Silent to Monster

Silent to monster - Monster adalah mahkluk yang dikenal membawa masalah. Keberadaannya menjadi sesuatu yang mengganggu bagi orang banyak.

“Diam” bisa jadi sebuah monster yang hidup dalam kehidupan sehari-hari yang membawa masalah dan ketidaknyamanan publik.

Diam merupakan prilaku bijaksana dalam sebuah keputusan. Diam juga dapat menjadi respon tidak melakukan apa-apa. Bagaimanakah diam diposisikan dalam keadaan rapat/ musyawarah bersama? Tentu akan menimbulkan berbagai sterotipe pada pelaku diam tersebut.

Bayangkanlah ada seseorang dalam sebuah tim, kemudian anggota lain menaruh perhatian pada orang ini dengan membeli secangkir kopi hitam. Setelah menerima kopi ini orang ini lekas pergi ke dapur dan mulai berdiam sambil memandang kopi ini. Orang ini terus berpikir apa yang harus dilakukannya pada kopi ini.

Dia tidak bisa meminumnya karena rasanya terlalu pahit namun demi menghargai temannya dia tidak bisa membuangnya, ingin mengatakan berterus terang bahwa dia lebih suka coklat yang manis tapi dia berpikir bahwa mereka pasti sudah berusaha memilih kopi dari sekian banyak minuman di cafe, dan dia terus memikirkan segala kemungkinan juga akibatnya.

Hingga pada akirnya dia memutuskan untuk membuang setengah isi kopi dan menambahkan air putih agar rasanya tidak terlalu pahit, namun temannya melihat itu dan mengira bahwa ada kebencian yang membuatnya tidak mau meminum kopi itu sehingga merasa kesal.

Kejadian ini sebenarnya menceritakan bagaiamana sebuah sikap “diam“ menjadi sebuah “monster” yang membawa masalah dan dampak-dampak buruk dalam hubungan sosial khususnya.

Cerita ini hanyalah sebagian kecil kejadian yang terjadi dalam sepanjang kehidupan manusia, bahwa “ diam” begitu berpengaruh pada persepsi orang yang berspekulasi secara negatif karena ketidakpuasannya.

Pribadi ini dikenal sebagai individu yang Introvert. Introvert adalah pribadi yang cenderung menarik diri dari kontak sosial. Perilaku yang paling sering ditemui poada pribadi ini adalah diam, menyimpan rahasia, menutup diri dan pasif. Kaum ini memang tidak pandai dalam berkomunikasi sehingga kemampuan dan pikiran yang ada dalam dirinya tidak dapat tersalurkan dengan baik seperti halnya kejadian di atas.

Salah paham adalah suatu peristiwa yang sangat sering terjadi pada mereka, karena komunikasi tidak efektif dibumbui dengan pandangan atau sterotipe negatif pada suatu kejadian. Kedua belah pihak sebenarnya merasakan hal yang tidak nyaman, baik orang yang salah paham maupun idividu yang disalah pahami.

Keadaan ini terus menyeret pribadi introvert semakin terpuruk dan tidak mau keluar dari cangkang yang sudah menjadi tempat perlindungannya. Dunia luar hanya akan menjadi ketakutan dan berbagai masalah terjadi karena eksistensi dirinya.

Pribadi ini selalu dipandang tidak bisa apa-apa, tidak layak mendapatkan tanggung jawab namun sebenarnya mereka juga pribadi yang berkompeten, sisi eksklusif dari mereka adalah banyak mengamati dan berpikir dibandingkan yang hanya berkaca pada diri sendiri sehingga merasa bahwa pendapatnya adalah yang terbaik.

Orang yang tepat dapat menjadi jembatan pribadi ini belajar berkomunikasi dengan lebih baik, karena sebenarnya mereka adalah pribadi yang benar-benar peduli dengan orang lain.

Sosok guru adalah sosok yang tepat untuk melihat hal ini, dan memberikan pertolongan sebelum mereka menemui pekerjaan, atau dunia sosial yang seakan menjadi neraka bagi mereka. Anti sosial merupakan suatu ungkapan yang sangat menyakitkan dan sama sekali tidak benar karena manusia adalah mahkluk yang membutuhkan satu sama lain.

Sebagai manusia yang hidup bersama kita patut memahami orang bukan dengan persepsi yang buruk meskipun terjadi tingkah laku yang tidak dapat dijelaskan sekalipun. Menerima seseorang dengan seutuhnya dan cinta tanpa syarat merupakan obat paling mujarab bagi seorang intorvert yang mengalami kesulitan mengungkapkan sesuatu.
Manusia dapat berkomunikasi bukan hanya dengan kata-kata namun berbagai cara. Kebalikan dari  padanya pribadi ekstrovert yaitu sosok yang terbuka, yang ramah, dan ceria menjadi model yang sangat tepat berperan sebagai pendongkrak bukan sebagai tuntutuan yang memaksakan.

Dari sekian banyak manusia adakah arti keberadaan kita bagi mereka, ataukah hati kita telah buta akan sesama umat ciptaanNya. (Penulis : Dwiki Daniel )

Sumber : Feist, Jess. 2009. Theories of personality. Jakarta: Senerbit Salemba Humanika.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel