Mengutip Hikmah Dialog Kakek dan Anak Muda
November 20, 2016
Mengutip hikmah dialog kakek dan anak muda
– Pak Somad, seorang kakek berumur 60-an tahun. Namun masih nampak sehat dan
bugar. Sehari-hari pak Somad bekerja di sawah atau ladang yang terletak di
pinggiran jalan kampung.
Pak
Somad sedang beristirahat di dangau kecil di pinggiran ladangnya tatkala
seorang anak muda menghampirinya.
Ia menyandang tas ransel di punggung. Rupanya
anak muda itu pulang kampung. Seorang mahasiswa di perguruan tinggi di kota.
Rupanya
pak Somad maupun anak muda itu sudah saling kenal mengenal karena memang satu
kampung.
Setelah ngobrol ringan tentang ladang jagung pak Somad, pada
kesempatan yang baik, Amir, sang anak muda segera bertanya:
“Menurut
kakek, ada apa dengan kehidupan manusia sekarang ini, kek? Apakah ada yang salah
atau kurang dengan manusia sehingga
kehidupan berbangsa dan bernegara seperti ini?
Pak
Somad tertawa terkekeh-kekeh.
“Kakek
tau kamu seorang calon sarjana, sudah banyak ilmu dan pengetahuan untuk
menelaah perihal kehidupan berbangsa dan bernegara sekarang ini.
Sedangkan
kakek? Hanya tamat sekolah rakyat dulunya. Kerja kakek hanya ke sawah dan ke
ladang,” jawab pak Somad merendah.
“Maksud
kakek?”
“Ya,
orang sekarang sudah banyak ilmunya, banyak tahunya tentang sesuatu. Pintar
berbicara kepada orang lain, karena banyak yang mereka tahu dengan membaca buku,
atau menerima informasi melalui media cetak dan elektronik.”
“Lantas,
kek?” sambung Amir. Ia masih belum dapat menangkap arah pembicaraan pak Somad
tersebut.
“Tapi
sayang sekali”.
Pak
Somad menghentikan kalimatnya sejenak.
“Maksud
kakek?” Amir semakin penasaran.
“Mereka
banyak tahu tetapi tidak mengamalkannya. Mereka pintar berbicara karena banyak
tahu namun bukan untuk dirinya melainkan untuk orang lain. Bahkan kepintaran
itu mereka manfaatkan untuk menjatuhkan orang lain.”
“Oh,
saya paham sekarang, kek.” pintas Amir seraya manggut-manggut.
“Bagaimana
dengan zaman kakek muda-muda dulu?” sambung Amir kemudian.
“Wah,
jauh bedanya dengan sekarang. Dulu kakek banyak didik dengan hikmah dan petuah
orang tua-tua. Alam banyak mengajari manusia untuk berbicara dan berbuat, alam
terkembang jadi guru".
Amir
manggut-manggut. Lalu bertanya lagi.
“Apakah
orang sekarang sudah melupakan falsafah alam terkembang jadi guru itu, kek?”
“Kebanyakan
begitu. Mereka lebih memuja ilmu dan kemajuan teknologi sehingga lupa
nilai-nilai alam yang sesungguhnya lebih banyak mendidik manusia untuk arif dan
bijaksana.
Padahal sesungguhnya, ilmu dan kemajuan teknologi itu bertujuan agar
manusia hidup lebih senang, tentram dan mudah mewujudkan tujuan kesejahteraan
di dunia dan kebahagiaan di akhirat.”
“Wah,
bukan main, kek.” Amir semakin kagum dengan pak Somad. Cara berbicara dan
wawasan pak Somad semakin membangkitkan semangatnya untuk belajar lebih giat
dan menerapkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
“Sedikit
yang kita tahu, itu lebih baik, asalkan berusaha untuk mengamalkannya. Untuk
diri sendiri maupun kemaslahatan keluarga dan orang lain.
Banyak yang kita tahu
tapi hanya sekadar tahu, dan tidak berusaha mengamalkannya, maka akan menjadi
bumerang bagi diri kita sendiri,” sambung pak Somad berfalsafah.
“Hm,
menurut kakek? Apa kelemahan orang-orang atau anak muda zaman sekarang?” tanya
Amir memancing.
“Kakek
tidak akan mengatakan itu sebagai kekurangan atau kelemahan anak muda zaman
sekarang.
Hanya saja, anak-anak muda sekarang asyik dengan dunianya sendiri. Bergelut
dengan berbagai fasilitas canggih yang ia punyai.
Namun mereka sering lupa,
orang perlu belajar pada alam. Menambah ilmu pada orang tua-tua yang kaya akan
petuah dan filosofi hidup.
Mereka seakan tak perlu belajar lagi pada orang
tua-tua dan menjauhinya.”
“Termasuk
saya, ya kek?” sindir Amir.
“Hahaha…
Kamu ada-ada aja. Buktinya sekarang, kamu mau mampir dan ngobrol di dangau
kakek, ini.”
“Wah,
terima kasih banyak atas ilmunya, kek. Saya pamit mau melanjutkan perjalanan ke
rumah”.
“Silahkan,
anak muda…”
Ternyata,
sebagai anak muda kita perlu banyak belajar, dekat dengan orang tua-tua untuk
berbagi ilmu pengetahuan tentang hidup dan kehidupan.
Belum cukup hanya dengan
menimba ilmu di bangku sekolah atau media yang ada. Belajar pada alam akan
membuat orang menjadi arif dan bijaksana.
Baca juga: Jual Beras Dulu Baru Sekolah
Sedikit
yang kita tahu namun berusaha untuk memahami dan mengamalkannya, itu lebih
bermanfaat. Daripada banyak yang kita tahu namun tak sempat mengamalkannya
dalam kehidupan.
Itulah hikmah dibalik dialog antara pak Somad dan seorang anak
muda bernama Amir.***