Secuil Pendapat Tentang Marah
September 07, 2016
Secuil pendapat tentang marah
- Marah merupakan perwujudan sikap dan tindakan (reaksi) seseorang dalam
merespon aksi orang lain. Jika ada aksi
maka akan muncul reaksi, seperti
halnya bunyi hukum I Newton dalam pelajaran fisika.
Sikap dan tindakan untuk menunjukkan seseorang dalam keadaan marah, ditandai dengan perkataan (ucapan). Atau dapat juga dalam bentuk gerak-gerik anggota tubuh dan ekskpresi wajah.
Ini sebagai sanggahan terhadap perilaku dan perbuatan orang lain (aksi) yang salah.
Orang yang sedang marah terhadap perilaku dan perbuatan seseorang sering mengeluarkan ucapan keras, pedas dan tidak enak di dengar. Gerak-gerik anggota tubuh orang yang sedang marah sering mengepalkan tangan, gelisah dan lain sebagainya.
Begitu pula ekspresi wajah orang yang sedang marah. Cenderung menunjukkan raut wajah memerah, cemberut dan muram.
Menjadi beban pemikiran
Setelah
melakukan reaksi marah terhadap orang lain yang melakukan perbuatan atau
tindakan yang salah, apa aksi lanjutan dari orang yang kena marah? Boleh jadi
orang tersebut mengetahui kesalahannya dan segera meminta maaf.
Bagaimana
sebaliknya? Orang yang dimarahi justru tidak mengetahui kesalahannya atau
merasa tidak bersalah. Merasa tidak melakukan tindakan atau perbuatan yang
salah.
Nah,
hal ini dapat menjadi sebuah pemikiran bagi orang tersebut. Mengapa dia marah
pada saya? Apakah perilaku saya ini salah?
Marah itu tanda kasih sayang (?)
Ketika
orang lain marah kepada kita maka saat itu pula kesempatan yang baik bagi kita
untuk melakukan koreksi diri. Mengapa orang itu marah?
Mungkin menjadi sebuah
nasihat dan bertujuan baik sehingga marah itu boleh jadi sebagai tanda kasih
sayang.
Marah
itu berupa nasihat yang akan menimbulkan pemikiran untuk mengubah perilaku yang
salah. Misalnya, marah seorang guru terhadap siswa, orangtua terhadap anaknya,
dan seterusnya.
Nasihat
itu bisa menjadi pedoman dan kepercayaan bagi kehidupan kita. Ini termasuk
marah yang bersifat positif. Bagaimana
dengan marah yang bersifat negatif, akibat salah paham dalam pemikiran perilaku?
Misalnya, seorang siswa marah terhadap temannya karena salah paham dan
perbedaan pemikiran.
Marah
seperti ini cenderung berakibat buruk karena membebani otak kiri. Otak bagian
kiri berfungsi sebagai tempat berpikir. Orang yang kena marah sering menjadi
terbebani pemikirannya.
Makanya
dalam pergaulan sosial perlu menjaga hubungan sosial
yang harmonis, antara siswa dengan guru, siswa dengan temannya dan dengan
masyarakat di lingkungan sekitarnya.
Jika terjadi kesalahpahaman maka persoalan
itu akan dapat diselesaikan dengan baik sehingga tidak terjadi kemarahan yang
berlanjut dan berdampak buruk. (*Penulis : Sultan
Alfarizy)