Menjadikan Idul Fitri Sebagai Wahana Perenungan Diri
Juni 26, 2017
Menadikan
idul fitri sebagai wahana perenungan diri – Bulan ramdhan telah ditinggalkan dan disambut dengan bulan Syawal. Selama bulan ramadhan kita melaksanakan ibdah wajib dan ibadah sunnat. Dengan harapan kita mendapat ampunan dari Allah SWT.
Bulan ramadhan diakhiri dengan membayar zakat fitrah. Kewajiban pribadi setiap umat muslim dan diberikan kepada kaum yang berhak menerimanya.
Bulan Syawal dimulai dengan Shalat Hari Raya Idhul Fitri. Idul
fitri bermakna, kembali kepada kesucian diri. Hal ini diperoleh bagi orang yang
melaksanakan puasa wajib di bulan ramadan dengan penuh keikhlasan
Orang-orang yang menang dan mencapai
kesucian diri dari Allah SWT sangat pantaslah bergembira ria pada hari yang fitrah ini. Menghadapi
lebaran dengan penuh suka cita. Kemudian bersilaturrahmi dengan sanak famili dan kerabat lainnya.
Di awal bulan Syawal kita juga perlu merenungi diri setelah mencapai kemenangan dan kesucian diri. Merenungi diri seraya memetik hikmah idhul fitri untuk dijadikan sandaran dalam menjalankan hari-hari selanjutnya.
Perenungan diri dilakukan dengan tujuan agar kita menerapkan nilai-nilai idhul fitri dalam hidup dan kehidupan sehari-hari selama sebelas bulan kemudian. Sikap dan prilaku serta nilai keimanan dan ketaqwaan akan semakin meningkat.
Nilai-nilai ibadah puasa pada bulan ramadan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari setelah ramadan itu berlalu. Sikap iri dan dengki, kikir
dan bakhil, dendam kesumat, dan sikap tercela lainnya mulai berkurang dalam
diri.
Dengan menjadikan idul fitri sebagai wahana untuk perenungan diri.
Maka hari-hari setelah bulan ramadan akan dapat dilalui, menjadi hari yang
lebih bermakna untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan.***