Kau Tak Kenal Lelah
Oktober 22, 2016
Kau
tak kenal lelah - Pengalamanku ketika liburan,
masyaaallah! Rasanya ingin menangis melihat makhluk yang sudah uzur masih
bekerja. Sedih? Senang? Kagum? Kecewa? Semua bercampur aduk.
Aku sedih, karena seharusnya mereka menikmati masa
senja dengan bersenang-senang bersama keluarga, bukan malah dihabiskan untuk
bekerja. Aku kagum karena menemukan semngat yang luar biasa dalam dirinya, ia
tidak kenal lelah meskipun keringat membasahi tubuhnya. Aku kecewa karena hanya
mampu menolong dengan sebuah doa.
Wahai sahabat, apapun pekerjaan orang tuamu.
Mereka selalu berjuang untuk kita. Lalu kenapa masih durhaka? Kenapa masih malu
mengakuinya, yang bukan berseragam ataupun berjaz? Belum puaskah engkau
menyakitinya? Kurang apa lagi mereka bagimu?
Bayangkan mereka telah lelah bekerja, mencari uang
untuk membiayai sekolah, sedangkan kita di sekolah malah bolos, tawuran, nongkrong
di jalanan. Apakah kamu tidak menyadari betapa susahnya mencari uang?
Baca: Susah Itu Anugerah
Wahai sahabat, coba pandangi raut wajah ayah atau
ibu. Apa jawaban yang dapat kamu tangkap dari wajah itu? Tak banyak yang mereka
inginkan dari kita!
Baca juga: Ketika Semua Berubah Karena Cinta
Coba renungkan! Jika wajah yang kita pandangi saat
ini tidur untuk selamanya, apakah kita sanggup menjalani hidup ini? Padahal
selama ini, kita selalu bergantung padanya. Jika hari ini merupakan pandangan
terakhir, apakah yang bisa kita perbuat untuknya?
Sedangkan ketika
disekolahkan, kita malah mensia-siakan, kita malah santai dengan nasihatnya
bahkan kita sering melawanya. Kita disekolahkan dengan keringatnya, tapi kita sekolah
hanya dengan keegoisan.
Sahabat, marilah kita belajar dari semangat orang
tua, hendaknya kita generasi muda memiliki semangat yang membara untuk
menggapai cita-cita. Jangan sia-siakan kepercayaan dari orang tua.
Tidakkah
terpikir olehmu, untuk mengajaknya keliling dunia jika mereka masih
disampingmu? Tidakkah terpikir olehmu, apa hadiah yang bisa diberikan ketika
mereka telah di pangkuan sang Pencipta? (*Penulis: Andini Meysi Ullanda)