Berkurban dan Perbaikan Umat

Berkurban dan perbaikan umat - Allahu akbar 3X. Allah maha besar yang telah menjadikan Islam sebagai jalan hidup bagi orang-orang yang menggunakan akal fikiran dan hati nuraninya.  Masih terdengar gema takbir, tahlil dan tahmid bergema di seluruh belahan bumi yang diberkahi Allah SWT. Kebahagiaan dan kegembiraan masih dirasakan oleh seluruh umat islam di berbagai belahan dunia yang penuh dengan keberkahan dalam merayakan Idul Adha 1437 H.

Ilustrasi gambar (pixabay.com)

Hari Raya Idul Adha lebih akrab kita sebut dengan Hari Raya kurban karena setelah sholat Idul Adha kaum muslimin yang memiliki kemampuan materi amat ditekankan untuk berkurban dengan menyembelih hewan kurban sebagai simbol dari semangat dan kemauan untuk berkurban di jalan Allah SWT.

Manakala seorang muslim memiliki kemampuan untuk berkurban, tapi ternyata dia tidak mau berkurban, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, tidak pantas dirinya berada di masjid Allah, hal ini terdapat dalam satu hadistnya :

Barang siapa yang memiliki kemampuan untuk berkurban, tapi tidak dilakukannya, janganlah dia mendekati tempat shalat kami (HR Ibnu Majah dan Hakim dari Abu Hurairah).

Hari Raya Idul Adha memberikan isyarat kepada kita bahwa, orang-orang yang mau berkurban dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk memperbaiki kondisi umat Islam pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umummnya adalah orang-orang yang kembali kepada fitrah juga memiliki kesucian jiwa.

Karena tanpa jiwa yang suci itu pengorbanan hanya ada dalam omongan belaka, bahkan menggergoti nilai-nilai pengorbanan yang telah dilakukan saudaranya sesama muslim, serta pengorbanan yang dilakukan dirinya sendiri.

Berkurban adalah mengeluarkan dan menyerahkan apa yang kita miliki meskipun sebenarnya amat kita butuhkan, namun karena hal itu diperlukan oleh orang lain.

Orang yang tidak mau berkorban

Dalam kehidupan ini begitu banyak kita temukan orang–orang yang enggan berkurban. Yang perlu kita ketahui dan kita hindari adalah apa yang menjadi sebab seseorang  sehigga tidak mau berkurban.

Ada beberapa sebab seseorang tidak mau berkurban namun yang paling utama adalah terlalu cinta pada dunia sehingga kecintaannya kepada diri, anak, istri, suami, harta sama dengan kecintaannya Kepada Allah, bahkan melebihi kecintaanya kepada Allah.

Padahal bagi seorang mukmin sejati, tidak boleh kecintaanya kepada yang lain menyamakan kecintaannya kepada Allah SWT apalagi melebihi.

Allah Berfiraman :

Dan diantara manusia ada ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan Allah;mereka mencintainya sebagai mana mererka mencintai Allah. Adapun orang yang beriman, amat sangat mencintainya kepada Allah.(Qs 2:165)

Kontroversi dalam kehidupan kaum muslimin saat ini

Kontroversi dalam kehidupan kaum muslimin disebabkan mereka hanya mau berinteraksi dengan ajaran islam, namun hanya sampai pada tingkat wacana dan pembahasan saja.

Sedangkan mereka tidak mau berusaha untuk mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari mereka , baik secara bertahap maupun sempurna.

Bahkan mereka bertindak tidak sekedar mau melaksanakan ajaran Islam tersebut, tetapi mereka mengecam dan menyudutkan kaum muslimin yang mau berupaya menjalankan ajaran agamanya.

Mereka mengeluarkan istilah-istilah yang dapat menimbulkan konotasi negatif kepada para pengamal  ajaran islam seperti istilah, fundamentalis, fanatik, konservatif, simbolis dan lain-lainnya.

Bahkan sebagian mereka ada yang berkolaborasi dengan gerakan –gerakan Zionis baik dari Yahudi, Nasrani maupun bangsa Barat lainnnya dalam melahirkan dan mengokohkan istilah teroris bagi para pejuang kemerdekaan negeri-negeri Islam yang terjajah.

Allah SWT berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan ? Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan “ (Ash Shaff ayat 2-3)

Kontroversi dan pertikaian yang terjadi dalam diri dan masyarakat muslim saat ini terjadi akibat lemahnya komitmen mereka untuk menjalankan Islam sebagai agama dakwah.

Islam bukanlah agama yang pasif yang ajarannya dapat diwudkan dalam situasi lingkungan eksternal apapun.

Rendahya persatuan kaum muslimin

Persatuan kaum muslimin dalam berbagai tingkatannya demikian parah pada saat ini. Rendahnya persatuan mereka memang tidak terlepas dari rendahnya kesadaran kaum muslimin terhadap ajaran islam.

Tetapi ketidakmampuan mereka bertemu dalam kesatuan aqidah, kesatuan pemikiran dan kesatuan langkah perjuangan, telah menyebabkan tidak saja sirnanya peluang kerjasama, tetapi bahkan yang terjadi adalah saling pertikaian dan pertentangan sesama kaum muslimin.

Inilah yang menyebabkan kaum muslimin mudah di ‘adu domba’ oleh para musuh Islam sebagaimana yang terjadi pada akhir-akhir ini.

Modus operandi ‘adu domba’ ini jelas terlihat pada politik pembentukan pemerintahan boneka yang menguasai negeri-negeri muslim.

Pemerintahan seperti ini akan berhadapan dengan rakyatnya sendiri yang berjuang untuk Islam dengan alasan memerangi kebodohan, kemiskinan, kefanatikan dan terorisme.

Rendahnya persatuan kaum muslimin juga menyebabkan terjadinya jurang perbedaan yang sangat menjolok di antaranya kelompok kaya dan miskin, pintar dan bodoh, kuat dan lemah, baik dalam tingkatan bawah sampai dengan yang paling tertinggi di negeri ini.*** (*Penulis : Hadi Rahim)