Ketika Cinta Itu Masih Ada

Lama sekali Basrul terpaku di tempat duduknya. Ucapan Marni telah membuat ia tak berdaya. Bagai sebuah keputusan pengadilan, vonis yang ditimpakan padanya telah membuat ia bertekuk lutut.

“Jangan pernah kamu mengeluh padaku lagi, Bas. Kamu tidak akan pernah berubah. Percuma banyak orang menasehatimu. Siapa pun tidak akan mampu lagi menasehatimu, termasuk aku. Hanya kamu sendiri yang mampu merubahnya. Berusahalah untuk mengubah kebiasaan burukmu itu sehingga terlepas dari kesulitan yang kamu hadapi.” Begitu ucapan Marni sebelum ia meninggalkan Basrul di tempat itu.

Dalam hati, Basrul mengakuinya. Apa yang dikatakan sahabatnya itu ada benarnya. Orang lain tidak akan mau menasehati seseorang yang tidak berusaha merubahnya sendiri, termasuk Marni. Pasti Marni sudah bosan menasehatiku, kata Basrul membatin.

Setiap kali Basrul curhat pada Marni, ibu satu anak itu selalu mendengar keluhannya. Kemudian Marni selalu mencarikan solusi atas keluhannya. Namun solusi tinggal solusi. Saran tinggal saran. Basrul melupakan semua itu dan kembali terjebak dengan kebiasaan buruknya.

Basrul menghela nafas. Kini ia baru sadar mengapa Marni tidak peduli dengannya. Marni telah bosan mendengar keluhannya. Marni pergi meninggalkannya begitu saja di tempat itu.

“Aku harus berubah sikap mulai dari sekarang,” gumam Basrul penuh tekad. “Aku tak pantas lagi selalu mengeluhkan masalahku pada orang lain, termasuk sahabatku yang berstatus janda beranak satu itu. Ya, sikapku yang kasar akan membuat semua perempuan yang kudekati akan menghindar. Kebiasaan begadang, malas dan sering telat akan merugikan diriku sendiri.”
***
Banyak perubahan yang terjadi pada diri Basrul. Sejak terakhir kali bertemu dengan Marni, Basrul sudah rajin melaksanakan perintah sholat 5 waktu sehari semalam. Tidak itu saja, kebiasaan buruk lainnya telah mulai ia tinggalkan. Kebiasaan begadang dan mengganggu perempuan sudah ia tinggalkan.

Kini ia pasrah. Jodoh, riski dan maut memang ada di tangan Allah SWT. Di usianya yang sudah mulai memasuki kepala tiga ini, Basrul menyerahkan segalanya kepada yang Maha Kuasa.

Basrul semakin rajin bekerja. Tak mau lagi terlambat atau lalai masuk kantor sebagaimana yang sering ia lakukan.
***
Hari itu Basrul pulang kantor disambut oleh Mona, adik semata wayangnya. Ini tak biasanya dilakukan oleh Mona. Penampilan dan cara adik tersayang itu terasa aneh. Apalagi nampak senyam-senyum menunggunya. Ada apa gerangan dengan adikku ini? Begitu pikir Basrul penasaran.

“Ops, tungu dulu. Kakak jangan nyelonong aja!” ujar Mona menghalangi langkah Basrul ketika hendak membuka pintu rumah.

“Ada apa apa sih?”
“Ada kejutan luar biasa…”
“Luar biasa? Kakak enggak mengerti?”
“Nanti kakak akan mengerti juga. Tapi kakak janji ya, jangan kasar sama perempuan lagi…”
Basrul tercenung.
“Ya, ya…kakak janji.”
Tiba-tiba Mona mendekatkan kepala ke telinga Basrul dan membisikkan sesuatu.
“Hah?”
“Benar, kak…Di dalam rumah ada kak Marni.”

Jantung Basrul berdetak aneh. Ia sudah lama tidak bertemu dengan Marni. Dan, sekarang tiba-tiba ia muncul di rumahnya. Ada apa gerangan? Basrul semakin penasaran.

Di ruang tengah sudah ada Marni menunggu. Basrul  berusaha berpenampilan biasa-biasa saja meskipun ada rasa kikuk bertemu dengan Marni. Hatinya semakin tak karuan. Namun ia berusaha untuk menyalami marni.
“Gimana kabarmu, Marni?” tanya Basrul kemudian seraya duduk di samping Marni.
“Seperti yang kamu lihat sekarang ini, Bas…Kamu sendiri?
“Ya, begitulah… juga seperti yang kamu lihat. Oh, ya, anakmu dimana? Kok enggak diajak?” tanya Basrul mengalihkan persoalan.
“Lagi di tempat neneknya,”
“Oh…”
“Ealah…, kok diajak ngobrol saja. Diajak minum dong si Marni,” ujar Ibunya Basrul yang muncul dari dapur.
“Oh, ya. Silahkan diminum teh buatan ibuku,” suruh Basrul agak kikuk.
Di luar, mentari sudah mulai condong ke arah barat. Selesai makan bersama, Basrul dan Marni jalan-jalan ke tempat yang biasa ia kunjungi dulu.
“Ngomong-ngomong, kamu sudah dapat pacar, Bas?” tanya Marni berani.
“Aku belum berpikir ke sana, Mar.”
“Lho? Kenapa?”
“Saat ini aku lebih baik berusaha mengubah diri sendiri dulu menjadi lebih baik, baru kemudian memikirkan soal pacar,”
“Oh, begitu. Pantasan kamu kulihat telah berubah.”

Angin sore yang bertiup menampar lembut pipi Marni. Basrul memperhatikan hal itu dengan pandangan lembut. Namun kemudian ia menunduk. Takut ketauan dirinya mencuri pandang.
Dalam hati Basrul mengakui kalau Marni masih cantik meskipun ia sudah janda. Itu pula yang membuat ia berani untuk kembali mengangkat wajah dan bertanya.
“Hm, kamu sudah punya calon pengganti mendiang suamimu?”
“Sudah. Memangnya kenapa?”
“Ah, enggak kenapa-kenapa, koq. Cuma pengin tau aja,”
Sejenak suasana hening.
“Kalau boleh tau, siapa orangnya?” tanya Basrul kemudian. Mencairkan suasana hening di antara mereka.
“Kamu…”
Basrul tersedak. Terdiam. Mulutnya bagai terkunci untuk berkata. Seakan tak percaya pada pendengarannya barusan.
“Aku?”
“Iya, tapi kalau kamu enggak suka, tidak apa-apa…” ujar Marni pelan seraya menunduk ke arah ujung sepatunya..
“Eitt, tunggu dulu…Yang bilang tak suka itu siapa?” pintas Basrul cepat.
“Ya, aku sendiri.”
“Hm, Apa kamu tak akan menyesal?” tanya Basrul.
“Kenapa aku mesti menyesal? Justru aku yang harus bertanya padamu karena aku sudah janda….”
“Stop!” Jangan ucapkan kata itu lagi,” ujar Basrul seraya melekatkan telunjuknya pada bibir Marni.
Marni terdiam.
“Marni, seandainya kamu tahu isi hatiku. Sudah lama aku suka padamu. Tapi sayang, aku tak sempat menyatakan hal itu karena kamu keburu dilamar orang. Aku telah ikhlas menghadapi kenyataan itu,” tutur Basrul kemudian.
“Sekarang masih ada perasaan itu untukku, Bas?” pintas Marni.

Basrul mengangguk pelan. Menatap wajah Marni yang tetap cantik seperti dulu. Kini pegharapan itu hidup kembali setelah pupus diregang takdir. Kini takdir juga yang mempertemukan mereka dalam cinta yang sesungguhnya.

Sehelai daun rambutan jatuh ditiup angin sore. Jatuh persis di hadapan Basrul dan Marni. Kalau jodoh tidak akan kemana. Kalaupun ia pergi jauh, itupun untuk sementara dan akan kembali lagi.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel