Gadis Cantik Pemilik Mata Bola

Hatiku mendadak gelisah. Usaha untuk segera tidur lebih cepat dari biasanya, menjadi sia-sia. Padahal besok pagi aku mengajar pada jam pelajaran pertama. Kebetulan hanya hari itu satu-satunya dalam daftar pelajaran saya mengajar jam pertama. Selebihnya mengajar jam pelajaran kesekian.

Karena hanya satu hari dalam seminggu aku mengajar pada jam pelajaran awal maka aku tidak mau datang terlambat masuk kelas untuk mengajar.  Inilah prinsip yang aku pegang selama menjadi guru.

Alasan menggunakan prinsip ini, sederhana saja. Jika aku sempat terlambat masuk kelas di awal pelajaran pada hari tersebut, bagaimana aku bisa berani untuk mengajak murid untuk datang tidak terlambat ke sekolah?

Memang, prinsip yang aku anut belasan tahun itu membuahkan hasil. Aku dapat dengan lantang mengatakan agar siswa tidak datang terlambat ke sekolah. Bahkan aku semakin berani menghukum siswa yang datang terlambat masuk belajar denganku.


*****

Kembali aku memaksakan diri untuk memejamkan mata. Namun apa hendak dinyana. Kembali pula aku gagal untuk tertidur dengan nyenyak. Semakin dipaksa semakin terasa bola mata ini membangkang untuk tidak mau terpejam. Bola mata ini benar-benar tidak mau diajak kompromi.

Akhirnya aku menyerah. Kemudian segera bangkit dari pembaringan. Beranjak menuju ruang dimana aku sering mempelototi layar komputer. Aku menyalakan komputer dan tak lama kemudian layar komputer siap untuk dipergunakan.

Perhatianku tertuju pada logo mozilla firefox di dekstop layar komputer. Sarana berelancar di dunia internet. Ku arah mouse komputer dan membuka browser mozilla firefox itu. Mengetikkan alamat url facebook.com. Masuk dengan akun dan password facebook-ku.

Ternyata ada isyarat pesan muncul pada bagian tab atas facebook. Siapa yang mengirim pesan?  Penasaran, spontan aku klik dan terbuka nama pemilik. Yohana!

“Selamat malam, bapak…”

Aku terhenyak membaca sapaan singkat itu.

Sepertinya pesan itu dibuat persis ketika aku hendak keluar dari akun facebook sehingga tidak sempat membacanya. Wah, pasti Yohana mengira aku sengaja keluar setelah melihat tanda pesan masuk darinya.

Padahal sungguh mati, aku kurang memperhatikan tanda-tanda itu saat keluar dari akun facebook. Aku tidak menyadari ada pesan masuk.

Ya, ampun….Aku baru ingat, Yohana itu muridku sendiri. Bukankah besok pagi aku akan mengajar di kelasnya?

“Belum tidur, bapak?”  Mendadak muncul pesan dari kode ikon mesenger itu.

Aku jadi malu. Dicuekin saja? Tidak mungkin. Kalau aku logout lagi, Yohana pasti tersinggung. Akhirnya aku segera mengetik pada tampilan jendela percakapan itu:

“Belum, Yo... Kamu belum tidur juga?” 

“Belum, bapak… Mata Yo belum mau dipejamkan…” balas Yohana kemudian.

Aku tercenung. Koq, bisa sama kejadiannya denganku? Perasaanku, Yohana sengaja menyindirku. Menyindir gurunya masih online sampai selarut malam ini.

“Bapak juga belum ngantuk, Yo.” balasku beretrus terang.

“Tapi, bukankah besok bapak mengajar di kelas Yo?” Kilah Yohana mengingatkan.

“Iya…”. Hanya itu yang bisa  kujawab.

Namun mendadak Yohana telah keluar dari akunnya. Kode button aktif tiba-tiba berubah menjadi putih pertabnda Yohana off. Aku tidak tahu, apakah karena signal atau memang Yohana sig out.

******

Alhamdulilah , aku tidak terlambat bangun pagi. Di perjalanan pun lancar karena tidak terjadi kemacetan. Aku sampai di sekolah lima menit sebelum sirine pertanda dimulai pelajaran mengaum.

Aku melangkah menuju kelas Yohana. Semua siswa di kelas itu sudah berbaris di koridor depan pintu kelas menunggu kedatanganku.

Konsentrasiku jadi terganggu ketika hendak memulai mengajar. Aku merasa melalui sudut mata, Yohana selalu memperhatikanku dari tadi. Tapi aku coba mengarahkan pandangan pada Yohana yang duduk di bagian depan sebelah kiri kelas.

Setelah menarik nafas dan membaca basmalah segera memulai menerangkan pelajaran. Paruh jam pelajaran, saya memberi tugas kepada siswa untuk dikerjakan saat itu juga. Sementara itu aku duduk dan bersandar pada kursi guru.

Diam-diam, aku perhatikan Yohana melalui ekor mata. Ternyata “gadis kecil” itu menarik juga. Mukanya bulat berisi, matanya bulat hitam dan…ternyata ia mempunyai kantung mata…

Ah, mata bulat bagai bola milik Yohana….Mata bagus itu membuat aku harus memperhatikannya lebih lama lagi. Aku tak pernah bosan memperhatikan bola matanya yang bulat meskipun secara diam-diam di sela menerangkan pelajaran.

Yohana, siswi cantik pemilik mata bola itu, seakan mengingatkanku kembali pada masa silam. Masa silam bersama Maria yang pergi meninggalkanku tanpa alasan yang jelas.
Oh, sebenarnya aku tak mau mengingatnya lagi masa itu. Lagi pula saat ini aku sedang mengajar di ruang kelas.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel