Seandainya Bumi Ini Tidak Bulat
Mei 05, 2017
Seandainya bumi ini tidak bulat – Bumi
ini terasa sempit bagiku. Di tempat yang dikelilingi pagar tembok yang tinggi
ini, langkah kakiku terasa terkekang. Terkekang meskipun hanya sekadar
menghindar. Menjauh dari sosok yang telah membuatku patah hati.
Aku ingin
pindah ke dunia lain. Dunia yang tak mungkin lagi bertemu dengan Meriam,
perempuan yang membuatku jatuh bangun mengejarnya. Perempuan yang ibaratnya, jinak-jinak merpati.
Suatu
ketika, terlintas di anganku untuk pindah tugas ke sekolah lain. Dengan begitu
aku bisa menghindari Meriam, bahkan melupakan untuk selamanya.Tapi zaman
sekarang ini, tidak mudah untuk pindah tugas. Mengurus untuk pindah tugas
amatlah susahnya.
Banyak
prosedur yang harus ditempuh jika ingin mengajukan pindah tugas. Pertama aku
harus mencari formasi yang mungkin diisi ditempat tujuan. Kalau pun ada, itu
harus dengan surat keterangan bersedia menerima serta bezetting formasi pegawai
dari tempat tugas tujuan.
Kedua,
formasi di tempat tugas lama tidak boleh kosong. Harus ada izin melepas dari
atasan tempat bertugas untuk pindah. Bagaimana aku memperoleh surat izin jika
aku pindah akan terjadi kekurangan guru mata pelajaran?
Mau
tak mau, aku harus menghapus anganku untuk pindah tugas ke tempat lain. Menjauh
dari Meriam agar aku tidak bertemu dengannya lagi.
Hmmmhh…Meriam
memang perempuan unik dan pintar. Kepintaran itu telah digunakannya untuk
mempermainkan diriku. Menggantung diriku tanpa tali. Ia bagai seekor merpati
yang terlihat jinak. Namun jika didekati akan terbang menjauh.
Aku
tak habis pikir dengan sikap Meriam padaku. Di saat aku lengah, ketika aku
serius menghadapi tugasku sebagai pendidik, Meriam selalu mendekatiku dan menggodaku. Memandang dan menatapku penuh
antusias. Kadang-kadang pandangannya terkesan sedikit genit.
Simak : Ketika Cinta Itu Masih ada
Di
saat seperti itulah harapanku bangkit untuk mendapatkan Meriam. Kemudian
bersiap pasang strategi untuk mengungkapkan isi hati. Namun ketika kurasa
kesempatan itu datang, Meriam seakan menghindari dan menjauh dariku.
Ketika
kuminta sedikit waktu untuk berbicara, ia pura-pura sibuk. Enggan untuk
berbicara denganku. Bergegas ke sana kemari. Entah apa yang dicarinya.
Kini
aku sudah tak tahan lagi. Kesabaranku seakan habis untuk menghadapi Meriam. Aku
tak ingin lagi memikirkannya, apalagi untuk mendekatinya.
Sebenarnya,
semua ini bertentangan dengan bathinku. Aku sungguh menyukai Meriam. Perempuan
sederhana, tidak terlalu cantik namun menarik hatiku. Caranya berbicara, begitu
pula gaya berpakaian seragam dinasnya, membuat aku terlanjur menyukainya.
Dengan
terpaksa. Apa boleh buat, aku harus membuang semua impianku. Tak mau lagi
dipermainkan Meriam. Aku benar-benar ingin melupakannya. Seandainya bumi itu
tidak bulat, aku akan pergi ke ujung dunia untuk meninggalkan Meriam, kalau
perlu meninggalkan tugasku sendiri.
Baca juga : Ketika Semua Berubah Karena Cinta
Tapi
apa hendak dinyana, bumi itu memang bulat. Kata guru IPA, bumi itu bulat dan
pepat di kedua kutubnya. Itu artinya, bila pergi sejauh-jauhnya menempuh suatu
garis lurus maka akan sampai kembali di tempat semula. Itu juga berati, aku akan
bertemu kembali dengan Meriam?