Secuil Pendapat Tentang Marah

Secuil pendapat tentang marah - Marah merupakan perwujudan sikap dan tindakan (reaksi) seseorang dalam merespon aksi orang lain. Jika ada aksi maka akan muncul reaksi, seperti halnya bunyi hukum I Newton dalam pelajaran fisika.

Sikap dan tindakan untuk menunjukkan seseorang dalam keadaan marah, ditandai dengan perkataan (ucapan). Atau dapat juga dalam bentuk gerak-gerik anggota tubuh dan ekskpresi wajah. 

Ini sebagai sanggahan terhadap perilaku dan perbuatan orang lain (aksi) yang salah.

Orang yang sedang marah terhadap perilaku dan perbuatan seseorang sering mengeluarkan ucapan keras, pedas dan tidak enak di dengar. Gerak-gerik anggota tubuh orang yang sedang marah sering mengepalkan tangan, gelisah dan lain sebagainya.

Begitu pula ekspresi wajah orang yang sedang marah. Cenderung menunjukkan raut wajah memerah, cemberut dan muram.

Menjadi beban pemikiran

Setelah melakukan reaksi marah terhadap orang lain yang melakukan perbuatan atau tindakan yang salah, apa aksi lanjutan dari orang yang kena marah? Boleh jadi orang tersebut mengetahui kesalahannya dan segera meminta maaf.

Bagaimana sebaliknya? Orang yang dimarahi justru tidak mengetahui kesalahannya atau merasa tidak bersalah. Merasa tidak melakukan tindakan atau perbuatan yang salah.

Nah, hal ini dapat menjadi sebuah pemikiran bagi orang tersebut. Mengapa dia marah pada saya? Apakah perilaku saya ini salah?

Marah itu tanda kasih sayang (?)

Ketika orang lain marah kepada kita maka saat itu pula kesempatan yang baik bagi kita untuk melakukan koreksi diri. Mengapa orang itu marah? 

Mungkin menjadi sebuah nasihat dan bertujuan baik sehingga marah itu boleh jadi sebagai tanda kasih sayang.

Marah itu berupa nasihat yang akan menimbulkan pemikiran untuk mengubah perilaku yang salah. Misalnya, marah seorang guru terhadap siswa, orangtua terhadap anaknya, dan seterusnya.

Nasihat itu bisa menjadi pedoman dan kepercayaan bagi kehidupan kita. Ini termasuk marah yang bersifat positif.  Bagaimana dengan marah yang bersifat negatif, akibat salah paham dalam pemikiran perilaku? 

Misalnya, seorang siswa marah terhadap temannya karena salah paham dan perbedaan pemikiran.

Marah seperti ini cenderung berakibat buruk karena membebani otak kiri. Otak bagian kiri berfungsi sebagai tempat berpikir. Orang yang kena marah sering menjadi terbebani pemikirannya.

Makanya dalam pergaulan sosial perlu menjaga hubungan sosial yang harmonis, antara siswa dengan guru, siswa dengan temannya dan dengan masyarakat di lingkungan sekitarnya. 

Jika terjadi kesalahpahaman maka persoalan itu akan dapat diselesaikan dengan baik sehingga tidak terjadi kemarahan yang berlanjut dan berdampak buruk. (*Penulis : Sultan Alfarizy)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel