Disini Cinta Bersemi Disini Cinta Berakhir
Mei 21, 2017
Kembali
kubuka ponsel jadul kesayanganku. Ponsel yang setia menemaniku dan tahan
banting. Kubaca isi pesan singkat yang dikirim Mitha beberapa jam lalu.
“Mas, nanti sore pukul lima kita ke Taman Muaro Lasak, ya? Mas Dedy tidak usah menjemput aku ke tempat kost. Sampai ketemu disana” Begitulah isi pesan singkat yang dikirim Mitha sekitar sejam yang lalu.
Aku merasakan ada sesuatu yang kurang beres. Kenapa tidak? Setelah aku menerima pesan singkat itu langsung kubalas. Namun pesan yang kukirim seakan hilang begitu saja.
Mitha
tak lagi membalasnya. Sudah kucoba menghubunginya namun ponselnya tidak aktif.
Ini yang membuat aku semakin penasaran.
Perasaanku menjadi tidak nyaman. Ada
apakah gerangan yang terjadi sehingga Mitha berubah misterius?
Setengah
jam sebelum waktu dijanjikan Mita, aku segera menstarter motor dan menuju ke
lokasi Taman Muaro Lasak di kawasan Pantai Padang itu.
Pengunjung
objek wisata pantai di Kota Padang itu sudah ramai oleh pengunjung.
Setelah
memarkir motor di antara ratusan motor pengunjung, Aku mengedarkan pandangan
ke arah tugu Merpati Perdamaian yang menjulang ke langit.
Menyisir
orang-orang yang asyik berfoto ria di sekitar tugu.Mencari seseorang yang
berubah misterius terhadapku.
“Mas
Dedy…” Sebuah suara memanggil namaku. Suara yang sudah tidak asing lagi di
telingaku sejak setahun lalu. Pemilik suara melambaikan tangan di tengah
keramaian sekitar tugu.
Dengan
langkah dipercepat aku mendekat ke arah Mitha. Ingin tahu secepatnya misteri
apa dibalik pesan singkat yang ia kirim kepadaku.
Aku duduk di samping Mitha
yang telah duluan duduk di pinggiran pelataran Tugu Merpati Perdamaian.
“Maafkan
aku ya, mas?” ujar Mitha.
“Oh,
tidak apa-apa,” sahutku menyembunyikan perasaanku.
“Hm, aku hanya penasaran
dengan pesan singkatmu. Kok pakai misteri segala,”
Wajah
Mitha nampak serius. Kemudian menekur. Mendadak wajahnya yang cantik itu
mendadak muram. Senyum manis yang sering kunikmati seakan menghilang.
"Kenapa,
Mitha? Apa yang telah terjadi denganmu sehingga tiba-tiba mendadak berubah
begini?”
Bulir
air mata justru meleleh di pipinya yang putih dan mulus. Membuat hatiku semakin
penasaran.
“Mitha,
jujurlah padaku…” desakku kemudian
Mitha
menyusut butiran bening di pipinya.
“Mas,
tadi malam aku menerima telepon dari kampung….”
“Lantas?”
“Aku
disuruh berhenti kuliah…”
“Berhenti
kuliah? Bukankah kamu tinggal dua smester lagi?” Aku memintas.
“Iya,
orangtua kehabisan biaya untuk melanjutkan kuliahku.”
Aku
terdiam.
“Aku
akan dijodohkan dengan seorang pemuda, anak seorang juragan padi di kampungku…”
“Mitha…”
Aku tersedak.
“Aku
tak berdaya menolaknya, mas..”
Hatiku
semakin gelisah. Kukepal-kepalkan tanganku yang terasa bagai kesemutan dan
pucat.
“Laki-laki
itulah yang mengantarkan aku tadi kesini, mas. Itu sebabnya mengapa aku
pesankan tak usah jemput aku.’
“Mitha,
begitu cepatnya semua ini akan berakhir.” Ujarku dengan suara berat dan
bergetar.
“Iya,
mas. Namun aku mohon mas mengerti dengan keadaanku.”
“Oke,
oke…Aku rela melepas kamu walaupun dengan berat hati…” Ucapku pasrah dan
bangkit dari duduk.
“Apakah
mas akan marah atau bahkan menaruh dendam kepadaku?” tutur Mitha juga bangkit.
“Tidak
Mitha…”
“Benarkah,
mas?”
Aku
berusaha mengangguk. Berusaha tersenyum meskipun itu senyum getir.
“Aku
tidak akan marah, apalagi dendam. Aku tahu kalau cinta itu tak pernah menaruh
dendam.”
“Terima
kasih, pengertianmu mas. Aku pamit…”
Aku
hanya mengangguk sebagai jawaban atas ucapan Mitha. Tak kuasa aku menoleh mengiringi kepergian Mitha. Namun aku yakin Mitha telah menghilang di tengah keramaian
pengunjung.
Aku
menghela nafas pelan. Terasa berat nafas ini di paru-paruku. Perlahan aku
mengangkat kepala, menengadah dan memandang tugu Merpati Perdamaian yang berdiri
teguh.
Di
sini, di bawah tugu ini cinta bersemi pertama kali. Di bawah tugu ini pula
semuanya berakhir.
Suasana
Taman Muaro Lasak mulai redup. Ternyata sang mentari telah menghilang di ujung
laut sana.
Pertanda senja datang menjelang. Dengan langkah gontai aku meninggalkan
areal Tugu Merpati Perdamaian. Selamat tinggal Tinggal Merpati Perdamaian,
selamat tinggal cintaku.***