Jual Beras Dulu Baru Bisa Sekolah
November 18, 2016
Jual beras dulu baru bisa sekolah – Jelas sudah bagi kita semua yang kebetulan bersekolah sekitar tahun 70 atau
80-an. Sangat jauh beda kondisi waktu itu dengan situasi sekarang. Anak sekolah
sekarang pada umumnya sudah mendapat pelayanan memadai dari orangtua, pihak
sekolah dan pemerintah.
Itu belum termasuk fasilitas dan akomodasi untuk bersekolah. Semua sudah harus disediakan orangtua sehingga anak sampai di sekolah dengan senang.
Motor bahkan mobil dibelikan untuk anak sekolah. Fasilitas gadget tak kalah ketinggalan oleh orangtua.
Mati gaya seorang anak sekolah jika belum punya mobile android yang dilengkapi kamera canggih buat selfi.
Pagi sebelum berangkat sekolah, sarapan pagi disediakan orangtua. Setelah sarapan dikasih uang jajan atau akomodasi lainnya. Pendek kata, anak sekolah saat ini sudah instant untuk sekolah guna mewujudkan cita-citanya melalui bangku pendidikan.
Bagaimana dengan anak sekolah
zaman doeloe?
Kondisi
yang serba terbatas. Fasilitas terbatas, transportasi belum memadai dan
sebanyak sekarang ini. Kadang-kadang mengharuskan seorang anak untuk berusaha
dulu sebelum berangkat sekolah.
Kalau jarak rumah dan sekolah tidak begitu jauh,
anak bisa sampai ke sekolah dengan jalan kaki.
Ada
yang harus berjualan terlebih dulu sebelum ke sekolah untuk mendapatkan uang
jajan atau ongkos ke sekolah.
Menjual sesuatu benda atau barang yang bisa
dijadikan uang ke warung terdekat, buat mendapatkan uang jajan atau akomodasi
lainnya.
Itu
semua menjadi salah satu bukti tingginya kemauan untuk bersekolah. Padahal
waktu itu belum ada ‘program wajib belajar’! Yang ada barangkali, program ‘belajar
wajib’. Sehingga kemauan untuk bersekolah cukup tinggi. Anak rela melakukan
kerja apa saja asal bisa sekolah.
Kondisi
seperti di atas juga admin alami ketika masa bersekolah dari SD, SMP dan SMA. Ketika
minta uang jajan atau ongkos kendaraan pada orangtua, belum uang kontan yang
didapat. Justru kerja baru yang diperoleh.
Misalnya,
menjual beras satu atau dua liter ke warung terdekat di kampung. Kalau tidak
ada beras, maka admin menuju ke kandang ayam, merogoh sangkar ayam untuk
mengambil telur satu atau dua butir.
Kemudian dibungkus pakai kain sapu tangan
(mirip serbet sekarang). Kemudian dengan hati-hati menjinjing telur itu agar
tidak pecah atau retak menuju warung.
Nah, pulangnya akan membawa sejumlah uang.
Ketika
masih SD, admin berjualan goreng pisang dan kue lainnya berjalan kaki sepanjang
jalan kampung sebelum berangkat sekolah.
Kadang-kadang jadi terlambat sampai di
sekolah gara-gara jualan sepanjang kampung.
Baca juga: Kidung Sendu Penjual Goreng Pisang
Itulah
kisah ringan untuk dipersembahkan pada pengunjung blog matra pendidikan ini.
Mudah-mudahan menjadi bahan perbandingan atau cermin bagi siswa sekarang untuk
lebih giat lagi belajar, di tengah fasilitas dan akomodasi belajar yang semakin
instant.***