Mengutip Hikmah Dialog Kakek dan Anak Muda

Mengutip hikmah dialog kakek dan anak muda – Pak Somad, seorang kakek berumur 60-an tahun. Namun masih nampak sehat dan bugar. Sehari-hari pak Somad bekerja di sawah atau ladang yang terletak di pinggiran jalan kampung.

Pak Somad sedang beristirahat di dangau kecil di pinggiran ladangnya tatkala seorang anak muda menghampirinya.

Ia menyandang tas ransel di punggung. Rupanya anak muda itu pulang kampung. Seorang mahasiswa di perguruan tinggi di kota.

Rupanya pak Somad maupun anak muda itu sudah saling kenal mengenal karena memang satu kampung.

Setelah ngobrol ringan tentang ladang jagung pak Somad, pada kesempatan yang baik, Amir, sang anak muda segera bertanya:

“Menurut kakek, ada apa dengan kehidupan manusia sekarang ini, kek? Apakah ada yang salah atau kurang dengan manusia  sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara seperti ini?

Pak Somad tertawa terkekeh-kekeh.

“Kakek tau kamu seorang calon sarjana, sudah banyak ilmu dan pengetahuan untuk menelaah perihal kehidupan berbangsa dan bernegara sekarang ini.

Sedangkan kakek? Hanya tamat sekolah rakyat dulunya. Kerja kakek hanya ke sawah dan ke ladang,” jawab pak Somad merendah.

“Maksud kakek?”

“Ya, orang sekarang sudah banyak ilmunya, banyak tahunya tentang sesuatu. Pintar berbicara kepada orang lain, karena banyak yang mereka tahu dengan membaca buku, atau menerima informasi melalui media cetak dan elektronik.”

“Lantas, kek?” sambung Amir. Ia masih belum dapat menangkap arah pembicaraan pak Somad tersebut.

“Tapi sayang sekali”.

Pak Somad menghentikan kalimatnya sejenak.

“Maksud kakek?” Amir semakin penasaran.

“Mereka banyak tahu tetapi tidak mengamalkannya. Mereka pintar berbicara karena banyak tahu namun bukan untuk dirinya melainkan untuk orang lain. Bahkan kepintaran itu mereka manfaatkan untuk menjatuhkan orang lain.”

“Oh, saya paham sekarang, kek.” pintas Amir seraya manggut-manggut.

“Bagaimana dengan zaman kakek muda-muda dulu?” sambung Amir kemudian.

“Wah, jauh bedanya dengan sekarang. Dulu kakek banyak didik dengan hikmah dan petuah orang tua-tua. Alam banyak mengajari manusia untuk berbicara dan berbuat, alam terkembang jadi guru".

Amir manggut-manggut. Lalu bertanya lagi.

“Apakah orang sekarang sudah melupakan falsafah alam terkembang jadi guru itu, kek?”

“Kebanyakan begitu. Mereka lebih memuja ilmu dan kemajuan teknologi sehingga lupa nilai-nilai alam yang sesungguhnya lebih banyak mendidik manusia untuk arif dan bijaksana.

Padahal sesungguhnya, ilmu dan kemajuan teknologi itu bertujuan agar manusia hidup lebih senang, tentram dan mudah mewujudkan tujuan kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.”

“Wah, bukan main, kek.” Amir semakin kagum dengan pak Somad. Cara berbicara dan wawasan pak Somad semakin membangkitkan semangatnya untuk belajar lebih giat dan menerapkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

“Sedikit yang kita tahu, itu lebih baik, asalkan berusaha untuk mengamalkannya. Untuk diri sendiri maupun kemaslahatan keluarga dan orang lain.

Banyak yang kita tahu tapi hanya sekadar tahu, dan tidak berusaha mengamalkannya, maka akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri,” sambung pak Somad berfalsafah.

“Hm, menurut kakek? Apa kelemahan orang-orang atau anak muda zaman sekarang?” tanya Amir memancing.

“Kakek tidak akan mengatakan itu sebagai kekurangan atau kelemahan anak muda zaman sekarang.

Hanya saja, anak-anak muda sekarang asyik dengan dunianya sendiri. Bergelut dengan berbagai fasilitas canggih yang ia punyai.

Namun mereka sering lupa, orang perlu belajar pada alam. Menambah ilmu pada orang tua-tua yang kaya akan petuah dan filosofi hidup.

Mereka seakan tak perlu belajar lagi pada orang tua-tua dan menjauhinya.”

“Termasuk saya, ya kek?” sindir Amir.

“Hahaha… Kamu ada-ada aja. Buktinya sekarang, kamu mau mampir dan ngobrol di dangau kakek, ini.”

“Wah, terima kasih banyak atas ilmunya, kek. Saya pamit mau melanjutkan perjalanan ke rumah”.

“Silahkan, anak muda…”

Ternyata, sebagai anak muda kita perlu banyak belajar, dekat dengan orang tua-tua untuk berbagi ilmu pengetahuan tentang hidup dan kehidupan.

Belum cukup hanya dengan menimba ilmu di bangku sekolah atau media yang ada. Belajar pada alam akan membuat orang menjadi arif dan bijaksana.
 Baca juga: Jual Beras Dulu Baru Sekolah
Sedikit yang kita tahu namun berusaha untuk memahami dan mengamalkannya, itu lebih bermanfaat. Daripada banyak yang kita tahu namun tak sempat mengamalkannya dalam kehidupan.

Itulah hikmah dibalik dialog antara pak Somad dan seorang anak muda bernama Amir.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel