Kadang-kadang Berat Menerima Pemberian Orang Lain
Oktober 01, 2017
Kadang-kadang berat menerima pemberian orang lain –
Kadang-kadang, memang sulit menerima suatu pemberian dari orang lain. Sulit
dalam pengertian, berat hati atau kurang sreg
untuk menerimanya, walaupun orang tersebut tulus dan ikhlas untuk memberi.
Mengapa sulit?
Jawaban
pertanyaan tersebut tersurat dan tersirat dalam Cerita Pendek (Cerpen) yang
dimuat dalam blog matra pendidikan beberapa waktu lalu.
Jika belum membacanya,
silahkan klik link judul berikut ini, Ku Tak sanggup Menerimanya.
Cerpen
berlatar belakang waktu tahun 1984 tersebut memiliki alur cerita lurus, polos
dan sangat sederhana. Ceritanya berlangsung di ruang kelas dan dalam rentang
waktu cukup pendek.
Andri merasa sedih karena tidak dapat ikut nonton bareng film dokumenter sejarah bangsa Indonesia di bioskop. Ia tidak mempunyai
uang untuk membeli karcis. Jangankan beli karcis, uang untuk jajan di sekolah
saja tidak diberi emaknya hari itu.
Ketika
jam istirahat pertama, Andri bahkan tidak keluar dari ruang kelas. Ia duduk
termenung menyimpan kesedihannya. Pada saat itu, Supardi teman satu meja di
kelas, sekaligus tetangganya, datang menghampiri.
Supardi
hendak memberikan uang seribu rupiah titipan dari emak Andri. Andri seakan
tidak percaya namun ia menerima uang itu agak ragu. Kenapa ia ragu?
Andri belum
yakin kalau uang itu benar-benar dari emaknya. Tadi pagi sebelum berangkat sekolah,
emaknya punya uang hanya sekadar untuk ongkos pergi dan pulang sekolah. Tidak
ada uang jajan.
Ternyata
uang seribu rupiah itu bukan dari emaknya, melainkan dari Aida, teman sekelas,
teman dekatnya sendiri yang kebetulan duduknya persis di belakang Andri.
Aida
sudah tahu kalau Andri tidak ikut nonton bareng ke bioskop. Aida ingin
memberikan uang seribu rupiah dengan ikhlas agar Andri bisa ikut nonton bareng
ke bioskop.
Khawatir
Andri tersinggung kalau diberikan secara langsung, Aida terpaksa bersandiwara
dengan Supardi. Namun sandiwara itu tidak berhasil. Aida menerima kembali uang
pemberiannya karena Andri merasa tidak sangup menerima pemberian uang sebanyak
itu.
Seperti
apa hubungan Andri dan Aida? Ini dapat kita ketahui melalui secarik kertas yang
ditulis oleh Andri menyertai uang yang dikembalikannya pada Aida.***