Nyanyian Sendu Batang Kapuah - Bagian 1
Januari 10, 2017
Nyanyian sendu batang kapuah (bagian (1) -Batang Kapuah, hanyalah nama sebuah
kali kecil di Jorong Kapuah Kenagarian Sumani Kabupaten Solok. Warga sudah
biasa menyebut sungai atau kali dengan sebutan batang air. Karena melewati
jorong Kapuah maka sungai tersebut biasa dinamai dengan Batang Kapuah saja.
Batang Kapuah melintang dari barat ke timur. Hulu sungai Batang Kapuah nun jauh di perbukitan sebelah barat Kenagarian Koto Sani.
Airnya mengalir berliku-liku bagai ular menuju muaranya, persis di pinggang aliran sungai Batang Sumani. Setelah membaur dengan air Batang Sumani, air sungai ini kemudian menuju ke Danau Singkarak.
Nama jorong Kapuah, konon diambil dari nama sebuah tumbuhan kapuk. Sejenis tumbuhan kapas dimana daunnya bisa dijadikan obat penawar panas tubuh atau demam. Bahkan, bila dicampur dengan kuning telur, bisa pula digunakan untuk obat pereda sakit gigi.
Dahulunya ada sebatang pohon kapuk
besar dan hidup berpuluh-puluh tahun. Tapi kemudian pohon itu dimusnahkan
karena pohon itu sudah berpenghuni. Artinya,
pohon itu dianggap mempunyai hantu jin dan menjadi tempat tinggalnya.
Sebenarnya, Batang Kapuah tidak begitu
lebar, hanya kira-kira 5 - 7 meter. Namun dasar sungai cukup dalam. Nyaris
menyerupai sebuah ngarai apalagi ketika musim kemarau tiba dan airnya nyaris
tidak mengalir.
Warga sekitar sungai mandi ke
tempat-tempat strategis di sepanjang pinggiran sungai Batang Kapuah. Maka
tidaklah menjadi pemandangan aneh jika di sepanjang pinggiran sungai terlihat
perempuan atau laki-laki mandi, terutama sore hari. Kadang-kadang tempat
pemandian yang strategis itu menyerupai pasar sore karena ramainya.
Biasanya di tempat pemandian itu juga
terdapat sumur kecil sebagai tempat mengambil air untuk minum. Selesai mandi, biasanya
warga membawa air sumur pulang.
Perempuan-perempuan yang terampil membawa air
dengan ember yang di letakkan di kepala memakai simuluang, kain yang digulung dan dijadikan alas di kepala tanpa dipegang.
Memang, dulunya tidak ada orang
membuat sumur di rumah. Tapi lama kelamaan, tradisi itu telah berubah. Nyaris
semua rumah sudah memiliki sumur di rumah meskipun mereka tinggal di sekitar
sungai.
Ketika musim hujan tiba, sungai Batang
Kapuah meluap. Membawa lumpur kotor bersama sampah dari hulu sungai. Menimbulkan
bau busuk dan bunyi gemuruh yang aneh.
Bagi
orang yang berdomisili di sepanjang pinggiran aliran sungai, bunyi gemuruh dan
bau yang aneh itu adalah hal yang biasa. Bahkan dianggap sebagai nyanyian
pengantar tidur saja.
Saat terjadi banjir pada sungai Batang
Kapuah. Adalah saat yang mengasyikkan untuk menangkap ikan bilih di setiap lekukan sungai.
Di lekukan-lekukan ini, air
kotor berputar-putar dan banyak ikan menyelamatkan diri disini. Ikan tak mau
hanyut bersama air kotor dan deras ke arah muara.
Alat penangkap ikan yang sesuai adalah
jala kecil atau tangguk. Tangguk yang
dipakai adalah tangguk rapat, tangguk yang dibuat agak rapat sehingga membawa
ikan sampai ke ukuran kecil (rinuak).
Ketika
mulai agak surut, air sungai Batang Kapuah menjadi jernih dan deras.
Saat itu adalah saat yang mengasyikkan bagiku dan teman-teman mandi bersama
sambil berhanyut-hanyutan tanpa pelampung.
Pada tempat dimana airnya dalam dan
arusnya lambat, kami main terjun pacak.
Sebuah permainan anak-anak dimana seorang anak naik ke atas tebing pinggiran
sungai kemudian terjun menghambur ke dalam air.
Yang berhasil membuat semburan
air paling banyak dan tinggi dibilang ia hebat. Biasanya bisa dilakukan bila si
penerjun melipat tangan dan bersila ketika berada di udara. Jika salah dalam
melakukan aksi di udara maka punggungnya akan sakit ketika menerpa permukaan
air.
Karena keasyikan mandi-mandi dan terjun pacak, aku sering lupa tugas dan
pekerjaan yang diberikan orang tua. Ayah akan memanggil dan menjemputku sambil
membawa pelecut atau pemukul untuk menghukumku.*** (Bersambung)