Adaptasi Makhluk Hidup Terhadap Lingkungannya

Adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya – Materi Kelangsungan Hidup Makhluk Hidup, dipelajari pada semester ganjil jenjang SMP/MTs Kelas IX. Pembahasan artikel ini tertuju pada review materi di sekolah yang menerapkan Kurikulum 2006 atau KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

Review materi pelajaran konsep kelangsungan hidup makhluk hidup dilakukan secara bertahap.

Pada tahap pertama akan dibahas Adaptasi Makhluk Hidup sebagai cara meneruskan kelangsungan hidupnya.

Adaptasi hewan dan tumbuhan

Konsep kelangsungan hidup makhluk hidup lebih terfokus pada kelompok hewan dan tumbuhan. Dua kelompok makhluk hidup ini secara alamiah menjalani proses kelangsungan hidup.

Tujuannya agar jenisnya menjadi lestari dan tidak mengalami kepunahan maupun kelangkaan.

Artinya, hewan atau tumbuhan yang sudah langka atau punah berarti tidak dapat melangsungkan proses kelangsungan hidupnya.

Bagaimana cara hewan dan tumbuhan meneruskan kelangsungan hidup jenisnya?

Secara garis besar ada 3 cara hewan dan tumbuhan meneruskan kelangsungan hidupnya, yaitu : (a) beradaptasi dengan lingkungan dan habitatnya, (b) menjalani proses seleksi alam, dan (c) perkembangbiakan

Adaptasi adalah proses penyesuaian diri makhluk hidup dengan lingkungan maupun habitatnya.

Dalam hal ini, hewan maupun tumbuhan beradaptasi melalui 3 cara, yaitu adaptasi morfologis, fisiologis dan adaptasi tingkah laku.

1.Adaptasi morfologis
Penyesuaian diri makhluk hidup berdasarkan bentuk dan struktur tubuh.

Misalnya, bentuk paruh dan bentuk kaki burung (unggas) disesuaikan dengan jenis makanan dan habitatnya.

Adaptasi ini mudah diamati dari bentuk dan struktur fisik sehingga disebut sebagai adaptasi morfologis.

-Paruh burung yang pendek dan kuat, menunjukkan jenis makanannya berupa biji-bijian. Misalnya, burung nuri dan pipit.

-Paruh burung yang runcing, agak panjang, dan ujung paruh agak membengkok ke bawah menunjukkan burung tersebut berguna untuk merobek makanan berupa daging (karnivora). Misalnya burung elang.

-Bentuk paruh yang panjang, lebar dan agak berkantong menunjukkan jenis makanannya licin (ikan). Bentuk paruh ini memudahkannya menangkap ikan di air. Contohnya burung pelikan.

-Bentuk paruh kecil, runcing dan panjang merupakan burung yang mengisap madu. Misalnya burung kolibri.

-Bentuk paruh panjang, kuat dan runcing adalah ciri burung pemakan serangga misalnya burung pelatuk.

Selain bentuk paruh, bentuk kaki pun menjadi cara bagi burung untuk beradaptasi dengan habitatnya. Misalnya:

-Burung petengger memiliki bentuk kaki panjang dan semua jari terletak pada sebuah bidang datar.

Bentuk kaki ini sesuai untuk burung yang hinggap di ranting-ranting pohon kecil. Misalnya, burung kutilang dan kakatua.

-Burung pemanjat memiliki bentuk kaki dua jari ke depan dan ke belakang. Contohnya burung pelatuk.

-Burung pencengkram memiliki bentuk kaki kuat, kuku tajam  untuk mencengkram mangsanya. Misalnya elang, rajawali dan burung hantu.

Adaptasi morfologi juga berlaku pada bentuk mulut serangga. Ada tipe mulut serangga penggigit (belalang, jangkrik dan kecoa), penghisap dan penusuk (kutu dan nyamuk).

Adaptasi morfologis pada tumbuhan dapat diamati melalui bentuk batang dan daunnya. Misalnya tumbuhan xeropit (tumbuhan kering).

Tumbuhan xeropit seperti kaktus beradaptasi dengan bentuk daun tidak berupa lembaran melainkan berbentuk duri atau sisik.

Kemudian seluruh permukaan batangnya dilapisi oleh lilin untuk mengurangi penguapan dan menyimpan air pada batangnya.

Tumbuhan hidrofit (Tumbuhan air) seperti teratai, eceng gondok dan teratai. Tumbuhan ini memiliki rongga di seluruh sel-sel tubuhnya sehingga terapung di atas permukaan air.

Daunnya berbentuk lebar dan memiliki stomata di permukaan atas daun.

Sedangkan tumbuhan lembab dan basah (higrofit) beradaptasi dengan bentuk daun yang tipis dan lebar. Misalnya tumbuhan paku, talas, dll.

2.Adaptasi fisiologis
Merupakan penyesuaian diri berdasar fungsi kerja organ tubuh. Adaptasi ini pada umumnya tidak begitu mudah diamati karena tidak tampak. Misalnya,

-.Ikan dengan habitat air laut harus beradaptasi dengan salinitas (kadar garam). Cairan tubuh ikan air laut lebih rendah dari kadar garam habitatnya.

Ikan air laut minum lebih sedikit maupun  mengeluarkan urine namun lebih pekat.
-Sistem pencernaan hewan pemakan rumput (sapi, kerbau, kambing, kuda, dll) akan menghasilkan enzim selulosa untuk mencerna selulosa pada rumput.
-Rayap dan cacing teredo yang menghasilkan enzim selulosa untuk mencerna kayu.

3.Adaptasi tingkah laku (behavioral)
Merupakan bentuk tingkah laku yang unik dimana hewan maupun tumbuhan beradaptasi dengan lingkungan dengan cara mengubah tingkah laku. Berikut contoh adaptasi tingkah laku pada hewan dan tumbuhan.

-Cicak beradaptasi dengan cara memutus ekor saat menghadapi ancaman musuhnya (autotomi).

-Ikan paus naik ke permukaan laut untuk mengambil oksigen

-Bunglon dan gurila berkamuflase dengan dengan lingkungan (mimikri).

-Tumbuhan jati menggugurkan daun pada musim kemarau untuk mengurangi penguapan
.
-ular, kura-kura, ikan  dan bengkarung beradaptasi dengan tetap tinggal di sarangnya selama musim dingin (hibernasi)

-Kerbau suka berkubang untuk menghindari panas lingkungan yang tinggi

Demikian review materi pelajaran pada sub konsep adaptasi makhluk hidup dengan lingkungan dan habitatnya.

Selanjutnya akan dibahas Seleksi Alam Terhadap Kelangsungan Hidup makhluk hidup.

Referensi: Sukis Wariyono dan Yani Muharomah. Mari Belajar Ilmu Alam Sekitar 3: Panduan Belajar IPA Terpadu/ untuk Kelas IX SMP/MTs, 2008 Pusat Perbukuan.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel