Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual di Ruang Kelas
Agustus 23, 2017
Penerapan strategi pembelajaran
kontekstual di ruang kelas – Pembelajaran di ruang kelas, sejatinya
lebih mengedepankan bagaimana proses belajar siswa ketimbang bagaimana pencapaian
target kurikulum.
Bagaimana
proses belajar siswa, berarti bagaimana siswa menerima, mengolah, memiliki dan
menerapkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan nyata sehari-hari. Kondisi ini menunjukkan bahwa siswa
telah mengalami proses belajar di ruang kelas.
Siswa
dikatakan telah belajar apabila sejumlah konsep materi pelajaran telah dimiliki
dan dapat diterapkan dalam kehidupan siswa sehari-hari siswa. Sehingga terwujud pembelajaran bermakna bagi siswa. Hal itu diwujudkan oleh guru melalui berbagai
strategi/pendekatan pembelajaran.
“Tidak
satu jalan ke roma”, peribahasa ini sesuai dengan upaya guru untuk menciptakan
kondisi siswa belajar, minimal belajar dalam matra aktivitas psikis. Banyak strategi pembelajaran atau pendekatan
yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru dalam menjalankan pembelajaran
bermakna.
Salah
satu strategi pembelajaran yang patut diungkapkan kembali adalah pendekatan
pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning). Pendekatan ini bukanlah ‘barang’ baru dalam dunia
pendidikan sehingga para guru umumnya sudah memahami seluk beluk strategi
pembelajaran ini.
Hanya
saja, pemahaman tersebut kadang-kadang terhenti karena sistem pembelajaran yang
berlaku. Materi pelajaran cukup luas namun alokasi tidak memadai.
Guru memang dituntut
untuk mengedepankan kualitas pembelajaran namun disisi lain guru didesak untuk
mencapai target kurikulum.
#Strategi pembelajaran kontekstual
Sebenarnya,
tercapainya target kurikulum sesuai jadwal dan waktu, belum ada jaminannya
proses pembelajaran akan berkualitas dan bermakna bagi siswa.
Dengan materi
pelajaran yang lebih luas dan dalam waktu relatif singkat, cenderung membuat guru
berpikir untuk mencapai target kurikulum dalam melaksanakan pembelajaran.
Apa
indikasi pembelajaran bermakna bagi siswa? Menurut pengalaman empiris,
tanda-tanda telah berlangsung proses pembelajaran bermakna bagi siswa antara
lain:
a.Suasana
dalam ruang kelas relatif kondusif dan terkendali
b.Prilaku
siswa menyimpang, seperti: membuat suasana onar, izin keluar tiap sebentar,
bolos belajar dan lain sebagainya, dapat diminimalisir.
c.Belajar
jadi mudah dan menyenangkan.
d.Materi
pelajaran dirasakan oleh siswa sesuai dengan kemampuan berpikirnya dan cocok
dengan pengalaman nyata siswa sehari-hari.
Dapat
disimpulkan, pembelajaran bermakna bagi siswa memang ditandai dengan situasi
dan kondisi saat berlangsungnya pembelajaran.
Suasana belajar kondusif
menunjukkan proses belajar menarik dan menyenangkan.
Materi
yang disajikan guru pas banget dengan struktur kognitif dan pengalaman nyata
siswa sehari-hari sehingga menarik perhatian siswa Inilah esensi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran.
Penerapan
pendekatan pembelajaran kontekstual akan membantu guru dalam mewujudkan
pembelajaran berkualitas dan bermakna.
Pada pendekatan ini, ditekankan bagaimana
guru mengaitkan materi pelajaran dengan situasi nyata siswa dalam kehidupan
siswa sehari-hari.
Dalam
hal ini, guru seolah-olah berusaha untuk menghadirkan dunia nyata ke dalam
ruang kelas. Ketika membahas konsep sistem koordinasi dalam pembelajaran IPA,
misalnya.
Guru
menghadirkan fenomena-fenomena makhluk hidup, khususnya manusia dalam
berinteraksi dalam lingkungan alam dan sosial.
Sebagai contoh, respons manusia
ketika mencium bau tak sedap. Bau tak sedap adalah impuls (rangsangan pesan informasi) berupa zat kimia yang diterima
oleh reseptor hidung.
Pesan
rangsangan itu diteruskan ke otak untuk diproses kemudian diperintahkan anggota
gerak (tangan) untuk menutup hidung.
Ini hanya contoh kecil saja mengaitkan
materi sistem koordinasi pada manusia.
Selain
itu, pembelajaran kontekstual akan mendorong siswa membuat hubungan (korelasi) antara
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mengapa orang mengangkat kaki secara refleks ketika terinjak paku?
Paku
adalah impuls fisik yang menyebabkan rasa sakit pada telapak kaki. Namun gerak
reflek, gerak yang melibatkan sum-sum tulang belakang, telah menyuruh efektor
untuk mengangkat kaki secepat mungkin.
Faktanya, tidak pernah terdengar orang
berpikir dulu baru mengangkat kakinya yang tertusuk paku.
Demikian
secuil bagaimana penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk
menciptakan suana pembelajaran bermakna bagi siswa.***