Mengenal Sekilas Tradisi Tabut

Mengenal sekilas tradisi tabut – Tabut (bahasa Minangkabau, tabuik) merupakan sebuah tradisi dan kesenian yang berkembang di daerah pesisir Minangkabau, khususnya Pariaman. Tabuik bukanlah kesenian asli daerah Pariaman, melainkan budaya dari luar yang mengandung nilai islami.

Dibalik perayaan tabuik ini, tersimpan kisah yang sangat besar. Seorang tokoh dalam sejarah islam.

Namanya Husen, ia merupakan cucu Nabi Muhammad saw. Kaum Syiah menyebutnya sebagai khalifah.

Pada perang Karbala, Husen gugur. Kepala Husen dipenggal ditusuk dengan tombak.
Baca juga : 13 Keutamaan Bulan Muharram
Pada gambar tersebut burung buraq digambarkan berkepala manusia.

Dikisahkan, pada saat burung buraq datang, ia menyambar kepala Husen disambar dari ujung tombak dan membawa terbang ke langit.

Peristiwa ini diperingati setiap tanggal 10 Muharram dengan membuat arakan tabuik.

Pertunjukan tabuik ini berlangsung selama 10 hari, yaitu dimulai dari tanggal 1-10 Muharram. Puncak arak-arakan tabuik berlangsung 10 Muharram.
Simak juga : Pawai Obor, Tradisi Menarik Masyarakat Nagari Taluk
1. Hari pertama
Pada hari pertama, mengambil tanah ke dasar sungai. Mengambil tanah ini sebagai simbol mengambil jasad Husen yang terbunuh.

Kemudian tanah itu dimasukkan ke dalam periuk. Periuk dibungkus dengan kain putih, seolah-olah  mengafani mayat.

Periuk diletakkan di atas sebidang tanah yang dilingkari dengan kain putih pula. Seolah-olah mayat diletakkan disebuah benteng yang berpagar putih.

2. Hari berikutnya
Pada hari ini telah dimulai membuat tabuik. Tabuik berbentuk keranda untuk mengusung mayat.

Pada hari kelima, tengah malam, orang pergi mengambil pohon pisang. Pohon pisang dipancung dengan parang sekali putus.

Hal ini melambangkan pembalasan anak Husen terhadap pembunuh ayahnya.

3 . Pada Hari ketujuh
Dimulai dengan mengarak jari-jari. Yaitu semacam maket sebuah kubah yang terbuat dari kertas kaca dengan bingkai bambu.

Kertas itu digambarkan sepotong tangan jari-jari berkembang. Di dalam maket itu dipasang lilin.

4. Acara Puncak
Pada acara puncak tabuik akan diarak. Biasanya tabuik tidak hanya satu, sehingga berkemungkinan besar akan bertemu di perbatasan kampung, sehingga suasana akan menjadi panas, namun setelah acara selesai keributan pun keributan akan berhenti. (*Penulis : Andini Meysi Ullanda)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel