Upaya Menghidupkan Roh Pembelajaran
Januari 18, 2017
Upaya menghidupkan 'roh' pembelajaran –
Menjadi guru itu sesungguhnya pekerjaan yang menyenangkan sekaligus memiliki
banyak tantangan. Menyenangkan karena panggilan, ‘pak guru’, ‘buk guru’ atau ‘guru’
saja selalu disandang sekalipun sudah memasuki masa pensiun. Orang di sekitar
maupun bekas murid akan selalu memanggil bapak atau ibuk.
Panggilan seperti ini tidak akan dijumpai oleh pegawai lain ketika sudah memasuki usia pensiun.
Orang-orang di sekitar kita kemungkinannya lebih banyak bekas murid sendiri. Guru mungkin lupa dengan muridnya tapi murid tak akan pernah lupa dengan gurunya.
Ketika masih aktif mengajar, guru adalah sosok sentral di ruang kelas. Murid yang belajar di sebuah kelas sekian banyak, namun guru yang mengajar dalam alokasi waktu tertentu hanya satu orang.
Tak pernah ada dua atau tiga orang sekaligus mengajar di kelas dan waktu yang sama.
Sebagai
sosok sentral, guru mengelola semua aktivitas belajar dan mengajar. Ketika
mengajar maka ketika itu pula ada murid yang belajar. Kegiatan belajar dan
mengajar berlangsung dalam waktu bersamaan.
Menjadi
sosok sentral di ruang kelas memerlukan keahlian dan keterampilan khusus
sehingga dapat mengelola pembelajaran dengan baik.
Semua itu terangkum dalam persiapan, baik
tertulis maupun tidak tertulis. Persiapan tertulis dikenal dengan perangkat
pembelajaran.
Dokumen ini sangat penting artinya buat pertanggungjawaban guru
dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
Namun
perangkat pembelajaran semata tidak dapat diandalkan untuk mengelola kelas.
Sehebat
apapun perangkat mengajar yang dimiliki guru belum berarti apa-apa jika hanya
berupa dokumen benda mati yang tidak operasional.
Dokumen
tertulis ini perlu dilengkapi dengan persiapan tidak tertulis sehingga roh
pembelajaran menjadi lebih hidup.
Apa saja persiapan tidak tertulis yang akan
‘menghidupkan’ pembelajaran di kelas?
1.Gaya (style) mengajar
Dalam
perangkat mengajar seorang guru tidak pernah bisa dituliskan bagaimana stil
mengajar seorang guru. Yang ada hanyalah strategi dan metode pembelajaran.
Gaya
mengajar seorang guru bersifat spesifik. Sulit ditemukan dua atau tiga guru
yang memiliki stil mengajar yang persis sama.
Gaya
mengajar seorang guru akan menentukan hidup atau tidaknya perangkat tertulis seorang guru.
Dengan gaya mengajar spesifik yang dimiliki seorang guru berpotensi untuk memberikan
roh pada proses pembelajaran.
Baca : Penampilan Guru dan Suasana Belajar
2.Sikap dan kebiasaan
Masih
berkaitan dengan gaya mengajar, ternyata sikap dan kebiasaan dalam mengajar
akan menjadi penilaian tersendiri bagi siswa.
Sikap mengajar dikenal dengan
sikap otoriter, permisif dan demokratis. Guru tidak dapat memaksakan diri untuk
memilih ketiga sikap mengajar tersebut.
Simak : Kebiasaan Unik Guru Ketika mengajar
3.Kharisma
Sering
siswa menyebutkan dimana kharisma seorang guru dapat menghidupkan ruh
pembelajaran.
Kharisma adalah ciri karakteristik yang melekat pada diri
seseorang sehingga orang lain mempercayai dan mentauladani-nya.
Kharisma seorang
guru mampu menghidupkan ruh pembelajaran sehingga berlangsung tanpa hambatan
yang berarti.
4.Kesehatan dan kebugaran
Kita
dapat membayangkan jika seorang guru tampil dalam kondisi yang kurang sehat dan
tidak bugar.
Guru akan terlihat loyo dan menurunkan nuansa pembelajaran menjadi
tidak menarik. Oleh sebab itu tidak bisa dianggap sepele kondisi kesehatan dan
kebugaran seorang guru dalam pembelajaran.
5.Faktor lain
Upaya
menghidupkan roh pembelajaran juga ditentukan oleh faktor intrinsik lainnya.
Faktor tersebut bersifat relativitas yang tinggi. Artinya tergantung dari sudut
mana siswa memandang penampilan guru ketika berada di ruang kelas.
Misalnya, pak
guru ganteng atau buk yang cantik, katanya cenderung berpotensi menghidupkan
roh pembelajaran. Benarkah? Allahuwallam bissowaab…
Baca juga : Guruku Cantik Sekali
Fakta
tersebut paling tidak mengingatkan bahwa guru perlu tampil menarik dan simpatik
di ruang kelas karena menghadapi berbagai siswa dengan karakter dan latar
belakang heterogen.***