Sebuah Renungan dalam Merayakan HUT RI ke- 72
Agustus 15, 2017
Sebuah
renungan dalam merayakan hut ri ke- 72 – Puncak peringatan Hari Ulang Tahun
Kemerdekaan RI (HUT RI) memang tanggal 17 Agustus 2017. Namun prosesi
peringatan itu telah dimulai sejak awal bulan ini.
Secara
fisis, penyambutan HUT RI ke- 72 memang luar bisa.
Perhatikanlah suasana di
sekitar kita masing-masing. Simbol-simbol, slogan dan bendera merah putih
dipajang sepanjang bangunan depan kantor lembaga/instansi swasta maupun
pemerintah.
Begitu
pula pada bangunan gedung sekolah yang berlokasi di sekitar jalan umum atau
jalan raya. Di daerah tertentu dipajang umbul-umbul atau kalau di Minangkabau
dinamakan Marawa.
Soal
kebersihan lingkungan sekitar, apalagi warga yang berada di sepanjang jalan
umum atau jalan raya. Terasa sekali suasana dan pemandangan yang bersih dan
indah.
Warga dikerahkan untuk gotong royong membersihkan lingkungan. Tak
terkecuali di lingkungan sekolah, kantor dan fasilitas lainnya.
Tidak
hanya sampai disitu, dalam rangka menyambut HUT RI, lembaga/instansi pemerintah
maupun swasta digelar berbagai kegiatan perlombaan dan pertandingan.
Apakah itu
lomba tarik tambang, pacu karung, panjat pinang, dan segala bentuk lomba yang
lazim dipertunjukkan setiap tahun menyambut HUT RI.
Begitu
pula kegiatan-kegiatan bersifat kesehatan dan sosial. Cukup banyak jenis
kegiatan yang memupuk semangat kejuangan warga negara RI. Ada gerak jalan,
jalan santai jantung sehat dan kegiatan lainnya.
Itu
secara fisis yang terlihat nyata sebagai bukti kemeriahan untuk menyambut HUT
RI ke- 72. Kiranya sebagai warga negara yang baik, kita perlu merenung kembali
hakikat memeriahkan HUT RI, termasuk yang ke- 72 ini.
Suasana
dan aktivitas fisis yang diciptakan perlu diiringi dengan hati dan jiwa cinta
pada tanah air Indonesia.
Menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur
di medan juang untuk menegakkan kemerdekaan RI.
Hal
ini tercermin dalam sikap dan perilaku kita selama memerihkan HUT RI dan
setelah berakhirnya peringatan tersebut.
Jika para syuhada pendiri negara ini telah berjuang saling bersatu dan bekerja sama. Tentulah pewaris bangsa juga akan
meniru filosofi tersebut dalam mengisi kemerdekaan dengan berbagai kegiatan
pembangunan.
Yang
paling utama disatukan dalam mengisi kemerdekaan adalah hati dan bathin sebagai
warga negara Indonesia.
Mungkin ini konsep paling pas dalam menjalin rasa persatuan
dan kesatuan bangsa.
Jika
konsep persatuan dan kesatuan bangsa hanya bersifat verbalisme belaka atau
hanya secara fisis belaka.
Boleh jadi, jalan yang kita tempuh semakin jauh .
Allahuallam bissowaab…