Posisi Guru di Tengah Dinamika Kekinian
Juni 04, 2016
Posisi guru di tengah
dinamika kekinian - Pada hakikatnya profesi
guru mengalami perkembangan sesuai dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi,
sosial budaya, dan karakter bangsa. Konsekuensinya adalah
pergeseran peran guru dalam pendidikan.
Guru bukan hanya sekadar menyampaikan informasi sumber belajar yang ada. Lebih dari itu, guru adalah motivator, pembimbing, mediator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar.
Konsep peran guru di era perkembangan zaman kekinian menjadi tuntutan kurikulum pendidikan yang berlaku. Kurikulum 2013 (sering disebut, Kurtilas) mengalami proses yang cukup panjang sebelum benar-benar diterapkan. Mengapa terjadi demikian?
Alasan yang mungkin
adalah bahwa kurikulum pendidikan itu disusun berdasarkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan kebudayaan serta kebutuhan akan pembangunan
bangsa.
Ini pasti butuh
waktu yang cukup untuk merancang, mempersiapkan, mengujicobakan sampai
penerapan kurikulum tersebut.
Guru di era terdahulu
Banyak orang
mengatakan, guru zaman dahulu sangat dihormati meskipun belum ada istilah guru professional.
Barangkali ada
benarnya. Guru adalah figur yang patut digugu
dan ditiru. Guru dianggap sosok yang serba tahu, memiliki kepribadian yang
perlu ditauladani.
Konon, guru sangat
berani menghukum siswa
nakal atau bandel di sekolah. Namun guru tidak akan menerima
resiko dari hukuman yang diberikan kepada siswa.
Jika orangtua mengetahui
anaknya bermasalah, berperilaku menyimpang dalam belajar, tidak jarang orangtua
ikut memberi ganjaran di rumah.
Guru di era kekinian
Jika dibandingkan
dengan zaman sekarang, agaknya guru sudah berangsur-angsur kurang dihormati
meskipun sudah berpredikat sebagai guru profesional.
Berkurangnya
penghormatan peserta didik terhadap guru tak lepas dari pergeseran nilai sosial
dan budaya di tengah masyarakat.
Jika guru mau
memberi hukuman terhadap siswa, perlu berfikir ulang untuk menerapkannya. Kesalahan
memberi hukuman terhadap peserta didik akan berpotensi melanggar hak azazi
manusia.
Di sisi lain, siswa berani mengancam guru
sebagai pertanda kurang hormatnya siswa pada guru. Ini hanyalah sedikit fakta
dari sekian kenyataan yang terjadi dalam proses pendidikan anak di lembaga sekolah.
Anak semakin cerdas dan kritis
Agaknya
perkembangan zaman dalam konteks ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini,
lebih cenderung membuat siswa cerdas dan berfikir kritis.
Cerdas menangkap
informasi dan peristiwa yang terjadi. Kritis menanggapi hal-hal yang sensitif
dalam proses pendidikan.
Siswa sekarang
sudah paham tentang guru profesional dengan jumlah tunjangan yang sangat besar
dari pemerintah. Siswa juga bisa menilai mana guru yang betul-betul profesional
dan ‘pantas’ menerima tunjangan
sertifikasi.
Mana guru yang
patut digugu dan ditiru, mana pula guru yang sebaliknya. Jika ada yang kurang
beres di mata siswa, janganlah heran apa yang akan dilakukan oleh siswa tersebut
di sekolah.
Jika ada siswa yang
pintar internet, ngeblog, dan browser di dunia maya dengan berjuta-juta ilmu
pengetahuan dan teknologi. Apakah itu sebagai
hasil proses pendidikan yang berlangsung di sekolah?
Boleh jadi semua
itu karena siswa yang cerdas dan kritis belajar mandiri di luar lembaga
sekolah. Betapa banyak siswa yang hadir di dunia maya dengan karya blog/web
yang luar biasa.
Tindak lanjut posisi guru
Proses pembelajaran
di sekolah seyogyanya tidak lagi mengutamakan pencapaian prestasi akademik. Guru profesional diarahkan untuk pencapaian ranah sikap dan tingkah laku
(afektif), dimensi keterampilan motorik kekinian (psikomotorik) tanpa
mengenyampingkan aspek intelektual.
Peran guru dalam pendidikan lebih fokus sebagai motivator, pembimbing, mediator dan
fasilitator. Dengan demikian guru dapat memposisikan diri dalam situasi dan
kondisi apapun. Peran guru akan tetap fleksibel semoderen atau secanggih apapun
dinamika kekinian.***