Seandainya Bumi Ini Tidak Bulat

Seandainya bumi ini tidak bulat – Bumi ini terasa sempit bagiku. Di tempat yang dikelilingi pagar tembok yang tinggi ini, langkah kakiku terasa terkekang. Terkekang meskipun hanya sekadar menghindar. Menjauh dari sosok yang telah membuatku patah hati.

Aku ingin pindah ke dunia lain. Dunia yang tak mungkin lagi bertemu dengan Meriam, perempuan yang membuatku jatuh bangun mengejarnya. Perempuan yang ibaratnya, jinak-jinak merpati.

Suatu ketika, terlintas di anganku untuk pindah tugas ke sekolah lain. Dengan begitu aku bisa menghindari Meriam, bahkan melupakan untuk selamanya.Tapi zaman sekarang ini, tidak mudah untuk pindah tugas. Mengurus untuk pindah tugas amatlah susahnya.

Banyak prosedur yang harus ditempuh jika ingin mengajukan pindah tugas. Pertama aku harus mencari formasi yang mungkin diisi ditempat tujuan. Kalau pun ada, itu harus dengan surat keterangan bersedia menerima serta bezetting formasi pegawai dari tempat tugas tujuan.

Kedua, formasi di tempat tugas lama tidak boleh kosong. Harus ada izin melepas dari atasan tempat bertugas untuk pindah. Bagaimana aku memperoleh surat izin jika aku pindah akan terjadi kekurangan guru mata pelajaran?

Mau tak mau, aku harus menghapus anganku untuk pindah tugas ke tempat lain. Menjauh dari Meriam agar aku tidak bertemu dengannya lagi.

Hmmmhh…Meriam memang perempuan unik dan pintar. Kepintaran itu telah digunakannya untuk mempermainkan diriku. Menggantung diriku tanpa tali. Ia bagai seekor merpati yang terlihat jinak. Namun jika didekati akan terbang menjauh.

Aku tak habis pikir dengan sikap Meriam padaku. Di saat aku lengah, ketika aku serius menghadapi tugasku sebagai pendidik, Meriam selalu mendekatiku dan  menggodaku. Memandang dan menatapku penuh antusias. Kadang-kadang pandangannya terkesan sedikit genit.
Di saat seperti itulah harapanku bangkit untuk mendapatkan Meriam. Kemudian bersiap pasang strategi untuk mengungkapkan isi hati. Namun ketika kurasa kesempatan itu datang, Meriam seakan menghindari dan menjauh dariku.

Ketika kuminta sedikit waktu untuk berbicara, ia pura-pura sibuk. Enggan untuk berbicara denganku. Bergegas ke sana kemari. Entah apa yang dicarinya.

Kini aku sudah tak tahan lagi. Kesabaranku seakan habis untuk menghadapi Meriam. Aku tak ingin lagi memikirkannya, apalagi untuk mendekatinya.

Sebenarnya, semua ini bertentangan dengan bathinku. Aku sungguh menyukai Meriam. Perempuan sederhana, tidak terlalu cantik namun menarik hatiku. Caranya berbicara, begitu pula gaya berpakaian seragam dinasnya, membuat aku terlanjur menyukainya.

Dengan terpaksa. Apa boleh buat, aku harus membuang semua impianku. Tak mau lagi dipermainkan Meriam. Aku benar-benar ingin melupakannya. Seandainya bumi itu tidak bulat, aku akan pergi ke ujung dunia untuk meninggalkan Meriam, kalau perlu meninggalkan tugasku sendiri.
Baca juga : Ketika Semua Berubah Karena Cinta
Tapi apa hendak dinyana, bumi itu memang bulat. Kata guru IPA, bumi itu bulat dan pepat di kedua kutubnya. Itu artinya, bila pergi sejauh-jauhnya menempuh suatu garis lurus maka akan sampai kembali di tempat semula. Itu juga berati, aku akan bertemu kembali dengan Meriam?

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel