Menjadikan Idul Fitri Sebagai Wahana Perenungan Diri

Menadikan idul fitri sebagai wahana perenungan diri – Bulan ramdhan telah ditinggalkan dan disambut dengan bulan Syawal. Selama bulan ramadhan kita melaksanakan ibdah wajib dan ibadah sunnat. Dengan harapan kita mendapat ampunan dari Allah SWT. 

Bulan ramadhan diakhiri dengan membayar zakat fitrah. Kewajiban pribadi setiap umat muslim dan diberikan kepada kaum yang berhak menerimanya. 

Bulan Syawal dimulai dengan Shalat Hari Raya Idhul Fitri. Idul fitri bermakna, kembali kepada kesucian diri. Hal ini diperoleh bagi orang yang melaksanakan puasa wajib di bulan ramadan dengan penuh keikhlasan

Orang-orang yang menang dan mencapai kesucian diri dari Allah SWT sangat pantaslah bergembira ria pada hari yang fitrah ini. Menghadapi lebaran dengan penuh suka cita. Kemudian bersilaturrahmi dengan sanak famili dan kerabat lainnya.

Di awal bulan Syawal kita juga perlu merenungi diri setelah mencapai kemenangan dan kesucian diri. Merenungi diri seraya memetik hikmah idhul fitri untuk dijadikan sandaran dalam menjalankan hari-hari selanjutnya.

Perenungan diri dilakukan dengan tujuan agar kita menerapkan nilai-nilai idhul fitri dalam hidup dan kehidupan sehari-hari selama sebelas bulan kemudian. Sikap dan prilaku serta nilai keimanan dan ketaqwaan akan semakin meningkat.

Nilai-nilai ibadah puasa pada bulan ramadan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari setelah ramadan itu berlalu. Sikap iri dan dengki, kikir dan bakhil, dendam kesumat, dan sikap tercela lainnya mulai berkurang dalam diri.

Dengan menjadikan idul fitri sebagai wahana untuk perenungan diri. Maka hari-hari setelah bulan ramadan akan dapat dilalui, menjadi hari yang lebih bermakna untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel