Menelisik Makna Filosofi Kuda Beban
Agustus 17, 2016
Menelisik Makna filosofi kuda beban – Masyarakat Minangkabau sejak dulunya terkenal
dengan beraneka ragam falsafah pendidikan, sosial, budaya, ekonomi dan aspek
kehidupan lainnya.
Simbol-simbol
yang digunakan dalam kehidupan masyarakat banyak mengambil personifikasi alam
sekitarnya. Ini pertanda alam sekitar menjadi sumber belajar penting dalam menempuh kehidupan bermasyarakat.
Filosofi
‘alam takambang jadikan guru’ sudah sangat populer di kalangan masyarakat. Filosofi
tersebut mengisyaratkan bahwa orang bisa belajar dari alam sekitarnya. Fenomena alam yang terjadi dan disaksikan menjadi
bahan belajar secara gratis dan emperisme.
Alam
sekitar sebagai simbol pendidikan berupa hewan, tumbuhan, benda mati, dan
manusia itu sendiri. Kuda, salah satu hewan yang menjadi telisik pembahasan ini,
sering menjadi perumpamaan dalam kehidupan.
Kuda
(kudo, bahasa minang) sebagai salah
satu hewan mamalia menjadi falsafah unik sebagaimana yang tertuang dalam
perumpamaan ‘nasib bak cando kuda baban’. Kuda merupakan simbol kekuatan.
Hewan
menyusui yang berkuku tunggal dan memiliki tenaga cukup kuat. Tenaganya
dibutuhkan oleh manusia untuk mengangkut barang berat mendaki maupun menuruni
medan cukup rumit dilalui manusia.
Kuda
beban sudah berusaha mati-matian bekerja untuk tuannya. Mendaki dan menuruni
medan sambil membawa sejumlah beban berat di kiri dan kanan punggungnya.
Semua
itu demi pengabdian kepada pemiliknya. Pengabdian kuda beban bertahun-tahun
telah mendatangkan kesejahteraan kepada pemiliknya. Apa balasan dari sang
pemiliknya?
Sang pemilik hanyalah memberi imbalan sekarung rumput dan sepotong sagu tiap pagi dan petang hari.
Sang pemilik hanyalah memberi imbalan sekarung rumput dan sepotong sagu tiap pagi dan petang hari.
Filosofi
di atas mengisyaratkan bahwa usaha dan kerja keras yang dilakukan lebih banyak
menguntungkan pihak lain.
Bersusah payah dalam berusaha, membanting tulang siang dan malam untuk mencari penghidupan.
Bersusah payah dalam berusaha, membanting tulang siang dan malam untuk mencari penghidupan.
Namun
semua itu hanyalah untuk memperkaya orang lain. Imbalan yang terima hanyalah
sekadar upah, keuntungan besar di raih oleh orang yang cerdas dan berkemampuan
tinggi.***