Mengenal Sekilas Tradisi Tabut
November 12, 2016
Mengenal sekilas tradisi tabut – Tabut
(bahasa Minangkabau, tabuik) merupakan sebuah tradisi dan kesenian yang
berkembang di daerah pesisir Minangkabau, khususnya Pariaman. Tabuik bukanlah
kesenian asli daerah Pariaman, melainkan budaya dari luar yang mengandung nilai
islami.
Dibalik perayaan tabuik ini, tersimpan kisah yang sangat besar. Seorang tokoh dalam sejarah islam.
Namanya Husen, ia merupakan cucu Nabi Muhammad saw. Kaum Syiah menyebutnya sebagai khalifah.
Pada perang Karbala, Husen gugur. Kepala Husen dipenggal ditusuk dengan tombak.
Baca juga : 13 Keutamaan Bulan Muharram
Pada gambar tersebut burung buraq digambarkan berkepala manusia.
Dikisahkan, pada saat burung buraq datang, ia menyambar kepala Husen disambar dari ujung tombak dan membawa terbang ke langit.
Peristiwa ini diperingati setiap tanggal 10 Muharram dengan membuat arakan tabuik.
Pertunjukan tabuik ini berlangsung selama 10 hari,
yaitu dimulai dari tanggal 1-10 Muharram. Puncak arak-arakan tabuik berlangsung
10 Muharram.
Simak juga : Pawai Obor, Tradisi Menarik Masyarakat Nagari Taluk
1. Hari pertama
Pada hari pertama, mengambil tanah ke dasar
sungai. Mengambil tanah ini sebagai simbol mengambil jasad Husen yang terbunuh.
Kemudian tanah itu dimasukkan ke dalam periuk. Periuk dibungkus dengan kain
putih, seolah-olah mengafani mayat.
Periuk diletakkan di atas sebidang tanah yang dilingkari dengan kain putih
pula. Seolah-olah mayat diletakkan disebuah benteng yang berpagar putih.
2. Hari berikutnya
Pada hari ini telah dimulai membuat tabuik. Tabuik
berbentuk keranda untuk mengusung mayat.
Pada hari kelima, tengah malam, orang
pergi mengambil pohon pisang. Pohon pisang dipancung dengan parang sekali
putus.
Hal ini melambangkan pembalasan anak Husen terhadap pembunuh ayahnya.
3 . Pada Hari ketujuh
Dimulai dengan mengarak jari-jari. Yaitu semacam
maket sebuah kubah yang terbuat dari kertas kaca dengan bingkai bambu.
Kertas
itu digambarkan sepotong tangan jari-jari berkembang. Di dalam maket itu
dipasang lilin.
4. Acara Puncak
Pada acara puncak tabuik akan diarak. Biasanya
tabuik tidak hanya satu, sehingga berkemungkinan besar akan bertemu di
perbatasan kampung, sehingga suasana akan menjadi panas, namun setelah acara
selesai keributan pun keributan akan berhenti. (*Penulis : Andini Meysi Ullanda)