Adaptasi Makhluk Hidup Terhadap Lingkungannya
Oktober 26, 2017
Adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya – Materi
Kelangsungan Hidup Makhluk Hidup,
dipelajari pada semester ganjil jenjang SMP/MTs Kelas IX. Pembahasan artikel
ini tertuju pada review materi di sekolah yang menerapkan Kurikulum 2006 atau
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Review
materi pelajaran konsep kelangsungan hidup makhluk hidup dilakukan secara
bertahap.
Pada tahap pertama akan dibahas Adaptasi
Makhluk Hidup sebagai cara meneruskan kelangsungan hidupnya.
Adaptasi hewan dan tumbuhan
Konsep
kelangsungan hidup makhluk hidup lebih terfokus pada kelompok hewan dan tumbuhan.
Dua kelompok makhluk hidup ini secara alamiah menjalani proses kelangsungan
hidup.
Tujuannya
agar jenisnya menjadi lestari dan tidak mengalami kepunahan maupun kelangkaan.
Artinya, hewan atau tumbuhan yang sudah langka atau punah berarti tidak dapat
melangsungkan proses kelangsungan hidupnya.
Bagaimana
cara hewan dan tumbuhan meneruskan kelangsungan hidup jenisnya?
Secara garis
besar ada 3 cara hewan dan tumbuhan meneruskan kelangsungan hidupnya, yaitu :
(a) beradaptasi dengan lingkungan dan habitatnya, (b) menjalani proses seleksi
alam, dan (c) perkembangbiakan
Adaptasi
adalah proses penyesuaian diri makhluk hidup dengan lingkungan maupun
habitatnya.
Dalam hal ini, hewan maupun tumbuhan beradaptasi melalui 3 cara,
yaitu adaptasi morfologis, fisiologis dan adaptasi tingkah laku.
1.Adaptasi morfologis
Penyesuaian
diri makhluk hidup berdasarkan bentuk dan struktur tubuh.
Misalnya, bentuk
paruh dan bentuk kaki burung (unggas) disesuaikan dengan jenis makanan dan
habitatnya.
Adaptasi ini mudah diamati dari bentuk dan struktur fisik sehingga
disebut sebagai adaptasi morfologis.
-Paruh
burung yang pendek dan kuat, menunjukkan jenis makanannya berupa biji-bijian.
Misalnya, burung nuri dan pipit.
-Paruh
burung yang runcing, agak panjang, dan ujung paruh agak membengkok ke bawah
menunjukkan burung tersebut berguna untuk merobek makanan berupa daging
(karnivora). Misalnya burung elang.
-Bentuk
paruh yang panjang, lebar dan agak berkantong menunjukkan jenis makanannya licin
(ikan). Bentuk paruh ini memudahkannya menangkap ikan di air. Contohnya burung
pelikan.
-Bentuk
paruh kecil, runcing dan panjang merupakan burung yang mengisap madu. Misalnya
burung kolibri.
-Bentuk
paruh panjang, kuat dan runcing adalah ciri burung pemakan serangga misalnya
burung pelatuk.
Selain
bentuk paruh, bentuk kaki pun menjadi cara bagi burung untuk beradaptasi dengan
habitatnya. Misalnya:
-Burung
petengger memiliki bentuk kaki panjang dan semua jari terletak pada sebuah
bidang datar.
Bentuk kaki ini sesuai untuk burung yang hinggap di
ranting-ranting pohon kecil. Misalnya, burung kutilang dan kakatua.
-Burung
pemanjat memiliki bentuk kaki dua jari ke depan dan ke belakang. Contohnya
burung pelatuk.
-Burung
pencengkram memiliki bentuk kaki kuat, kuku tajam untuk mencengkram mangsanya. Misalnya elang,
rajawali dan burung hantu.
Adaptasi
morfologi juga berlaku pada bentuk mulut serangga. Ada tipe mulut serangga
penggigit (belalang, jangkrik dan kecoa), penghisap dan penusuk (kutu dan
nyamuk).
Adaptasi
morfologis pada tumbuhan dapat diamati melalui bentuk batang dan daunnya.
Misalnya tumbuhan xeropit (tumbuhan kering).
Tumbuhan xeropit seperti kaktus beradaptasi dengan bentuk daun
tidak berupa lembaran melainkan berbentuk duri atau sisik.
Kemudian seluruh
permukaan batangnya dilapisi oleh lilin untuk mengurangi penguapan dan
menyimpan air pada batangnya.
Tumbuhan
hidrofit (Tumbuhan air) seperti teratai, eceng gondok dan teratai. Tumbuhan ini
memiliki rongga di seluruh sel-sel tubuhnya sehingga terapung di atas permukaan
air.
Daunnya berbentuk lebar dan memiliki stomata di permukaan atas daun.
Sedangkan
tumbuhan lembab dan basah (higrofit) beradaptasi dengan bentuk daun yang tipis
dan lebar. Misalnya tumbuhan paku, talas, dll.
2.Adaptasi fisiologis
Merupakan
penyesuaian diri berdasar fungsi kerja organ tubuh. Adaptasi ini pada umumnya
tidak begitu mudah diamati karena tidak tampak. Misalnya,
-.Ikan
dengan habitat air laut harus beradaptasi dengan salinitas (kadar garam).
Cairan tubuh ikan air laut lebih rendah dari kadar garam habitatnya.
Ikan air
laut minum lebih sedikit maupun
mengeluarkan urine namun lebih pekat.
-Sistem
pencernaan hewan pemakan rumput (sapi, kerbau, kambing, kuda, dll) akan
menghasilkan enzim selulosa untuk mencerna selulosa pada rumput.
-Rayap
dan cacing teredo yang menghasilkan enzim selulosa untuk mencerna kayu.
3.Adaptasi tingkah laku (behavioral)
Merupakan
bentuk tingkah laku yang unik dimana hewan maupun tumbuhan beradaptasi dengan
lingkungan dengan cara mengubah tingkah laku. Berikut contoh adaptasi tingkah
laku pada hewan dan tumbuhan.
-Cicak
beradaptasi dengan cara memutus ekor saat menghadapi ancaman musuhnya
(autotomi).
-Bunglon
dan gurila berkamuflase dengan dengan lingkungan (mimikri).
-Tumbuhan
jati menggugurkan daun pada musim kemarau untuk mengurangi penguapan
.
-ular,
kura-kura, ikan dan bengkarung
beradaptasi dengan tetap tinggal di sarangnya selama musim dingin (hibernasi)
Demikian
review materi pelajaran pada sub konsep adaptasi makhluk hidup dengan
lingkungan dan habitatnya.
Selanjutnya akan dibahas Seleksi Alam Terhadap Kelangsungan Hidup makhluk hidup.
Referensi:
Sukis Wariyono dan Yani Muharomah. Mari Belajar Ilmu Alam Sekitar 3: Panduan
Belajar IPA Terpadu/ untuk Kelas IX SMP/MTs, 2008 Pusat Perbukuan.***