Melestarikan Kesenian Randai Melalui Kegiatan Ekskul

Melestarikan kesenian randai melalui kegiatan ekskul – Randai merupakan salah satu kesenian tradisional Minangkabau yang sudah berumur tua. Keberadaan kesenian randai ini akan terus dilestarikan sebagai aset kebudayaan Minangkabau.

Oleh sebab itu kesenian randai akan selalu diperkenalkan kepada generasi muda agar menjadi warisan kesenian turun-temurun sesuai pepatah, tak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas.

Lebih dari itu, kesenian randai mendapat tempat di hati generasi muda Minangkabau. Kaum muda lebih mengenali dan mencintai kesenian negerinya sendiri.
Simak juga : Melestarikan Kesenian Tradisional Minangkabau

Anak sekolah merupakan salah satu komunitas terbesar yang terdiri dari generasi muda.

Oleh sebab itu sasaran bidik pelestarian kesenian randai mengarah kepada lembaga pendidikan, terutama jenjang pendidikan SLTP dan SLTA.

Pada kedua jenjang pendidikan sekolah tersebut terdapat kurikulum muatan lokal (Mulok). Seni dan Budaya merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal tersebut.

Namun demikian, upaya pelestarian kesenian randai juga dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler (ekskul).

Kontributor matrapendidikan.com, Rahid Sikumbang, sengaja membagi oleh-oleh pulang kampung menjelang puasa berupa gambar kegiatan ekskul kesenian Randai di sebuah sekolah menengah atas.

Adalah SMA Negeri 1 Ampek Angkek Canduang (dulunya SMA Negeri Lambah).  Salah satu lembaga sekolah yang cukup peduli dengan pelestarian kesenian tradisional Randai.

Randai telah diprogramkan dalam kegiatan ekstrakurikuler (ekskul). Siswa dan siswi yang berminat menggeluti kesenian randai dilatih bermain randai di luar jam pelajaran sekolah.

Untuk memantapkan siswa berkesenian randai, pihak sekolah telah mendatangkan pelatih Randai dari Dinas Pariwisata Bukittingi.

Salah seorang pelatih tersebut adalah Yogian Hutagama, M.Sn, yang juga putra asli daerah Ampek Angkek.
Seperti diketahui, randai mengandung beberapa unsur kesenian seperti cerita (kaba), nyanyi (dendang), tari (gerak tari gelombang dan tepuk galembong) dan unsur drama (akting dan dialog).

Gabungan unsur tersebut secara selaras dan serasi akan berwujud sebuah seni yang menarik untuk disaksikan oleh penonton.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel