Siswa Makan Bersama di Tanah Beralas Daun Pisang

Siswa makan bersama di tanah beralas daun pisang – Ada sepenggal kisah unik dan menarik yang tersisa dari momentum Pengukuhan Angkatan 6 Pasussbra SMPN 4 Lintau Buo belum lama ini. Makan bersama di tanah beralaskan daun pisang.

Sebelum pengukuhan, anggota baru Passussbra telah menjalani berbagai kegiatan. Salah satunya makan bersama di tanah. Meskipun di tanah lapangan terbuka, sebagai pengganti tikar panjang adalah daun pisang.

Makan bersama ini membentuk formasi memanjang dan saling berhadapan. Sesi makan bersama di tanah diikuti oleh calon anggota baru, angkatan pioneer, dan semua angkatan sebelumnya. Prosesi makan bersama dibimbing oleh R. Hidayatullah, A.Md.Kom.

Admin situs yang sendang Anda baca ini kebetulan sempat hadir dan ikut makan bersama di tanah dengan beralaskan daun pisang dengan anggota peserta. Hal ini sangat menarik dan banyak mengandung nilai-nilai pendidikan yang ditularkan kepada peserta didik, khususnya calon anggota Pasussbra Angkatan 6.

Seperti yang diungkapkan pembina Pasussbra SMPN 4 Lintau Buo, R. Hidayatullah, A.Md.Kom, sesi makan bersama di tanah beralaskan daun pisang mengandung nilai pendidikan seperti nilai rasa senasib dan sepenanggungan sesama anggota. Semua anggota mempunyai misi sama yaitu cinta pada tanah air Indonesia.

Lebih jauh, pembimbing Passusbra memaparkan, daun pisang menjadi pengganti tikar panjang sebagaimana lazimnya makan pada lantai di rumah. Selain itu, makan beralas daun pisang juga bernilai historis.

Sebelum era plastik/kantong,  orang menggunakan daun pisang sebagai pembungkus nasi bekal di sawah atau di kebun. Daun pisang membuat nasi tidak cepat rusak atau basi. Bahkan, makan nasi dengan bungkus daun pisang menambah rasa nikmat makan meskipun dengan teman makan nasi seadanya.
Nasi dan teman makan nasi dibawa oleh masing-masing peserta dengan nuansa sederhana dengan ciri khas masakan daerah Lintau. Melalui sesi makan bersama di tanah dengan alas daun pisang akan terbentuk sikap cinta pada tanah air, sederhana dan mencintai budaya dan kearifan lokal.***