Cinta Hanya dalam Mimpi

Marsya tidak terlalu cantik di mataku - Bahkan perempuan tiga puluhan tahun itu kalah cantik dari perempuan-perempuan yang ada di tempat aku bekerja. Rekan-rekan kerjaku dari kaum hawa nyaris semuanya berkulit putih bersih dan halus. 

Mengenakan hijab keren namun tampil dengan sikap agresif dan bergaya masa kini. Mungkin seperti itu trend perempuan moderen masa kini.

Berlainan dengan Marsya. Perempuan berwajah lonjong itu kulitnya agak gelap. Itu kalau tidak keterlaluan dikatakan berkulit hitam.  Berkulit sawo matang kalau tidak mau dikatakan berkulit sawo hangus. Itu juga kuketahui dari kulit tangan maupun mukanya.

Penampilannya jauh tertinggal dari rekan kerjaku yang lainnya. Jarang kuperhatikan dia memakai bedak tebal, apalagi memoles bibirnya dengan pewarna bibir yang glamour. Mungkin karena Marsya merasa tidak cocok saja menggunakan gincu. Atau memang tidak biasa memoles bibir mungilnya dengan lipstik.

Justru keadaan dan penampilan Marsya apa adanya itu telah mencuri perhatianku. Lagi pula sikap dan caranya memandangku, menyita sebagian besar energi batinku. Sikapnya yang lembut dan suaranya terdengar manja di telinga telah membetot sukmaku.

Suatu ketika, aku menyatakan isi hati pada Marsya. Isi hati yang telah lama kupendam. Kata-kata yang akan kusampaikan telah ditata sedemikian rupa, mulai dari pendahuluan, inti sampai pada penutup. Bahkan nyaris seperti dramawan menghafal teks drama yang akan diperankan.

Ujung-ujungnya aku kecewa. Tanggapannya begitu ringan terhadap pernyataanku yang sudah kususun dari semula. Marsya tidak merespon dengan antusias maksud isi hatiku. Ia seakan berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan kalimat yang kusampaikan.

“Mas, sebaiknya cari saja perempuan yang lain.” ungkap Marsya.  
Aku tercenung. Menatap hampa ke arah Marsya.
“Banyak teman-teman kerja di tempat kita ini yang lebih cantik dari saya. Mas dapat saja memilih salah seorang yang mas sukai.” Sambung Marsya.
Aku terdiam. Kehabisan kata untuk menanggapi apa yang disampaikan perempuan yang duduk di hadapanku.

Sebenarnya, aku telah melupakan peristiwa itu dan membuang jauh-jauh perasaanku pada Marsya. Namun semakin aku melupakan, semakin aku buang perasaan suka kepadanya. Marsya justru semakin mendekat ke lokasi sentral hatiku. Perasaan suka yang tertanam menjadi bumerang,  menyerang balik jantung hatiku.

Mungkin semua itu karena aku dan Marsya bekerja di lingkungan sama. Mau atau tidak akan bertemu setiap hari. Ini akan membuat tumbuh subur benih-benih siuka kepadanya meskipun ia telah menolakku secara halus.

Marsya memang benar. Banyak perempuan cantik di tempat kerjaku. Aku bisa memilih salah seorang di antara mereka. Yang berkulit putih mulus, yang berginju bibir menyala, yang energik dan tampil keren.

Tapi aku memang tolol. Semua itu tak membuat semangatku menyala untuk mengikuti saran Marsya. Peduli amat dengan saran Marsya. Yang ada di benak dan hatiku hanya Marsya.

Ketika aku merasa belum cukup usaha, aku bertekad untuk mendekati Marsya untuk kedua kalinya. Mana tahu pendirian Marsya berubah. Dengan penuh optimis aku memanggil Marsya ke sebuah Kafe dan menyatakan kembali apa yang kurasakan.

“Mas…, saya bukan menolak apalagi enggan, mas.” Ujar Marsya pelan.
“Lantas, kenapa kamu keberatan?” desakku cepat.
“Juga bukan keberatan, mas… Tapi saya….” Ucapan Marsya terputus.
Aku semakin penasaran.
“Kenapa, Marsya? Ada apa denganmu?” .
“Saya sudah… bersuami, mas…”

Aku terhenyak. Pengakuan Marsya barusan membuat sekujur tubuhku terasa kaku. Kalaupun mataku menatap pada Marsya, itu hanyalah tatapan kosong. Kecewa. Hatiku mendadak resah. Pikiranku galau.

“Anggap saja saya teman atau adiknya mas Iman.”  ujar Marsya kemudian….

Braakkkk…!!! Bunyi benda jatuh itu membuat aku tersentak bangun. Kuusap-usap bola mataku. Kepalaku terasa sakit. Terbentur pada lantai. Sekujur tubuhku terasa pegal. Aku meringis kesakitan.

Astaga…!!! Ternyata aku bermimpi dan terjatuh dari tempat tidur. Mungkin karena posisi tidurku terlalu dekat ke sisi tempat tidur. ***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel