5 Cara Membuat Anak Patuh pada Orangtua
Oktober 04, 2016
5 Cara membuat anak patuh pada
orangtua – Para orangtua sering merasa kewalahan menghadapi sikap dan tingkah laku anaknya sendiri. Anak tidak mau patuh pada perintah atau larangan orangtua.
Sering membantah dan menentang apa yang dikatakan orangtua. Tidak mau mendengar
nasihat yang diberikan orangtua.
Anak
yang berperilaku menyimpang di sekolah, sering
berhulu dari sikap dan tingkah laku terhadap orangtuanya di rumah. Anak yang tidak
patuh pada orangtuanya sendiri di rumah, boleh jadi akan sulit mematuhi guru dan peraturan di sekolah. Sudah langka terjadi jika anak di rumah, seorang
pembangkang, suka membantah orangtua dan tidak patuh, akan berubah baik dan patuh di
sekolah.
Anak
patuh dalam pengertian ini bukanlah anak yang selalu menurut kepada orangtua. Anak
patuh maksudnya adalah anak yang secara natural mau mendengarkan nasihat orangtua. Melaksanakan
perintah yang baik dan menghentikan larangan orangtua. Segala ucapan orangtua terhadap anak tersebut bertujuan baik.
Anak yang patuh pada orangtua, suatu
saat mungkin akan membantah namun dengan cara yang baik. Bahkan berdebat positif dan beradu argumentasi dengan orangtua jika apa yang
diperintahkan atau dilarang, dinasihatkan orangtua dinilainya kurang tepat atau tidak pada tempatnya. Tentunya hal ini tergantung pada
perkembangan dan taraf berpikir anak.
Memang,
telah banyak upaya dilakukan orangtua agar anak patuh namun
kadang-kadang upaya tersebut belum mencapai sasaran. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jika orangtua menyimak cara membuat anak patuh seperti poin pembahasan berikut ini:
1.Mempertimbangkan logika (penalaran) anak
Anak
akan mematuhi orangtua jika perintah, larangan dan nasehat dari orangtua sesuai
dengan perkembangan dan kemampuan berpikirnya. Oleh sebab itu orangtua perlu
mempertimbangkan logika dan kemampuan bernalar anak serta permasalahan anak.
Ketika
memberi perintah mengerjakan atau menghentikan, memberi nasihat, perlu
dipertimbangkan bahasa dan kata yang digunakan. Kadang-kadang, anak tidak
memahami apa yang diperintah, dilarang atau dinasihatkan kepadanya karena
memang belum sesuai dengan penalaran anak.
Atau
bisa juga sebaliknya. Anak justru tidak menggubris perintah, larangan dan
nasihat orangtua karena menurutnya tidak masuk akal, tidak pada saat dan tempat
yang tepat bagi si anak.
2.Keteladanan bukan doktrin
Ketika
menerima perintah melakukan sesuatu yang baik, menerima larangan melakukan
sesutau yang merugikan anak, anak lebih cenderung menilai bagaimana sikap dan
kebiasaan orangtuanya.
Jika
orangtua tidak menunjukkan contoh dan keteladanan, agaknya susah bagi orangtua agar
anaknya patuh. Sebab, yang dikatakan orangtua hanya sekadar doktrin belaka di
mata anak. Anak tidak melihat contoh yang baik tentang ucapan orangtuanya.
3.Hukum sebab akibat
Memberi
perintah, larangan dan nasehat hendaknya juga mempertimbangkan hukum kausal
agar dapat dipatuhi anak. Misalnya, memberikan perintah untuk mendirikan shalat
kepada anak. Shalat itu tiang agama, jika tidak shalat berarti meruntuh agama.
Jika tidak shalat akan berdosa akibatnya bisa masuk neraka. Makanya kita wajib
melaksanakan shalat 5 waktu sehari semalam.
Contoh
sebab akibat ketika melarang anak bermain api. Kalau bermain api bisa terbakar,
tubuh akan melepuh oleh api dan terasa sakit. Untuk mengobatinya pasti
memerlukan uang. Nah, kalau begitu, uang yang semestinya buat biaya sekolah
terpaksa digunakan untuk berobat.
4.Pemberian motivasi dan sugestif
Motivasi
penting artinya bagi anak ketika menerima perintah atau larangan maupun nasihat.
Kata atau bahasa yang baik dan sugestif
digunakan orangtua akan membuat berusaha untuk patuh. Anak merasa
mendapat dukungan moril dalam mengerjakan atau menghentikan sesuatu.
5.Ketegasan bukan berarti kasar dan keras
Tegas,
bukan berarti kasar atau keras. Tegas dalam mendidik anak berarti konsisten dan
taat azas serta disiplin. Orangtua yang tegas tidak selalu membuat anak menjadi
penakut atau penurut.
Sebaliknya
justru akan membuat anak menyadari bahwa segala sesuatunya ada aturan dan
disiplinnya. Aturan dan disiplin harus dipatuhi. Jika tidak akan mendapat
sanksi atau hukuman. Anak harus berani menerima resiko dari perbuatannya yang
salah. Bertanggungjawab atas sikap dan perbuatannya yang menyimpang.
Itulah
5 cara alternatif membuat anak patuh pada
orangtua. Cara tersebut belum tentu sesuai untuk semua anak. Oleh sebab itu
orangtua perlu memodifikasi atau menemukan terobosan baru utnuk membuat anak
jadi patuh sesuai dengan karakter anak.***