Posisi Guru di Tengah Dinamika Kekinian

Posisi guru di tengah dinamika kekinian -  Pada hakikatnya profesi guru mengalami perkembangan sesuai dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial budaya, dan karakter bangsa. Konsekuensinya adalah pergeseran peran guru dalam pendidikan. 

Guru bukan hanya sekadar menyampaikan informasi sumber belajar yang ada. Lebih dari itu, guru adalah motivator, pembimbing, mediator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar.

Konsep peran guru di era perkembangan zaman kekinian menjadi tuntutan kurikulum pendidikan yang berlaku. Kurikulum 2013 (sering disebut, Kurtilas) mengalami proses yang cukup panjang sebelum benar-benar diterapkan. Mengapa terjadi demikian?


Alasan yang mungkin adalah bahwa kurikulum pendidikan itu disusun berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan kebudayaan serta kebutuhan akan pembangunan bangsa.

Ini pasti butuh waktu yang cukup untuk merancang, mempersiapkan, mengujicobakan sampai penerapan kurikulum tersebut.

Guru di era terdahulu

Banyak orang mengatakan, guru zaman dahulu sangat dihormati meskipun belum ada istilah guru  professional.

Barangkali ada benarnya. Guru adalah figur yang patut digugu dan ditiru. Guru dianggap sosok yang serba tahu, memiliki kepribadian yang perlu ditauladani.

Konon, guru sangat berani menghukum siswa nakal atau bandel di sekolah. Namun guru tidak akan menerima resiko dari hukuman yang diberikan kepada siswa. 

Jika orangtua mengetahui anaknya bermasalah, berperilaku menyimpang dalam belajar, tidak jarang orangtua ikut memberi ganjaran di rumah.

Guru di era kekinian

Jika dibandingkan dengan zaman sekarang, agaknya guru sudah berangsur-angsur kurang dihormati meskipun sudah berpredikat sebagai guru profesional

Berkurangnya penghormatan peserta didik terhadap guru tak lepas dari pergeseran nilai sosial dan budaya di tengah masyarakat.

Jika guru mau memberi hukuman terhadap siswa, perlu berfikir ulang untuk menerapkannya. Kesalahan memberi hukuman terhadap peserta didik akan berpotensi melanggar hak azazi manusia.

Di sisi lain,  siswa berani mengancam guru sebagai pertanda kurang hormatnya siswa pada guru. Ini hanyalah sedikit fakta dari sekian kenyataan yang terjadi dalam proses pendidikan anak di lembaga sekolah.

Anak semakin cerdas dan kritis

Agaknya perkembangan zaman dalam konteks ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, lebih cenderung membuat siswa cerdas dan berfikir kritis.

Cerdas menangkap informasi dan peristiwa yang terjadi. Kritis menanggapi hal-hal yang sensitif dalam proses pendidikan.

Siswa sekarang sudah paham tentang guru profesional dengan jumlah tunjangan yang sangat besar dari pemerintah. Siswa juga bisa menilai mana guru yang betul-betul profesional dan ‘pantas’ menerima tunjangan sertifikasi.

Mana guru yang patut digugu dan ditiru, mana pula guru yang sebaliknya. Jika ada yang kurang beres di mata siswa, janganlah heran apa yang akan dilakukan oleh siswa tersebut di sekolah.

Jika ada siswa yang pintar internet, ngeblog, dan browser di dunia maya dengan berjuta-juta ilmu pengetahuan dan teknologi.  Apakah itu sebagai hasil proses pendidikan yang berlangsung di sekolah?

Boleh jadi semua itu karena siswa yang cerdas dan kritis belajar mandiri di luar lembaga sekolah. Betapa banyak siswa yang hadir di dunia maya dengan karya blog/web yang luar biasa.

Tindak lanjut posisi guru

Proses pembelajaran di sekolah seyogyanya tidak lagi mengutamakan pencapaian prestasi akademik. Guru profesional diarahkan untuk pencapaian ranah sikap dan tingkah laku (afektif), dimensi keterampilan motorik kekinian (psikomotorik) tanpa mengenyampingkan aspek intelektual.

Peran guru dalam pendidikan lebih fokus sebagai motivator, pembimbing, mediator dan fasilitator. Dengan demikian guru dapat memposisikan diri dalam situasi dan kondisi apapun. Peran guru akan tetap fleksibel semoderen atau secanggih apapun dinamika kekinian.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel