebaran tersebut dapat dicermati dengan menyimak berita dan informasi dari berbagai media. Tidak terkecuali media internet tentunya.
Ketika puasa Ramadhan tinggal beberapa hari lagi, hawa lebaran semakin meningkat intensitasnya. Sebenarnya, hal ini bukanlah sesuatu yang aneh dan mengejutkan dari tahun ke tahun.
Kultur sosial-budaya masyarakat Indonesia sudah berurat dan
berakar dalam penyambutan lebaran sejak tempoe doeloe.
Penyambutan lebaran atau hari raya idhul fitri dilakukan secara besar-besaran. Persiapan itu ditandai dengan kebiasaan-kebiasaan membuat kue dan penganan lebaran yang membutuhkan biaya besar.
Kita tidak perlu heran ketika di suatu daerah terdengar kabar, angka perceraian meningkat mana kala lebaran tiba.
Begitu pula terjadinya pertengkaran di rumah tangga gara-gara kepala rumah tangga tidak kuasa memenuhi kebutuhan lebaran dengan sempurna.
#Lebaran segalanya serba baru
Jika
menoleh ke belakang, ke masa dan dekade yang lampau terutama di daerah
pedesaan. Warga masyarakat sering mengidentikkan lebaran dengan sesuatu yang
serba baru.
Misalnya,
waktu merayakan lebaran harus berpakaian serba baru. Sepatu atau sandal baru,
baju baru, dan sampai pada mobiler rumah tangga.
Perabot dan mobiler rumah tangga diganti dengan berbagai cara demi menciptakan suasana serba baru.
Bahkan
ada yang hanya mampu sekadar mengganti warna cat rumah.
Perubahan warna cat rumah sudah menunjukkan suasana baru di hari lebaran. Itu
semua dilatarbelakangi oleh prestise sosial sebuah keluarga dalam merayakan
lebaran.
#Pergeseran imej masyarakat
Dinamika
perkembangan zaman telah mengubah arah orientasi warga masyarakat ke yang lain
selain menghadapi lebaran. Imej masyarakat tidak lagi semata terarah ke
penyambutan lebaran semata. Menghadapi lebaran tidak mesti dengan sesuatu segalanya serba baru.
Jenis
dan volume kebutuhan masyarakat semakin meningkat. Orientasi masyarakat pun tidak hanya
menghadapi lebaran. Banyak kebutuhan lain yang perlu dipersiapkan.
Cari uang
atau mengumpulkan uang yang banyak selama bulan puasa Ramadhan tidak lagi
semata untuk menyambut lebaran.
Lebih
dari itu memikirkan pendidikan anak, terutama yang memiliki anak di bangku
sekolah atau perguruan tinggi. Usai lebaran disambut oleh tahun pelajaran baru
di dunia pendidikan.
Pada
umumnya masyarakat mulai mengarahkan perhatian pada persiapan pendidikan anak
pasca lebaran. Ada anak yang sudah diterima pada jenjang sekolah baru,
perguruan tinggi baru. Ada pula yang naik kelas.
Toh,
semua itu membutuhkan biaya pendidikan yang tidak sedikit. Maka tak heran,
sebagian orangtua anak yang peduli pendidikan, memakai prinsip ini: biarlah tidak memakai baju baru di hari
lebaran asal biaya pendidikan anak di tahun pelajaran baru terpenuhi. Luar biasa!***