5 Cara Membuat Anak Patuh pada Orangtua

5 Cara membuat anak patuh pada orangtua – Para orangtua sering merasa kewalahan menghadapi sikap dan tingkah laku anaknya sendiri. Anak tidak mau patuh pada perintah atau larangan orangtua. Sering membantah dan menentang apa yang dikatakan orangtua. Tidak mau mendengar nasihat yang diberikan orangtua.

Anak yang berperilaku menyimpang di sekolah, sering berhulu dari sikap dan tingkah laku terhadap orangtuanya di rumah. Anak yang tidak patuh pada orangtuanya sendiri di rumah, boleh jadi akan sulit mematuhi guru dan peraturan di sekolah. Sudah langka terjadi jika anak di rumah, seorang pembangkang, suka membantah orangtua dan tidak patuh, akan berubah baik dan patuh di sekolah.

Anak patuh dalam pengertian ini bukanlah anak yang selalu menurut kepada orangtua. Anak patuh maksudnya adalah anak yang secara natural mau mendengarkan nasihat orangtua. Melaksanakan perintah yang baik dan menghentikan larangan orangtua. Segala ucapan orangtua terhadap anak tersebut bertujuan baik.

Anak yang patuh pada orangtua, suatu saat mungkin akan membantah namun dengan cara yang baik. Bahkan berdebat positif dan beradu argumentasi dengan orangtua jika apa yang diperintahkan atau dilarang, dinasihatkan orangtua dinilainya kurang tepat atau tidak pada tempatnya. Tentunya hal ini tergantung pada perkembangan dan taraf berpikir anak.

Memang, telah banyak upaya dilakukan orangtua agar anak patuh namun kadang-kadang  upaya tersebut belum mencapai sasaran. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jika orangtua menyimak cara membuat anak patuh seperti poin pembahasan berikut ini:

1.Mempertimbangkan logika (penalaran) anak

Anak akan mematuhi orangtua jika perintah, larangan dan nasehat dari orangtua sesuai dengan perkembangan dan kemampuan berpikirnya. Oleh sebab itu orangtua perlu mempertimbangkan logika dan kemampuan bernalar anak serta permasalahan anak.

Ketika memberi perintah mengerjakan atau menghentikan, memberi nasihat, perlu dipertimbangkan bahasa dan kata yang digunakan. Kadang-kadang, anak tidak memahami apa yang diperintah, dilarang atau dinasihatkan kepadanya karena memang belum sesuai dengan penalaran anak.

Atau bisa juga sebaliknya. Anak justru tidak menggubris perintah, larangan dan nasihat orangtua karena menurutnya tidak masuk akal, tidak pada saat dan tempat yang tepat bagi si anak.

2.Keteladanan bukan doktrin

Ketika menerima perintah melakukan sesuatu yang baik, menerima larangan melakukan sesutau yang merugikan anak, anak lebih cenderung menilai bagaimana sikap dan kebiasaan orangtuanya.

Jika orangtua tidak menunjukkan contoh dan keteladanan, agaknya susah bagi orangtua agar anaknya patuh. Sebab, yang dikatakan orangtua hanya sekadar doktrin belaka di mata anak. Anak tidak melihat contoh yang baik tentang ucapan orangtuanya.

3.Hukum sebab akibat

Memberi perintah, larangan dan nasehat hendaknya juga mempertimbangkan hukum kausal agar dapat dipatuhi anak. Misalnya, memberikan perintah untuk mendirikan shalat kepada anak. Shalat itu tiang agama, jika tidak shalat berarti meruntuh agama. Jika tidak shalat akan berdosa akibatnya bisa masuk neraka. Makanya kita wajib melaksanakan shalat 5 waktu sehari semalam.

Contoh sebab akibat ketika melarang anak bermain api. Kalau bermain api bisa terbakar, tubuh akan melepuh oleh api dan terasa sakit. Untuk mengobatinya pasti memerlukan uang. Nah, kalau begitu, uang yang semestinya buat biaya sekolah terpaksa digunakan untuk berobat.

4.Pemberian motivasi dan sugestif

Motivasi penting artinya bagi anak ketika menerima perintah atau larangan maupun nasihat. Kata atau bahasa yang baik dan sugestif  digunakan orangtua akan membuat berusaha untuk patuh. Anak merasa mendapat dukungan moril dalam mengerjakan atau menghentikan sesuatu.

5.Ketegasan bukan berarti kasar dan keras

Tegas, bukan berarti kasar atau keras. Tegas dalam mendidik anak berarti konsisten dan taat azas serta disiplin. Orangtua yang tegas tidak selalu membuat anak menjadi penakut atau penurut.

Sebaliknya justru akan membuat anak menyadari bahwa segala sesuatunya ada aturan dan disiplinnya. Aturan dan disiplin harus dipatuhi. Jika tidak akan mendapat sanksi atau hukuman. Anak harus berani menerima resiko dari perbuatannya yang salah. Bertanggungjawab atas sikap dan perbuatannya yang menyimpang.


Itulah 5 cara alternatif membuat anak patuh pada orangtua. Cara tersebut belum tentu sesuai untuk semua anak. Oleh sebab itu orangtua perlu memodifikasi atau menemukan terobosan baru utnuk membuat anak jadi patuh sesuai dengan karakter anak.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel