Si Kembar Sara dan Sari
Oktober 30, 2016
Si kembar sara dan sari - Di sebuah rumah sederhana tinggal anak perempuan kembar. Namanya Sara dan Sari.
Sara adalah kakak karena lahir lebih duluan beberapa menit dari adik kembarannya Sari.
Meskipun terlahir kembar, keduanya memiliki sifat yang berbeda. Sara agak pemalas sedangkan Sari anak yang rajin dan pintar.
Mereka sekarang tinggal bersama ayahnya yang bekerja sebagai tukang sayur.
Setiap pagi ia harus
mempersiapkan semua yang akan dijual dan setelah semuanya siap ia akan pergi
berkeliling ke desa -desa terdekat dan baru pulang malam hari.
Semua itu ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membayar
uang sekolah kedua anaknya, Sara dan Sari yang sekarang duduk di bangku kelas 8 SMP.
Ibunya telah lama meninggal karena terserang penyakit tumor otak.
Semenjak itu,
Sari, sang adik, harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, mulai dari hal kecil sampai pekerjaan yang besar.
Semua itu Sari kerjakan sendiri tanpa bantuan kakaknya
Sara, karena apabila ia meminta bantuan kepada sang
kakak, ia hanya akan dibentak dan
dimarahi oleh kakaknya itu.
Walaupun begitu, Sari dengan senang hati melakukan pekerjaan rumah
tersebut.
Sepulang sekolah, Sara selalu pergi bermain bersama teman-temannya
sedangkan Sari langsung pulang untuk mempersiapkan makan siang.
Kemudian membersihkan rumah
dan setelah itu Sari pergi mencuci baju ke sungai.
Setelah selesai mencuci Sari pun pulang.
Sesampainya
dirumah, Sari langsung menjemur baju. Setelah selesai ia pun masuk ke dalam rumah dan menuju
dapur.
Ia merasa lapar, ketika ia membuka tudung nasi ia terkejut karena tidak ada satu pun makanan
di atas meja. Kemudian Sari pergi ke kamar Sara.
Ketika ia masuk ia melihat
piring berserakan sedangkan Sara tertidur pulas. Sari pun sedih ia mengumpulkan piring tersebut kemudian
mencucinya dan kembali memasak.
Ketika ia akan memasak nasi, beras
telah habis ia sangat khawatir karena ayahnya sebentar lagi pulang dan pasti
ayahnya lapar, ia kemudian mencari cara agar bisa membeli beras. Sari bermaksud ingin menjual cincinnya tetapi ia
tidak berani karena cincin itu adalah satu–satunya peninggalan ibunya. Ia
kehabisan akal namun akhirnya Sari
pun menangis, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan.
Tak terasa jam menunjukkan pukul setengah lima, Sari terbangun ia pergi mencuci muka,
ketika ia telah selesai mencuci muka ia melihat Sara sedang
duduk–duduk di ruang tamu kemudian Sari pun menghampiri Sara,
”Kenapa kakak menghabiskan makanan di dapur?
Itu juga makanan untuk ayah, sekarang beras sudah habis, ayah pasti lapar, apa yang harus kita lakukan kak?”
“Terserah kamu, itu urusan kamu bukan urusanku.” Jawab Sara seraya
berlalu Lalu meninggalkan Sari.
Sari
hanya terdiam, tidak tau apa yang harus dilakukan.
Ayahnya pun tiba dan menghampiri Sari,
lalu bertanya
“Nak, kenapa kamu termenung?” tanya ayahnya makin mendekat.
”Ayah, beras sudah habis, jadi Sari tidak bisa memasak nasi dan kita tidak akan makan malam ini.”
“Oh….jadi karena itu kamu bermenung?
Tidak apa-apa nak, dagangan ayah tadi habis terjual, jadi ayah membeli nasi bungkus untuk kita makan
bersama.” Jawab ayahnya.
Mendengar ucapan ayahnya itu, Sara langsung menghampiri ayah dan Sari, lalu duduk di samping ayahnya sambil berkata,
“Iya, ayah… beras sudah habis, jadi Sara pun tidak bisa memasak untuk ayah.”
Ujar Sara berpura-pura baik di
depan ayahnya.
Ia tidak ingin Sari mengadu kepada ayah kalau sebenarnya
ia yang telah memakan jatah makanan ayah dan Sari.
Kemudian Sara pergi ke dapur mengambil 3 gelas air putih dan sebuah piring.
Setelah selesai makan malam Sara membereskan sampah pembungkus makanan.
***
Keesokan harinya seperti biasa ayah pergi berdagang
sedangkan Sara dan Sari pergi ke sekolah. Setiba di sekolah, Sari disambut oleh teman-temannya dengan gembira
sedangkan Sara dicuekin saja. Sara merasa iri kepada kembarannya. Kenapa hanya Sari yang disambut dengan gembira, kenapa
semua teman- temannya hanya mau bermain dengan Sari? Sejak itu rasa
benci Sara kepada adik kembarannya semakin memuncak.
Tidak terasa jam
telah menunjukkan pukul setengah dua, pertanda semua
murid dan guru boleh pulang. Sara menunggu Sari di depan gerbang sekolah. Ia punya rencana jahat untuk Sari.
Ketika ia melihat Sari ia
langsung memanggilnya dan berkata,
“Ayo, kita pulang bersama”.
Sari merasa heran tetapi ia hanya berfikir positif kepada
Sara. Dalam perjalanan pulang Sara mendorong Sari ke parit sehingga kaki Sari
terkeseleo. Sari meminta tolong kepada Sara namun ia
tidak menghiraukannya. Bahkan
ia lalu pergi meninggalkan Sari dengan keadaan kakinya
yang sakit.
Sari pulang kerumah sambil menangis, berjalan dengan kaki
yang masih terasa sakit. Sampai di rumah ia langsung tidur.
Ketika terbangun, ayahnya telah pulang. Betapa terkejut sang ayah melihat kaki Sari bengkak. Lalu ayahnya bertanya:
“Kenapa kaki kamu Sari?
Ketika Sari ingin menjawab, Sara justru langsung menjawab.
”Sari tadi di sekolah jatuh karena main kejar-kejaran, Ayah….”
Sari terpaksa membenarkan ucapan sara
dengan menganggukkan kepala. Jika dia berterus terang dan mengatakan yang sebenarnya, tentulah
Sari akan dihukum oleh kakak
kembarannya.
***
Begitulah,
sejak kejadian
itu Sara semakin tega berbuat semena-mena
terhadap Sari. Setiap pulang
sekolah Sari selalu menangis karena disakiti oleh kakaknya.
Sampai suatu hari,
Sari jatuh sakit.
Tentu saja ayahnya semakin
perhatian kepada Sari sementara Sara merasa terabaikan oleh ayahnya.
Melihat ayahnya semakin sayang kepada Sari,
Sara semakin iri dan benci melihat Sari.
Ia mencari akal supaya bisa membuat ayahnya
benci kepada Sari. Sudah dua hari Sari tidak masuk sekolah karena sakit.
Sara sangat senang karena ia yakin teman-temannya bermain
dengannya.
Ternyata dugaannya salah, justru teman-temannya semakin menjauhinya.
Bahkan teman-teman
menjelek-jelekkannya. Sara merasa semakin panas.
Sesampainya di rumah, Sara melihat Sari sedang
tidur. Ia kembali mempunyai rencana jahat. Sara
mengambil cincin pernikahan ayah dan ibunya, kemudian diletakkan ke dalam lemari Sari.
Dengan cara ini Sara yakin rencana
kali ini akan berhasil,
karena cincin itu adalah cincin kesayangan ayahnya.
Ternyata benar, dugaan Sara rencananya berhasil
mulai menjadi kenyataan. Ketika ayahnya pulang, Sara melihat ayahnya menuju kamar dan membuka lemari.
Ayahnya sangat terkejut karena
cincinnya telah hilang.
Sang
ayah mencari kesana-kesini tetapi ia tidak menemukannya.
Melihat keadaan seperti ini Sara langsung menghampiri
ayahnya,
”Ada apa ayah, kenapa ayah seperti orang kebingungan?”
Tetapi
ayah tidak menghiraukan Sara.
Lalu,ayahnya pergi menemui Sari,
”Nak, ayah kehilangan cincin,
apakah kamu melihatnya?”
Sari bingung.
“Tidak, ayah. Sari tidak melihat cincin itu….”,
jawab Sari terputus.
”Kamu bohong Sari! Ini cincin saya temukan di dalam lemari kamu.“
Potong Sara seraya memperlihatkan cincin.
Sari terkejut.
“Tidak, ayah. Sari tidak
mengambilnya. Ayah, percayalah pada Sari,” bantah Sari membela
diri.
Ayah sangat marah mendengar bahwa anak kesayangannya
mengambil cincin itu. Sari kemudian diusir oleh ayahnya dari rumah.
“Ayah tidak menyangka, kamu melakukan itu Sari. Ayah tidak akan percaya kepadamu
lagi. Sekarang, kamu pergi dari rumah ini dan jangan pernah kembali
lagi,”
Dengan perasaan sedih Sari keluar dari rumah. Ia yakin, seseorang telah memfitnahnya.
Tapi ia tak tahu berbuat apa. Ia hanya bisa berdoa agar orang yang memfitnahnya segera diketahui
oleh ayahnya sehingga ia bisa
kembali ke rumah.
***
Setelah beberapa minggu, Sara merasa senang karena ia sangat dimanjakan oleh
ayahnya.
Sampai
pada suatu hari, ketika Sara sedang asyik menulis diari tentang pengalamannya yang telah
memfitnah adiknya. Tak sengaja ayahnya datang dan diam-diam membaca diari
Sara dari belakangnya.
Ada suatu kalimat yang dibaca dan membuat ayahnya marah. Akhirnya sang ayah
mengetahui kalau Sari telah dikerjain oleh Sara.
Sara telah memfitnah adik
kembarannya dengan menyembunyikan cincin kesayangan ayahnya di laci lemari
sari.
”Sara, sungguh jahat kamu kepada adikmu! Engkau telah memfitnahnya, seharusnya ayah percaya kepada Sari.
Sekarang, kamu keluar dari rumah ini dan jangan kembali lagi!“
bentak ayahnya.
Ketauan
kedoknya terbongkar, Sara terpaksa pergi. Ia merasa bersalah dan malu kepada
ayahnya.
Ayahnya hanya bisa termangu seorang
diri. Tidak tau harus
kemana mencari Sari yang telah difitnah kembarannya dan
terusir dari rumah.
Namun
setelah beberapa hari mencari, akhirnya ayahnya bertemu dengan Sari dan membawa Sari kembali ke
rumah.
Jangan lupa baca: Susah Itu Anugerah
Semula
Sari merasa sangat senang bisa kembali berkumpul dengan
ayahnya. Tetapi mendadak ia merasa sedih
karena mengetahui tidak bisa
berkumpul dengan Sara. (*Penulis: Widya Iswara Putri)